Mas Al
Tubuhku seketika meringsut ke lantai. Diiringi suara tangisku yang kian sering terdengar. Seketika pikiranku menelisik kejadian beberapa jam yang lalu. Dimana kami saling melempar canda, setelah beberapa hari menahan rindu yang membara. Aku tak pernah menyangka itu adalah kali terakhir aku melihat wajah tampan mas Al. Sosok yang mampu membuatku tersenyum kembali setelah kesuraman sempat membuatku putus asa.
Disela tangis yang membuat dada ini terasa sesak. Aku segera bangkit, dan mencari apapun informasi yang bisa ski dapat. Ku ambil benda pipih yang ada di dalam tas. Segera kumainkan benda itu untuk mencari nomor sekertaris mas Al. Setelah dapat, aku segera menghubungi nomor tersebut. Tapi panggilan sedang berada di jangkauan.
Ku coba beberapa kali, namun hasilnya sama. Nomor itu diluar jangkauan. Seiring hal itu, air mata ini semakin deras membanjiri wajahku. Disaat kepanikan menyerangku. Tangan ini bergerak mengikuti insting, entah apa yang membuat aku menekan nomor mas Al. Kemudian
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda