Terkesima
Bibirku langsung kelu untuk menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir bu Intan. Beberapa kali aku basuh wajah ini dengan air. Berharap bisa sedikit memberi hawa dingin dalam tubuh ini. Yang seketika memanas saat wanita yang sedang memijat punggungku ini mengira kalau diriku sedang hamil.
"Gimana udah enakkan belum?" tanyanya lagi sesaat setelah aku membasuh wajah ini.
"Udah mendingan Mi," jawabku lirih.
"Ya udah, Mami anter lagi ke kamar ya." Aku pun mengangguk.
Dengan di bantu oleh Bu Intan, aku kembali lagi ke kamar. Perlahan wanita itu membaringkan tubuhku di kasur. Setelah itu ia duduk disisi ranjang, sembari mengusap-usap kakiku.
"Wik, apa Al tahu?"
"Tahu apa Bu?"
"Kalau dilihat-lihat dari tanda-tandanya kamu itu sedang hamil. Itu artinya, kalian harus segera menikah." Seketika netra ini membulat sempurna, tenggorakan menjadi kering. Hingga aku kesulitan untuk menelan slavina.
Bagaimana mungkin bu Intan menganggap aku hamil anak pak Al. Padahal kenal aja baru dua bulanan. Tak
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda