Bab 7
"Ke kamar Kiran." Jason langsung melangkah ke arah lift tanpa menjawab pertanyaan Sion.
"Untuk apa pergi ke kamar Kiran?" Sion tampak kebingungan. "Apa jangan-jangan wanita itu bersembunyi di sana?"
"Dia turun dari mobil dalam radius sepuluh kilometer dari hotel." Akhirnya, Jason memberikan jawaban singkat.
Sion terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Apa menurutmu dia malah terjebak oleh kepintarannya sendiri? Dia pasti berpikir kalau kamu akan mengejarnya. Jadi begitu keluar dari hotel, dia langsung turun dari mobil, membiarkan Jordy pergi untuk mengalihkan perhatianmu. Tapi yang dia nggak duga adalah, Liam dan Harry bisa dengan cepat menyusul Jordy. Yang lebih dia nggak sangka adalah, Kiran yang aneh itu memasang kamera pengawas dalam radius sepuluh kilometer dari hotel!"
Sudut bibir Sion terus terangkat. "Hotel Akasia ada di pinggiran kota. Pada saat ini, hampir nggak ada kendaraan lain yang lewat. Kalau dia turun dari mobil Jordy dan nggak mendapat kendaraan lain, dia pasti masih bersembunyi di sekitar sini. Kita hanya perlu memeriksa kamera pengawas, maka kita akan tahu di mana dia sembunyi. Saat itu, kita bisa menangkapnya dengan mudah."
Pintu lift terbuka. Sion bergegas masuk, langsung menekan tombol lantai 33.
Kamar Kiran dan Jason berada di lantai yang sama, masing-masing di kamar nomor 3301 dan 3302.
Jason memasukkan kode sandi kamar Kiran yang dia ketahui. Begitu pintu terbuka, dia langsung mendorong pintu, lalu melangkah masuk.
Saat memasuki kamar, alis Jason sedikit berkerut. Ada aroma asap rokok yang sangat tipis. Tidak terlalu menyengat, tetapi cukup untuk menunjukkan bahwa seseorang baru saja ada di ruangan itu. Padahal, Kiran sedang berada di luar negeri selama sebulan terakhir.
Mata Jason menyapu seluruh ruangan dengan cepat. Segalanya tampak normal, tetapi detail kecil menunjukkan sesuatu yang ganjil.
"Apa Kiran sudah pulang?" Sion yang juga jeli karena pekerjaannya sebagai kepala kepolisian, segera menegaskan, "Nggak, ini bukan dia."
"Ini rokok milik wanita!" Sion segera menemukan puntung rokok di bawah kursi di ruang tamu. "Kak, apakah mungkin wanita itu pernah berada di kamar Kiran? Kalau benar, motifnya patut dicurigai ...."
Jason tidak menjawab. Dia sudah fokus pada monitor yang menampilkan rekaman kamera pengawas. Sistem kamera pengawas hotel memang telah dirusak oleh wanita itu, tetapi kamera pengawas di kamar Kiran bekerja secara terpisah, bahkan mencakup area di luar hotel.
Menggunakan informasi dari Harry, Jason langsung mencari rekaman dari waktu serta lokasi yang ditentukan.
Dalam rekaman, terlihat mobil Jordy keluar dari hotel, lalu berhenti di tikungan pertama. Kemudian, pintu mobil pun terbuka.
Sebuah payung hitam muncul saat seseorang melangkah keluar, sepenuhnya menutupi orang yang turun dari mobil dari pandangan kamera pengawas, bahkan hingga kakinya pun tak terlihat.
"Wanita ini licik sekali. Apa dia tahu kalau ada kamera pengawas?" Sion mengerutkan kening. "Tapi kalau dia tahu, bukankah dia akan memilih tempat lain untuk turun? Apakah ini hanya kebiasaannya yang selalu berhati-hati, atau dia merasa bersalah? Tapi tempat dia turun itu sangat terbuka, nggak ada tempat bersembunyi. Apa dia nggak khawatir akan terlihat oleh kita?"
Mata Jason sedikit menyipit. Pilihan wanita itu untuk turun dari mobil segera setelah keluar dari hotel memang keputusan yang cerdas. Saat itu, orang-orang yang ketakutan oleh granat palsu masih belum pulih, pengejaran dari pihaknya juga belum dimulai.
Namun, turun di tempat terbuka jelas merupakan risiko besar. Terlebih lagi, memegang payung hitam di malam yang cerah seperti ini malah membuatnya makin mencolok.
Wanita yang begitu cerdas sepertinya tidak seharusnya membuat kesalahan seperti ini.
Jason terus menatap layar tanpa berkedip.
Dalam rekaman, payung hitam itu bergerak cepat menuju tengah jalan. Kecepatannya tidak kalah dengan seorang pria dewasa.
"Apa yang ingin dia lakukan?" tanya Sion dengan heran sambil matanya membelalak.
Selanjutnya, terlihat orang di balik payung itu melompati pembatas jalan yang cukup tinggi dengan mudah, berpindah ke sisi lain jalan.
Pembatas jalan itu sangat tinggi, sulit bagi orang biasa untuk bisa melompatinya dengan begitu mudah. Selama seluruh proses itu, payung di tangannya tetap menutupi tubuhnya dengan sempurna.
"Gerakan tubuhnya luar biasa. Kak, wanita ini jelas nggak sederhana," ujar Sion dengan ekspresi serius. "Aku makin penasaran siapa sebenarnya dia."
Jason tetap terdiam, matanya terus terpaku pada layar video.
Dalam video itu, wanita tersebut masih memegang payung hitam, menyeberangi jalan, lalu masuk ke sebuah SPBU di pinggir jalan.
Dia langsung berjalan ke supermarket kecil di SPBU tersebut.
Sudut kamera pengawas tidak bisa menangkap apa yang terjadi di dalam supermarket. Namun, SPBU itu hanya memiliki satu pintu keluar, termasuk supermarket itu.
Pada saat itu, di luar SPBU tidak ada orang, serta tidak ada kendaraan yang keluar masuk.
Jason sedikit mempercepat pemutaran video tanpa mengurangi detail yang terlihat.
Dalam video, wanita itu sama sekali tidak terlihat keluar dari supermarket.
"SPBU ini hanya punya satu pintu keluar, supermarket itu juga sama. Dia pasti masih ada di dalam," ujar Sion dengan wajah yang akhirnya menunjukkan sedikit antusiasme. "Kak, kalau kita pergi ke sana sekarang, kita pasti bisa menangkapnya di tempat."
Namun, Jason tetap tidak bergerak. Sorot matanya tetap tenang, bahkan tampak sedikit dalam saat dia mencoba mengatur ulang rekaman video. Namun, tak peduli bagaimanapun dia mencobanya, gambarnya tetap sama, tidak ada perubahan sedikit pun. Rupanya, sejak wanita itu masuk ke supermarket, rekaman kamera pengawas ini telah dibekukan.
Awalnya sulit mendeteksi kejanggalan itu karena di layar tidak ada orang atau benda yang bergerak. Tidak mudah untuk melihat sesuatu yang aneh dalam rekaman ini. Selain itu, efek kedipan pada layar memberikan ilusi bahwa rekaman itu berjalan normal.
Namun, jelas bahwa sejak wanita itu masuk ke supermarket, sistem kamera pengawasan telah diretas. Layar video telah membeku pada momen itu. Jason mengerutkan kening, mencoba memahami bagaimana wanita itu bisa membuat efek kedipan untuk menutupi rekayasa yang dia lakukan.
Ketika mencoba mengakses kamera pengawas lain di arah yang sama, Jason menemukan semua kamera pengawas di area itu tidak berfungsi, sementara kamera pengawas di tempat lain masih normal.
Jelas bahwa wanita itu memiliki keahlian yang tinggi dalam hal ini.
Dia tahu wanita itu pasti tidak ada di SPBU sekarang.
Jason harus mengakui bahwa dia telah meremehkan kemampuan rubah kecil itu.
Dia benar-benar berhasil melarikan diri.
Mata Sion melebar. Dia menatap layar video dengan ekspresi tak percaya, terkejut bahwa seseorang benar-benar bisa lolos dari pengepungan yang dirancang sedemikian ketat.
"Kak, apakah kita perlu mengirim orang ke sana untuk memeriksa?" Sion masih belum mau menyerah, terlihat tidak puas. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa ada orang yang bisa lolos dari Jason.
Meski tahu wanita itu sudah tidak ada di SPBU, Jason tetap memutuskan untuk menyelidikinya. Dia segera menelepon Liam, memerintahkannya untuk menyelidiki lebih lanjut. Tidak mungkin seseorang bisa menghilang begitu saja. Pasti ada jejak yang bisa ditemukan.
"Apa Jessica masih ada di hotel?" Setelah menutup telepon, Jason menatap layar monitor sekali lagi sambil bertanya.
"Masih," jawab Sion yang meski datang terlambat, sudah mengetahui keseluruhan situasinya. Dia tahu Jessica adalah salah satu orang yang membantu wanita itu melarikan diri.
"Suruh orang membawa Jessica ke ruang pertemuan di lantai satu," ujar Jason. Pada akhirnya, mata Jason meninggalkan layar monitor. Matanya yang biasanya tenang seperti danau, kali ini ada gelombang samar yang menunjukkan emosinya.
Jason tahu bahwa tidak peduli seberapa jauh wanita itu mencoba kabur, jejaknya pasti akan terungkap.
Barang-barang di dalam tasnya, jejak sidik jari di borgol, semua itu adalah petunjuk.
Meskipun berhasil lolos dari pengepungan kali ini, Jason yakin dirinya akan bisa menemukan wanita itu.