Terbongkar
"Dia sudah membohongi kamu!" teriaknya lantang menunjuk ke arah wajah mas Al. Sementara yang di tunjuk tak bergeming, dia justru melempar pandangannya ke arah lain.
Sementara aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Bibirku kelu, jika semuanya harus terbongkar sekarang. Aku sudah pasrah. Tentu itu hal yang bukan rahasia lagi buat pria yang kini berada di hadapanku. Dengan tatapan menuduh, kini ia menatapku.
"Wik, aku nggak nyangka. Secepat itu kamu bisa melupakanmu Guna. Padahal dulu, kamu pernah mengatakan padaku. Kalau kamu begitu mencintainya." Sejurus kemudian dia menunjuk wajahku.
"Atau karena pria ini lebih kaya dari mantan suamimu. Jadi, kamu bisa memanfaatkannya," sambungnya dengan nada mencemooh.
"Cukup Pak Devan!! Cukup!" Aku tak bisa lagi meredam emosiku. Kuluapkan didepannya. "Itu bukan urusan anda. Saya mau dekat dengan siapapun," sambungku kesal.
Sementara mas Al, ku lihat wajahnya sudah memerah. Berusaha meredam amarahnya, agar tak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.
"Cuih
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda