Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Takdir yang Manis Takdir yang Manis
Oleh: Webfic

Bab 5

Setelah berpakaian rapi dan keluar dari kamar, Carissa tidak melihat Juna lagi. Dia tidak tahu apa dia pergi atau masih berada di dalam kamar, jadi dia tidak mengganggunya dan langsung ganti sepatu untuk pergi ke toko. Saat Carissa baru saja tiba di toko, Cassandra datang dengan putranya Hervi yang belum genap satu tahun. Cassandra melihat Carissa sebentar, ekspresi khawatir di wajahnya sangat terlihat jelas, "Aku lega melihat kamu baik-baik saja." Melihat keponakan yang dipeluk oleh kakaknya tertidur, Carissa segera mengambil anak itu untuk meringankan beban kakaknya. Carissa melihat kakaknya yang lelah dan mengkhawatirkannya, hatinya tiba-tiba merasa sangat hangat. Dia mengulurkan tangan untuk menarik kakaknya duduk di sebelahnya dan berbicara empat mata, tetapi tiba-tiba Cassandra terkejut! Cassandra membuat adiknya panik, "Kak, apa yang terjadi?" Carissa hanya sekadar menarik lengan Cassandra, tidak menggunakan kekuatan apa-apa ... Carissa bereaksi cepat, sebelum Cassandra sempat menjelaskan, dia menariknya untuk duduk dan mengangat lengan baju sang kakak! Sekarang sudah masuk musim gugur, tetapi di Kota Yamani masih terik di siang hari. Orang-orang di jalan banyak yang mengenakan baju dan rok pendek. Kakaknya tidak suka udara panas, jadi tidak mungkin dia akan memakai baju lengan panjang pada cuaca seperti ini. Alasannya pasti ada luka di tubuh Cassandra! Ternyata, lengan Cassandra dipenuhi memar keunguan! "Kak, ini ..." Carissa melihat bekas pukulan yang jelas terlihat di lengan Cassandra, Carissa merasa sangat kasihan, "Bajingan itu memukulmu lagi?!" Cassandra segera menarik lengannya kembali, menurunkan lengan bajunya, dan berusaha keras menggelengkan kepalanya, "Nggak kok! Itu hanya aku yang nggak sengaja menabrak. Carissa, jangan khawatir, kakak baik-baik saja." Carissa mengerti sifat kakaknya yang tidak suka memberitahukan kabar baik atau buruk, meskipun sudah terlihat jelas. Dia tetap berusaha untuk menutup mulutnya. "Kak, kamu akan terus menahannya seperti ini? Kali ini untuk apa?" Carissa sangat sedih. Dia dibesarkan oleh kakaknya dengan sangat baik dan dia tidak tega melihat kakaknya diperlakukan seperti itu oleh keluarga suaminya. Beberapa kali Carissa mencoba ingin bicara dengan mereka, tetapi selalu dicegah oleh Cassandra. Katanya jika membuat keributan, semua orang akan malu. Hal yang paling penting, Cassandra bisa tetap tinggal di sana. Kekuatan mereka berdua sangat lemah, bertengkar pun percuma. Semakin Cassandra membela diri, yang didapat hanyalah sikap yang lebih sadis dari keluarga suaminya. Kali ini, entah dari mana ibu mertua tahu bahwa Henry dan Meliana sedang mengatur pernikahan Carissa dan mereka meminta mahar sebesar 1,2 miliar, jadi mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Cassandra kesulitan. Cassandra tidak ingin mengatakan hal ini kepada adiknya. dia memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan, "Kamu bilang kemarin kamu sudah menikah, apa benar begitu? Jangan-jangan kamu hanya bohongin aku aja?" "Kak, kamu itu!" Carissa tahu kakaknya tidak akan menceritakan berita buruk padanya, tetapi sekarang hanya itu yang bisa membuat hatinya lega. Carissa dengan jujur ​​menceritakan apa yang terjadi kemarin kepada kakaknya, tetapi Cassandra menjadi lebih khawatir setelah mendengarnya, "Jadi, maksudmu kamu sama sekali nggak mengenal orang ini? Apa kamu nggak takut dengan rencanamu ini?" "Setidaknya bukan pria dari desa yang ibu jodohkan. Juna sangat dewasa dan sabar, bahkan memberiku uang!" Melihat dengan mata kepala sendiri, Cassandra baru merasa sedikit tenang, "Kartu hitam berlapis emas seperti ini hanya pernah kulihat di internet. Jangan-jangan dia adalah nasabah prioritas bank? Sepertinya dia orang kaya." Carissa tidak peduli dengan ini, dia menyimpan kartu banknya dan berkata, "Meskipun dia memiliki banyak uang, itu adalah harta pranikah. Aku akan mencatat setiap pengeluaran dari kartu ini biar nggak membuat orang itu berpikir bahwa aku mengambil keuntungan." Carissa melihat banyak pernikahan seperti ini, ayah yang menghitung-hitung setiap uang untuk belanja dan Cassandra yang diejek oleh kakak ipar karena memberikan adiknya 200 ribu, sehingga Carissa menjadi sangat sensitif terhadap uang. Cassandra juga setuju dengan pendapat adiknya. Tidak peduli karena apa alasan mereka menikah, keduanya tidak boleh saling memanfaatkan dalam hal ekonomi. Kehidupan Carissa akan sengsara jika dia melakukan kebodohan seperti Cassandra. "Kamu tahu dia bekerja apa? Tinggal di rumah yang bagus, dan masih memberikanmu kartu bank dengan murah hati," tanya Cassandra sambil menatap Carissa, lalu bertanya lagi, "Apa kamu pernah mengecek berapa uang di dalam kartu itu?" Carissa menggelengkan kepala, berkata, "Maaf, aku nggak ingin bertanya tentang urusan pribadi. Mencari tahu saldo rekeningnya juga nggak sopan, kalau bisa aku nggak boleh sering-sering menggunakan kartu ini, aku masih punya uang sendiri. Kak, uang yang aku berikan kepadamu sebelumnya, kamu harus menyimpannya dengan baik dan jangan sampai mereka tahu." Cassandra mengangguk setuju, dia merasa lega ketika melihat adiknya tidak jadi ditukar oleh ayah dan ibu tiri untuk uang mahar.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.