Mengetahui kebenaran
"Mas, aku bis ...." Ucapanku harus terputus kala jari telunjuk mas Al membungkam bibirku.
"Sttt .... Kamu harus banyak istirahat, sayang. Ingat, sekarang bukan cuma kondisi kamu yang harus kamu perhatikan. Tapi ada janin yang dalam perut kamu yang harus kamu jaga," ujarnya menatap dalam wajahku.
Sungguh aku tak bisa lagi berkata-kata. Sekali lagi aku dikejutkan dengan perlakuan mas Al yang membuat aku semakin kagum dengan dirinya. Dia masih bisa menerima aku setelah tahu keadaanku yang sesungguhnya.
"Mas, kamu nggak benci sama aku?" Ku beranikan membalas tatapannya.
"Kenapa? Kenapa aku harus membenci kamu?" Ia menyentuh wajahku lembut.
"Aku sudah gak jujur sama kamu. Sudah menutupi kehamilanku dari kamu dan mami," ucapku penuh sesal.
Ia menghembuskan nafasnya berat seraya menatap ke dinding. Tatapannya kosong, entah apa yang sedang ia pikirkan. "Awalnya, aku memang terkejut mendengarnya. Tapi seperti yang pernah aku katakan padamu." Lalu kembali memandang wajahku. "Aku akan menerima ka
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda