Apa kamu hamil
Siang itu kami habiskan dengan saling bercanda di ruang tengah. Aku tak menyangka, orang yang selama ini dingin saat di kantor. Berubah menjadi sosok yang hangat dan penuh humoris. Gombalan-gombalannya yang membuatku tersanjung.
"Aku tak pernah sebahagia ini dalam hidupku." Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.
"Kamu mampu merubah hidupku yang pernah kelam," lanjutnya membuatku mengernyit. Aku baru ingat pertemuan kami dengan Siska tempo hari. Apa itu salah satu alasan hidup pak Al menjadi kelam.
"Pak, boleh saya tanya sesuatu pada Bapak?" Ia langsung membungkam bibirku dengan telunjuknya.
"Sudah berapa kali aku katakan. Jangan panggil aku Bapak. Apa kamu lupa kalau kita sepasang kekasih?" Setelah itu ia mencubit kecil daguku. Membuat aku tersipu malu.
"Cieeee wajahnya merah loh..."
"Apaan sih Pak."
"Sayang...." Dia pun cemberut. Jujur aku sangat gemas melihatnya.
"Terus saya harus panggil apa dong?" Ia berpikir sejenak. Sesaat kemudian ia menjawabnya.
"Beb... Bagus 'kan?" Aku pun
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda