Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Naomi sontak tertegun mendengar nama itu. Karena "Diana" adalah nama panggilan yang hanya diketahui oleh saudara kandungnya! Naomi yang selama ini tumbuh besar di panti asuhan tidak pernah mengira bahwa dia ternyata adalah anak hilang. Ternyata … dia juga punya saudara. Lama sekali Naomi baru bisa menerima kenyataan ini. Dia pun meminta orang di ujung telepon sana untuk memberikan bukti. Setelah mengobrol selama tiga jam, Naomi akhirnya yakin bahwa pria ini memang benar adalah kakak kandungnya. Naomi akhirnya merasa bahwa dia menemukan solusi untuk semua penderitaan yang dia pendam selama ini. Kakak kandungnya mengatakan bahwa keluarga mereka adalah keluarga terkaya. Mereka terus mencari Naomi semenjak Naomi menghilang, tetapi mereka tidak dapat menemukannya di Negara Chalsa. Mereka pun pindah ke luar negeri dengan harapan bisa menemukan Naomi di sana. Karena sekarang mereka akhirnya berhasil menemukan Naomi, mereka ingin Naomi bisa secepatnya berkumpul kembali bersama mereka. Mereka ingin membalas kesalahan mereka selama ini. Sepertinya, kakak kandung Naomi itu belum tahu apa yang sudah Naomi alami selama ini. Dia juga mengkhawatirkan situasi Naomi saat ini. "Diana, gimana hidupmu selama ini? Kamu baik-baik saja, 'kan? Tenang saja, Ayah, Ibu dan Kakak pasti akan memberimu yang terbaik di dunia. Oh ya, apa kamu sudah punya pacar? Selama ini Kakak sudah mencarikan banyak sekali calon pacar buatmu, Kakak selalu menunggumu untuk pulang dan memilih salah satu dari mereka. Adikku pantas mendapatkan yang terbaik." Mendengar suara kakaknya yang agak tercekat membuat mata Naomi menjadi berkaca-kaca. Dulu dia juga punya pacar. Naomi masih ingat betapa terpananya dia saat pertama kali melihat Tommy. Dia juga masih ingat ledakan kebahagiaan dalam benaknya yang seperti kembang api itu saat Tommy mendadak mengakui perasaannya kepada Naomi. Selama masa-masa itu, Tommy menemani Naomi mengejar matahari terbenam, mengamati bintang-bintang. serta menyiapkan pertunjukan kembang api yang romantis untuk Naomi. Semua itu karena Tommy ingin melihat senyuman kaget Naomi. Dia rela memperjuangkan Naomi sampai dua tulang rusuknya patah, rela berkendara sejauh tiga blok menembus malam yang diguyuri hujan demi membelikan Naomi es krim plum yang gadis itu inginkan, rela mengusap-usap perut Naomi dengan lembut dan merebuskan air gula merah untuk Naomi saat sedang datang bulan .... Tommy bilang dialah ksatria abadi Naomi .... Namun, semua itu berakhir saat Pauline kembali. Karena setelah Pauline kembali, Naomi bukan lagi satu-satunya orang di hati Tommy. Naomi tidak ingin mengingat apa yang sudah terjadi selama ini, jadi dia menjawab kakaknya dengan terisak. "Aku nggak punya pacar, Kak. Aku akan segera membereskan prosedurnya dan berkumpul lagi dengan kalian." Naomi dan kakaknya pun mengobrol sebentar, lalu telepon diakhiri dengan berat hati. Naomi berbaring berguling-guling di atas kasur, dia tidak bisa tidur. Naomi menatap kamar yang gelap itu. Dia jadi teringat bahwa ketika Atta membawanya pulang, Atta sendiri yang mendekorasi kamar untuknya dengan hangat dan indah bak seorang tuan putri. Saat Naomi mimpi buruk di malam hari, Atta mempekerjakan banyak psikolog untuk memberikan Naomi konseling dan bahkan menceritakan dongeng pengantar tidur setiap hari untuk menidurkan Naomi. Atta selalu berbicara dengan lembut kepada Naomi, Atta juga memperkenalkan Naomi kepada semua orang sebagai adik kesayangannya dan selalu memenuhi semua keinginan Naomi. Namun, begitu Naomi memejamkan matanya, yang muncul dalam mimpinya adalah kehidupannya di penjara. Makanan Naomi dicampur dengan batu …. Dia dipukuli oleh tahanan-tahanan lainnya …. Para sipir juga menghinanya .... Naomi pun terbangun sambil menangis. Saat dia mengulurkan tangannya, wajahnya sudah basah oleh air mata. Naomi akhirnya duduk sendirian. Dia baru merasa lebih tenang saat fajar menyingsing. Setelah itu, Naomi pergi ke Kantor Imigrasi sambil membawa KTP-nya untuk mengurus proses imigrasi dan residensi. Begitu proses imigrasi selesai, Naomi bisa segera kembali ke keluarga kandungnya dan tidak akan pernah kembali lagi ke sini. Malam harinya begitu sampai di rumah, Pauline menubruk Naomi dengan kencang. Amplop dokumen yang Naomi bawa langsung terjatuh ke atas lantai, Naomi juga nyaris terjatuh. Naomi pun segera mengambil amplop dokumen itu dan hendak kembali ke kamarnya, dia tidak ingin ada yang tahu dia akan pergi. Namun, Pauline menghentikannya dan memamerkan piala yang dia bawa. "Kak, Kakak jadi penakut sekali setelah empat tahun dipenjara. Kakak juga tahu 'kan nggak mungkin berada di atas panggung? Nih, lihat piala penghargaan untuk Pendatang Baru Terbaik yang baru saja aku menangkan. Indah sekali, ya? Berkat karya-karya yang Kakak tinggalkan, aku bisa memenangkan begitu banyak penghargaan dan berhasil memasuki industri musik." Naomi menggigit bibirnya kencang-kencang untuk menahan bara amarah yang bergelora di dalam hatinya. Naomi tahu Pauline sengaja memprovokasinya, jadi Naomi mengabaikan gadis itu dan berjalan pergi. Namun, begitu berbalik badan, Naomi pun didorong ke bawah. Naomi yang tidak berdiri dengan kokoh sontak menubruk vas pajangan di sebelahnya dengan kencang. Pecahan beling pun beterbangan ke mana-mana dan membuat sekujur tubuh Naomi tergores. Telapak tangannya juga berdarah tertusuk pecahan beling. Lukanya itu tampak sangat mengerikan. Naomi refleks menjerit kesakitan. Tepat pada saat itu, terdengarlah suara langkah kaki yang tergesa-gesa dari lantai atas. Ekspresi Pauline langsung berubah. Dia segera menjatuhkan diri ke atas lantai dan berujar sambil menangis, "Kak, kenapa Kakak sengaja mendorongku?" Begitu melihat Pauline yang tergeletak di atas lantai dengan ekspresi yang sangat kasihan, raut wajah Tommy dan Atta langsung menjadi begitu muram. Mereka pun memelototi Naomi. Ditodong oleh tuduhan dalam diam kedua pria itu, Naomi pun menahan rasa sakitnya dan berusaha menjelaskan, "Akulah yang jatuh dan berlumuran darah. Masa iya kalian benar-benar nggak terpikir siapa yang mendorong siapa?" "Ini semua salahku. Aku nggak seharusnya membagi penghargaan baru itu dengan Kak Naomi. Gara-gara itu, Kak Naomi jadi terbawa emosi dan sengaja menjebakku. Tolong kalian jangan salahkan dia." Walaupun fakta dan bukti sudah ada di depan mereka, Atta dan Tommy lebih mempercayai ucapan Pauline. Mereka langsung menegur Naomi dengan marah. "Semua yang Pauline miliki sekarang itu berkat kerja kerasnya sendiri! Apa kamu jadi sepicik ini karena saking irinya?" "Kukira kamu akan bertobat dengan tulus di penjara, tapi sikapmu sekarang malah menjadi lebih buruk! Naomi, aku benar-benar kecewa denganmu!" Setelah berkata seperti itu, Atta dan Tommy pun menggendong Pauline pergi. Mereka mengambil kotak P3K, lalu bersiap mengobati luka di tubuh Pauline. Saat melihat ekspresi khawatir kedua pria itu, Naomi akhirnya bertanya. "Sepertinya aku harus mati dulu ya baru kalian percaya kalau aku nggak pernah menyakitinya!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.