Bab 6
Jordy sempat tertegun sejenak, tetapi itu tidak memengaruhi kemampuannya mengemudi. Sebagai anggota VIP hotel, sistem palang pintu otomatis bereaksi sangat cepat, langsung terbuka untuknya.
Pada saat orang-orang di depan bubar, mobil Jordy langsung melaju melewati mereka dengan cepat.
Ketika mereka sadar bahwa granat itu hanya mengeluarkan asap tanpa ledakan, mobil yang mereka coba hentikan sudah tidak terlihat lagi. Mereka semua terdiam, terkejut, tak tahu harus berkata apa.
"Pak Sion, kami gagal menghentikan mereka. Mereka berhasil kabur."
"Apa? Mereka kabur?" seru Sion penuh dengan ketidakpercayaan. "Apa yang terjadi?"
Jason yang kebetulan berjalan di samping Sion, menghentikan langkahnya. Matanya menyipit sedikit, memperhatikan pembicaraan itu.
"Wanita itu melempar sebuah granat."
"Granat? Dari mana dia mendapatkan granat? Apakah ada yang terluka?" Napas Sion menjadi makin berat, wajahnya berubah serius, bahkan nada suaranya pun berbeda.
Siapa sebenarnya yang ingin ditangkap oleh Jason? Bagaimana bisa sampai ada granat yang terlibat?
Namun, alis Jason sedikit terangkat. Jelas dia sedang memikirkan sesuatu.
Berapa banyak perlengkapan dari pesta kostum yang dicuri si Rubah Kecil itu? Dia benar-benar memanfaatkan semuanya dengan sempurna!
"Nggak ada yang terluka ...." Orang yang menelepon itu melirik granat yang masih mengeluarkan asap, menelan ludah dengan gugup, lalu berkata, "Granatnya palsu."
"Sial! Granat palsu saja bisa menipu kalian semua?" Sion langsung mengumpat dengan marah.
"Granat itu mengeluarkan asap, sementara wanita itu terlihat sangat profesional saat bicara .... Dia seperti seorang ahli ...." Orang yang ditegur mencoba membela diri, merasa sangat tertekan.
"Dari pintu keluar mana mereka kabur?" Sion memotong keluhannya tanpa ampun.
"Pintu keluar barat."
Sion dengan amarah yang jelas terlihat, langsung menutup telepon.
"Mereka kabur dari pintu keluar barat," kata Sion menutup telepon sambil menatap Jason. "Kak, siapa sebenarnya wanita itu?"
Siapa? Tidak ada yang lebih ingin tahu daripada Jason saat ini.
Dia tidak menyangka bahwa meskipun sudah memasang pengamanan berlapis, wanita itu tetap berhasil lolos dari hotel.
Dia teringat keangkuhan wanita itu saat meninggalkan kamarnya.
Memang benar, dia punya alasan untuk menjadi angkuh!
Namun, berhasil keluar dari hotel tidak berarti dia benar-benar bisa melarikan diri.
"Bentley, pelat nomornya 666, kabur dari pintu keluar barat parkir bawah tanah," ujar Jason sambil membuka aplikasi WhatsApp. Di grup sementara yang hanya berisi tiga orang, dia mengirim pesan suara singkat.
Ketika mengejar dari lantai tiga tadi, Jason sudah menginstruksikan Harry dan Liam untuk bersiap mencegat siapa pun di luar hotel.
Meskipun semua pintu keluar telah dijaga, dia selalu menyiapkan rencana cadangan.
Jason tidak pernah memberi lawan kesempatan untuk lolos. Itu bukan sekadar omongan kosong!
"Kak, kamu masih punya rencana cadangan?" Sion tampak terkejut. "Kamu bahkan mengirim Liam dan Harry untuk mencegat mereka?"
Dengan kemampuan Liam dan Harry, menangkap seseorang memang bukan masalah besar. Jadi, meskipun wanita itu berhasil keluar dari hotel, usahanya tetap akan sia-sia.
Pada akhirnya, dia pasti akan ditangkap kembali oleh Jason. Sepertinya, itu juga tidak akan memakan waktu lama.
"Kak, apakah wanita itu dikirim oleh seseorang? Apakah dia mencuri sesuatu yang sangat penting?" Hanya ini satu-satunya penjelasan yang terpikirkan oleh Sion ketika melihat usaha besar-besaran Jason dalam mengejar seseorang.
"Nggak," jawab Jason sambil mengalihkan pandangan. Matanya sedikit berkilat, menandakan dia tidak sepenuhnya yakin siapa wanita itu. Namun, dia tahu bahwa wanita itu bukan datang dengan niat jahat.
"Nggak? Kalau begitu, kenapa kamu ingin menangkapnya? Apa yang sudah dia lakukan? Dia ...." Keingintahuan Sion memuncak.
Namun, pandangan tajam dari Jason menghentikan semua pertanyaannya di tengah jalan. Dia langsung menelan kembali rasa penasarannya.
Jelas sekali Jason tidak ingin membahas masalah ini! Bahkan, Sion merasa ada kilatan ancaman di mata Jason.
"Kak, barusan aku sudah memeriksanya. Mobil itu milik Jordy, wanita itu kabur bersamanya." Sion mengganti topik dengan cepat. "Aku tahu sedikit tentang Jordy. Dia bukan tipe orang yang mudah membantu orang lain, kecuali ada hubungan istimewa atau alasan khusus."
"Granat palsu yang dia gunakan di pintu keluar mungkin diambil dari pesta kostum Pak Luca," tambah Sion.
Di lantai tiga.
"Pak Luca, apa yang harus kami lakukan sekarang?" Semua orang tampak panik melihat kekacauan yang terjadi.
Ada yang berani membuat onar di pesta kostum yang diadakan Luca!
Luca, penyelenggara pesta kostum, hanya melirik sekilas ke arah kerumunan itu. Ekspresinya datar, tidak menunjukkan amarah atau kegembiraan.
Beberapa orang diam-diam menghela napas lega. Sepertinya Luca tidak marah.
"Cari tahu identitas wanita itu," ucap Luca dengan suara lembut, tetapi penuh ancaman. "Kalau nggak ketemu, kalian tahu apa akibatnya."
Dia selalu menjadi orang yang merusak rencana orang lain, tetapi kali ini, dia tidak menyangka pestanya akan dirusak oleh seorang wanita.
Untuk sesaat, suasana di dalam ruangan menjadi sunyi. Semua orang tahu bahwa siapa pun yang menyinggung Luca di Kota Jafar, tidak akan berakhir dengan baik.
Pada saat ini, di jalan raya, Jordy mengemudi dengan kecepatan tinggi. Namun, dia menyadari ada sebuah mobil yang mengejar dari belakang. Mobil itu sangat cepat, keahlian mengemudinya membuat Jordy kagum.
Secepat ini mereka mengejar? Hebat sekali.
Di saat dia sedikit teralihkan, mobil di belakang tiba-tiba mempercepat lajunya, berusaha menyalipnya.
Jordy baru saja ingin menambah kecepatan, tetapi sebuah mobil lain tiba-tiba melaju dari persimpangan di depannya, langsung memblokir jalannya.
Jordy tidak punya pilihan selain menginjak rem dengan keras, menghentikan laju mobilnya.
Pada saat ini, Jordy merasa sangat kesal. Dia sudah berjanji kepada Gisel untuk melaju sejauh mungkin. Dia berpikir bisa kabur hingga 100 kilometer lebih. Namun, siapa sangka dia dihentikan secepat ini?
Setelah menghentikan mobil, Jordy menurunkan kaca jendela, memandang Harry, pria yang turun dari mobil di depannya. Dengan senyum santai, Jordy berkata, "Teman, kemampuan mengemudimu cukup bagus. Apa kamu suka balapan? Mau adu keahlian denganku?"
Mata Harry tampak sedikit menyipit. Dia melirik ke dalam mobil melalui kaca jendela, pandangannya berhenti di bagian bagasi selama dua detik sebelum dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon, "Mobil sudah dihentikan. Di dalam hanya ada seorang pria. Kecepatan mobil terpantau 160 km/jam. Berdasarkan informasi, target terlihat di Jalan Arjuna 45 detik lalu. Nggak ada yang turun dari mobil selama pengejaran."
Mendengar laporan itu, wajah Jordy langsung berubah. Jadi sejak keluar dari hotel, dia sudah diawasi dengan ketat, tetapi dia sama sekali tidak menyadarinya?
Untungnya, Gisel langsung turun dari mobil setelah keluar dari hotel.
Namun, Jordy merasa ada maksud tersembunyi dari kata-kata Harry, seolah dia sedang menyampaikan pesan yang hanya bisa dimengerti oleh penerimanya.
Jordy mulai merasa khawatir untuk Gisel.
"Aku mengerti." Setelah mendengar laporan dari Harry, Jason sedikit menyipitkan matanya. Informasi itu cukup baginya untuk menentukan area tempat Gisel turun dari mobil. "Periksa Jordy. Cari tahu semua wanita yang dia kenal."
"Apa? Bagaimana mungkin kita tetap gagal menangkapnya meski Liam dan Harry sudah turun tangan?" Sion terlihat tidak percaya. "Siapa sebenarnya wanita itu? Dua orang seperti mereka bekerja sama pun masih nggak berhasil menangkapnya? Apa dia benar-benar berhasil kabur?"
"Dia nggak akan bisa lolos," kata Jason dengan santai, bahkan terdengar seperti tertawa kecil.
Ketika melihat Jason tidak tergesa-gesa, Sion menjadi bingung. "Jadi, bagaimana situasinya sekarang?"