Bab 7
Malam itu, sistem yang sudah lama diam tiba-tiba muncul.
"Penerima misi, hanya tinggal tiga hari lagi sebelum Anda meninggalkan dunia ini, harap bersiap-siap."
Shella mengangguk. "Aku tahu."
Dia menatap bulan purnama di luar jendela, perlahan tertutup awan gelap.
Sudah dekat waktunya, dia akan segera meninggalkan dunia ini selamanya, dan tidak akan pernah bertemu lagi dengan Irfan dan Arya.
Dalam hatinya, dia tersenyum ringan, merasa lega.
Tiga hari sebelum meninggalkan dunia ini.
Shella menghancurkan semua jejaknya yang ada di dunia ini.
Sudah sepuluh tahun sejak dia datang ke dunia misi ini, semua benda yang berhubungan dengannya telah memenuhi beberapa kardus.
Barang pertama yang dimasukkan adalah ujian bahasa saat di SMA, yang sebenarnya tidak ada yang istimewa. Yang membuatnya berbeda adalah tulisan "Irfan hanya mencintai Shella" di atasnya.
Barang kedua adalah cincin berlian yang diberikan oleh Irfan saat melamarnya. Dia tidak akan pernah lupa ekspresi wajah Irfan saat cincin itu dipasang di jari manisnya. Seorang pria dewasa yang sukses di dunia bisnis, menangis gemetar di pelukannya, sambil berkata berulang kali, "Shella, akhirnya kamu menjadi milikku!"
...
Setiap barang ini dia simpan dengan hati-hati, dijaga dengan penuh perhatian. Dia membayangkan bahwa suatu hari nanti, ketika dia dan Irfan sudah tua, mereka akan menceritakan semua ini kepada anak cucu mereka.
Sekarang, semua itu tidak diperlukan lagi.
Dia membakar semuanya di luar halaman vila, melemparkan semua barang itu ke dalam api.
Saat api berkobar dengan hebat, dia berbalik tanpa rasa penyesalan dan tidak menoleh lagi.
Dua hari sebelum meninggalkan dunia.
Shella menyalin semua foto dan video provokatif dari Kiara yang dia terima belakangan ini, serta rekaman teleponnya ke dalam USB.
Kemudian dia naik taksi menuju pusat layar iklan kota, dan menyerahkan USB tersebut kepada petugas terkait.
"Tolong, dua hari lagi putar semua isi USB ini di layar iklan kota, putar terus menerus!"
Petugas itu menatap sekilas, matanya penuh keheranan dan hampir tidak bisa berkata-kata.
"No ... Nona Shella, apa Anda yakin?"
Wajah Shella tetap tenang. "Aku sangat yakin. Setelah diputar, tambahkan satu baris di bagian atas, katakan saja Shella mengucapkan semoga Irfan, Arya dan Kiara sekeluarga bahagia, tak akan terpisahkan selamanya."
Satu hari sebelum meninggalkan dunia, tepatnya pada hari ulang tahun pernikahan mereka yang kelima.
Lima tahun lalu, Irfan berlutut di atap gedung SMA dan melamarnya. Saat itu, ada ribuan kamera drone di langit membentuk berbagai pola untuk melamar.
Pernikahan mereka sempat menjadi trending topic di media sosial.
Mereka berjanji untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka di tempat yang sama setiap tahunnya.
Benar saja. Pada hari itu, Shella baru saja turun dari tangga dan melihat Irfan yang jarang-jarang tidak pergi ke kantor, serta Arya yang tidak pergi sekolah. Mereka berdua sedang menunggunya sambil tersenyum hangat di sofa.
Shella tetap diam sambil melihat mereka, dan setelah sarapan, dia pergi bersama mereka.
Karena saat itu sedang musim liburan, hanya ada mereka bertiga di sekolah yang besar itu. Tangan kiri Irfan memegang tangan Shella, sementara tangan kanannya menggandeng putranya. Mereka bertiga terlihat begitu manis, hingga siapa pun yang melihat pasti akan merasa iri.
"Papa, Mama, ceritakan kisah kalian dong."
Mendengar itu, Irfan tersenyum lembut. Baru saja dia hendak membuka mulut, suasana yang tenang dan nyaman itu langsung terganggu oleh bunyi dering telepon yang nyaring.
Tanpa perlu menebak, Shella tahu siapa yang menelepon.
Karena pertama, itu adalah nada dering khusus yang dibuat Irfan untuk Kiara.
Kedua, Kiara sudah mengirim pesan kepadanya pagi-pagi.
[Apa yang istimewa dengan ulang tahun pernikahan? Kamu percaya atau nggak, hanya dengan satu telepon dariku, mereka akan meninggalkanmu untuk menemani aku.]
Saat melihat pesan itu, dia hanya tertawa pelan, lalu dia mengirim tangkapan layar pesan itu ke petugas layar iklan.
[Tolong tambahkan ini juga ke layar iklan.]