Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Takdir yang Manis Takdir yang Manis
Oleh: Webfic

Bab 4

Carissa masuk dengan takjub, matanya menjelajahi sekeliling rumah. Rumah mewah seluas sekitar dua ratus meter persegi ini memiliki tiga kamar tidur dan sebuah ruang tamu kecil di lantai atas. Di lantai bawah ada dapur, kamar mandi, ruang makan, ruang tamu, dan balkon terbuka yang luas! Balkon yang besar ini selalu menjadi impian Carissa, sayangnya dia tidak punya uang untuk membeli rumah dan dia hanya bisa mendambakannya selama ini. Sekarang, dia menikah secara mendadak dan malah mendapatkan balkon besar. Dia tahu bahwa langit tidak akan selalu mendung baginya. Melihat Carissa berjalan-jalan di balkon, Juna akhirnya berkata memecah keheningan, "Kamarmu ada di sebelah kanan lantai atas, kamar itu memiliki balkon kecil dan pencahayaannya bagus. Dulu aku tinggal sendiri, jadi apa pun yang kurang, kamu beli saja ya!" Sambil berbicara, Juna dengan penuh perhatian memberikan Carissa sebuah kartu bank berwarna hitam, "Uang di kartu ini boleh kamu gunakan sesukamu, anggap saja sebagai uang untuk keperluan rumah tangga kita setelah menikah." Carissa melihat kartu yang diberikan oleh Juna, mereka baru saja saling kenal dan merasa tidak tepat jika dia langsung menggunakan uangnya. Namun, karena Juna mengatakan bahwa itu adalah uang untuk keperluan rumah tangga setelah menikah, dia juga tidak mempermasalahkannya. Carissa segera mengambil kartu itu dan mengatakan, "Bahkan pasangan yang menikah pun akan mencatat pengeluaran rumah tangga, kita juga harus melakukannya." Juna berpikir tidak perlu, uang baginya hanyalah angka. Lagi pula, dia sudah menikahinya, jadi wajar jika dia membiayai Carissa. Namun, sejak mereka mendaftarkan pernikahan pagi tadi, Juna melihat bahwa Carissa cukup mandiri dan tidak suka merepotkan orang lain. Juna berusaha menghormati apa pun yang ingin dilakukan Carissa. Hanya saja, untuk saat ini Juna tidak akan menceritakan terlalu banyak tentang dirinya pada Carissa. Pertama, karena pernikahan mereka terburu-buru dan mereka belum saling tidak mengenal. Selain itu, Juna juga tidak yakin berapa lama pernikahan ini dapat bertahan. Keduanya harus menghadapi tekanan keluarga. Saat keadaan sudah tenang, Juna tidak akan menghalangi Carissa jika ingin bercerai. Juna merasa tidak perlu mengatakan terlalu banyak tentang dirinya. "Selama kamu tidak keberatan, kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau." Juna memutuskan untuk mengikuti keinginan Carissa. "Jika nggak ingin membahas yang lain, kita bisa bicarakan lagi besok. Ini sudah larut malam, ayo istirahat dulu." Carissa sibuk seharian dan dia sudah sangat mengantuk. Setelah mengakan itu, dia ingin membawa sendiri kopernya ke kamar. Juna adalah pria yang kuat dan sehat, dia juga jauh lebih tinggi dari Carissa. Bagaimana mungkin dia membiarkan Carissa yang begitu kecil membawa barang bawaannya sendiri? "Aku bantu bawakan," kata Juna tanpa memberi Carissa kesempatan untuk bergerak, dia dengan sukarela mengangkat koper dan membawanya ke pintu kamar, "Mulai sekarang ini adalah kamarmu, segalanya terserahmu." "Terima kasih ya, terima kasih ..." Carissa dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada Juna. Tanpa maksud lain, Juna bisa dikategorikan sebagai pria paling sopan yang pernah ada di hidupnya. Setelah tidur nyenyak semalaman Carissa terbangun karena panggilan telepon beruntun dari tukang yang sedang mengerjakan renovasi toko. Setelah menerima telepon, tukang itu meminta Carissa membawa sekotak paku saat datang ke toko. Dia pun segera bangun dan mandi. Setelah selesai mandi di kamar mandi dalam kamarnya yang terpisah antara area basah dan kering, Carissa seperti biasa mengenakan jubah handuk dan keluar dari kamar, berniat pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Saat itu sudah pukul delapan lebih, rumah sangat tenang, pasti Juna sudah pergi bekerja. Dengan pemikiran seperti itu, Carissa pergi ke dapur dan membuka kulkas untuk melihat apa saja bahan makanan yang bisa digunakan untuk sarapan, tetapi dia sadar kalau isi kulkasnya sangat sedikit. Setelah terdiam sejenak, Carissa membuatkan dirinya sendiri roti isi telur dan daging dengan bahan seadanya. Kemudian Dia merebus air dan menuangkannya ke dalam botol untuk diminum nanti. Setelah selesai sarapan, Carissa keluar dari dapur sambil makan roti isi, tiba-tiba dia berpapasan dengan Juna yang hendak masuk ke dapur. Melihat Juna yang baru selesai mandi, Carissa terkejut, "Tuan Juna, apa kamu di rumah? Aku pikir kamu pergi bekerja." Mendengar kata-kata itu, Juna sedikit memperhatikan Carissa, lalu mengerutkan keningnya dan segera memalingkan pandangannya dan berjalan ke arah dapur melewati Carissa dan menjawab, "Hari Sabtu aku libur." Setelah lulus dari Universitas, Carissa, tidak langsung bekerja, melainkan menggunakan uang hasil kerja paruh waktu selama bertahun-tahun untuk membuka toko kecil dan tidak mengenal hari libur. Mengingat ini, Carissa ingin bertanya kepada Juna apa yang dia makan. Namun, dia melihat Juna mengambil dua potong roti dengan santai, sambil makan dia berkata, "Musim gugur sudah tiba, udara semakin dingin, jadi sebaiknya kamu memakai pakaian luar yang tebal saat keluar dari kamar." Mendengar kata-kata itu, Carissa menundukkan kepala dan melihat tubuhnya sendiri sejenak. Dia juga terbiasa tinggal sendirian, jadi dia tidak biasa memakai pakaian dalam di rumah, jadi ... Seketika itu juga, wajah Carissa memerah karena malu dan segera membawa roti isinya ke lantai atas, sambil menjawab, "Iya, saya tahu!" Melihat Carissa melarikan diri secepat kilat seperti rusa yang ketakutan. Juna yang juga terbiasa tinggal sendiri pun mengusap dahinya. "Ah, sudahlah... sudah menikah, pelan-pelan akan terbiasa."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.