Aku tidak bisa, menerimanya
Kedua wanita yang bersama Dewi pun terkejut. Terlebih Amel, dua tidak menyangka kalau kakaknya itu punya pemikiran yang sama dengannya.
"Kakak, serius?" tanya wanita itu tidak yakin. "Ya ampun, Kak." Amel memegang bahu Dewi. Menunjukkan keprihatinan pada kakak sepupunya itu.
"Iya, Mel. Kakak udah pikirkan matang-matang, rencana ini. Dan aku harap, kamu mau menerimanya." Dewi beralih pada Mira. Wanita itu masih sulit untuk menerima ucapan Dewi. Bagaimana mungkin, sahabatnya itu mempunyai pemikiran yang konyol.
"Nggak, Wik. Aku gak mau menerimanya," tolak Mira, menggeleng. Dia justru prihatin melihat kondisi sahabatnya itu. "Kamu sadar 'kan? Dengan ucapanmu itu?" Ia tidak mau merusak kebahagiaan Dewi.
"Aku sadar, Mir. Kamu nggak akan ngerti sama perasaanku. Sakit, Mir. Melihat suamiku setiap malam menahan hasratnya padaku." Mata Dewi kembali berlinang. "Sementara aku..." Dia hapus satu persatu cairan bening itu yang mulai merembes di pipinya. "Nggak bisa melayaninya."
Amel tersenyum meny
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda