Merindumu
Hembusan angin malam, menyeruak masuk ke dalam pori-pori kulit seorang pria yang saat itu masih duduk di kursi pengemudi. Padatnya pekerjaan di kantor, memaksa dirinya untuk pulang lebih larut dari biasanya. Sesekali ia menghembuskan nafasnya kasar, menyesal tidak bisa bermain dengan kedua jagoannya. Suasana riuh lalu lalang kendaraan malam itu, sedikit membuat dirinya kesal.
"Huffff, Jakarta. Sampai kapan kemacetan lalulintas ini akan berakhir." Sembari fokus menyetir, Al mengedarkan pandangannya ke depan. "Kalau begini terus, kapan nyampenya. Kasihan Dewi, udah nungguin di rumah," gumam Al kesal.
Rentetan mobil yang berjejer di depan. Semakin memperburuk mood boosternya. Ia ingin segera sampai di rumah. Dan bertemu dengan istri tercinta. Mobil bergerak lambat, sesekali berhenti total. Menunggu giliran jalan. Memaksa pria itu lebih lagi bersabar menghadapi masalah ini. Tak berapa lama, ponselnya kembali berdering. Setelah lima menit yang lalu, ia memutus panggilan dari sang istri. Kin
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda