Bab 5
Saat matanya terbuka lagi, Shella langsung melihat langit-langit putih, dengan bau tajam dari disinfektan yang masuk ke hidungnya.
Perawat masuk sambil mendorong troli untuk mengganti perban, dan ketika melihat Shella terbangun, dia segera mendekat dengan gembira.
"Bu Shella, akhirnya Anda sadar juga!"
"Anda nggak tahu, selama Anda koma, Pak Irfan dan Arya sangat cemas. Mereka bukan hanya berjaga tanpa tidur, tapi juga memanggil semua dokter ahli di kota untuk berkonsultasi. Bahkan demi memohon keselamatan Anda, mereka juga pergi ke Kuil Furama di luar kota untuk berdoa."
"Mereka harus menaiki 999 anak tangga, satu per satu dengan berlutut, bahkan mereka menjadi trending topic!"
Kemudian, perawat itu menyerahkan ponselnya ke depan matanya.
Di dalam video, Irfan dan Arya berlutut satu langkah demi satu langkah menuju kuil di puncak gunung.
Kuil Furama itu tempat yang sangat sakral, jadi sering ada orang yang datang dan berlutut untuk berdoa.
Namun, ini adalah pertama kalinya mereka berdua, ayah dan anak, berlutut bersama.
Karena itu banyak orang yang mengeluarkan ponsel untuk merekam mereka.
Di dalam video, mereka melakukan tiga kali sujud sambil terisak, memohon agar Shella segera sadar.
Melihat pemandangan ini, hati Shella dipenuhi dengan rasa sinis.
Kalau mereka benar-benar sayang pada dirinya, kenapa saat kecelakaan mobil itu mereka memilih untuk melindungi Kiara dan meninggalkannya?
Kabar bahwa Shella sadar dengan cepat sampai ke telinga ayah dan anak itu. Mereka tidak sempat mengobati luka-luka mereka, langsung menyetir malam-malam dari luar kota ke rumah sakit, dan bergegas masuk ke ruang perawatannya.
Mereka langsung memeluknya dengan erat.
Ini adalah kali kedua dia melihat pria itu kehilangan kendali, hanya kali ini ada anaknya juga.
Melihat mata mereka yang merah dan tubuh yang gemetar, Shella sama sekali tidak merasa terharu.
Dia justru merasa mati rasa.
Bukankah akan lebih baik jika dia mati saja?
Mereka akan mendapatkan keinginan mereka, menjadi sebuah keluarga dengan Kiara.
Bukankah itu lebih baik?
Kenapa harus berpura-pura di depannya seperti ini?
Keduanya menangis lama dan berbicara banyak hal, tapi Shella tetap tidak menunjukkan reaksi.
Mereka melepaskan pelukan, tertegun melihat ketenangan di wajah Shella dan tatapan sinis di matanya.
Mungkin mereka juga teringat saat kecelakaan itu. Irfan buru-buru menjelaskan, kenapa dia melindungi Kiara terlebih dahulu, hanya karena Shella dan Kiara mengenakan pakaian yang sangat mirip.
Karena itu, tanpa sadar dia mengira Kiara adalah dirinya.
"Shella, maaf, aku benar-benar hanya salah mengenali orang, nggak akan begitu lagi."
"Ya, Mama, aku janji nggak akan lagi salah mengenali Tante Kiara sebagai Mama, maafkan kami, ya?"
Mereka berdua buru-buru mengangkat jari mereka dan bersumpah.
Saat itu, Shella sudah benar-benar lelah. Terlalu banyak kebohongan yang diulang-ulang, hingga mereka sendiri mulai memercayainya.
Dia menutup matanya dengan lelah, tidak ingin mendengarkan kebohongan mereka lagi.
Pakaian yang dia kenakan hari itu sangat berbeda dengan Kiara, apalagi saat mobil itu menabrak, mereka jelas-jelas memanggil nama Kiara.
Dia mencibir dalam hati, "Irfan, Arya, kalau kalian mau menipuku, setidaknya buatlah cerita yang lebih baik."
"Kenapa bahkan berbohong pun tidak bisa dilakukan dengan baik?"
Dia tidak berkata apa-apa, berbalik dan membelakangi mereka, membiarkan air matanya mengalir begitu saja.
Melihat reaksinya, mereka berdua tidak melanjutkan pembicaraan. Mereka menganggap dia pasti kelelahan dan diam-diam meninggalkan ruang perawatannya.
Beberapa hari kemudian, mungkin karena rasa bersalah atau karena ketakutan, keduanya terus menjaga Shella. Mereka tidak pergi ke mana-mana, dan setiap kali telepon dari Kiara masuk, Irfan langsung memutuskan panggilannya.
Diabaikan dalam waktu lama membuat Kiara benar-benar panik, dan dia mulai mencari cara untuk mendekati Shella.
Satu per satu foto dikirim ke ponsel Shella, sampai akhirnya ada satu video yang juga dikirimkan.
Shella sudah tahu bahwa mereka bertiga sudah membentuk satu keluarga lain di luar.
Namun, melihat langsung foto mereka bersama tetap terasa menyakitkan.
Foto pertama, Irfan berdiri di depan jendela besar, sedang memeluk Kiara dengan penuh kasih. Sementara itu, di luar jendela ada kembang api yang menyala di langit, dan di leher Kiara ada banyak bekas ciuman.
Foto kedua, Arya tertidur nyenyak dalam pelukan Kiara, tangan kecilnya erat memegang lengan baju Kiara, takut dia pergi.
Foto ketiga, Irfan, Arya, dan Kiara berfoto di restoran, duduk bersama seperti keluarga yang sangat akrab.
Foto keempat, mereka bertiga bermain pasir dan membangun istana pasir. Wajah mereka dipenuhi senyuman bahagia.
...
Dan dalam video terakhir ...
Di sebuah pesta ulang tahun.
Suami dan anaknya mencium pipi Kiara.
Suaminya berkata, "Sayang, selamat ulang tahun."
Anaknya berkata, "Mama, selamat ulang tahun."