Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Takdir yang Manis Takdir yang Manis
Oleh: Webfic

Bab 6

Toko Carissa sedang direnovasi, membuat banyak suara bising. Cassandra akhirnya memilih untuk pulang, setelah memastikan adiknya baik-baik saja. Toko milik Carissa hanya memiliki luas sekitar dua puluh meter persegi dan hari ini hampir selesai direnovasi. Mulai besok dia baru bisa berjualan. Setelah tukang selesai bekerja malam ini, Carissa membersihkan toko lalu pulang. Namun, kali ini Carissa tidak lupa jika dia sudah menikah. Setelah mengunci pintu toko, Carissa segera pulang menuju Apartemen Nantaboga, begitu masuk pintu rumah, ponsel Carissa berdering. Melihat panggilan dari Meliana, Carissa secara langsung melihat sekeliling rumah. Lampu di depan pintu menyala, mungkin Juna belum pulang dan dia memutuskan untuk menyalakan lampu kecil Menebak bahwa Juna tidak ada di rumah, Carissa tanpa pikir panjang menjawab telepon dari Meliana. "Ada apa?" Carissa tidak pernah memanggil Meliana dengan sebutan ibu. Semua itu berawal dari Meliana yang terlampau sering menyiksa adik dan kakak itu selama 20 tahun. Carissa tidak pernah sudi memanggilnya ibu. Semua derita yang ditanggung Cassandra saat ini berasal dari Meliana. Perempuan jahat itu yang memaksanya menikah dan menerima mahar senilai 600 juta. "Carissa, ada apa denganmu? Kemarin malam kita sepakat makan di Hotel Jewel Zahira, kenapa kamu nggak datang? Aku menelepon Cassandra hari ini, gadis itu malah bilang kamu sudah menikah dan minta aku nggak ganggu kamu lagi. Apa yang kalian rencanakan?" Meliana langsung memaki-maki tanpa henti. Carissa menjauhkan ponsel dari telinganya, suara omelan ibu tiri itu menggema di seluruh ruang tamu. "Aku tidak peduli apa yang kamu lakukan, yang jelas uang keluarga Lintang sudah aku terima. Kamu jangan main-main! kalau kamu berani mempermainkanku, lihatlah bagaimana aku akan menghukummu!" Mendengar kata-kata yang memalukan dari Meliana di telepon, Carissa meraba dadanya dan berusaha untuk tetap tenang, "Meliana, punya hak apa kamu bicara seperti itu? Uang itu kamu yang terima, kenapa nggak kamu saja yang nikah dengan Fulan, gampang, 'kan?" Carissa masih terlalu muda, dia tidak bisa menahan emosinya dan langsung berteriak marah. Akhirnya Carissa memutuskan telepon dan memblokir Meliana, dia tidak ingin mendengar kata-kata kotor darinya. Di ruang tamu yang luas, Carissa tidak menyalakan lampu, cahaya bulan yang terang menyinari masuk ke dalam ruangan, membuat tubuhnya yang kurus terlihat menyedihkan. Juna yang melihat waktu sudah larut malam, hendak keluar untuk melihat keberadaan Carissa, tanpa sengaja dia mendengar percakapan itu. Langkah kaki Juna terhenti di tangga, dia melihat Carissa yang membelakangi dirinya, sedang menangis tersedu-sedu. Sebelumnya Carissa mengatakan kalau keluarganya sudah menjodohkan dia, tetapi dia tidak mau. Sekarang terlihat kalau orang tuanya ingin menukar putri mereka dengan mahar. Juna pernah melihat berita seperti ini hanya di media, sekarang dia benar-benar mengalaminya sendiri. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya untuk menghibur Carissa. Setelah sempat ragu, Juna akhirnya turun ke bawah untuk menyalakan lampu utama di ruang tamu. Ruang tamu seketika menjadi terang, Carissa yang tadinya sedang berjongkok menangis segera berdir. Dia buru-buru mengusap air matanya dan berbalik melihat Juna yang mengenakan pakaian santai. "Tuan Juna, kamu di rumah, ya?" Carissa jelas terkejut, dia pikir hanya ada dia di rumah. Kalau Juna sudah di rumah, pasti pria itu mendengar banyak hal saat Carissa menjawab telepon. Carissa malu untuk membicarakan hal ini, terutama di depan seorang pria asing. Dia tidak ingin dianggap murahan. Juna terlihat santai, mengangguk dan berkata, "Bukannya kita perlu beristirahat hari ini? Kamu pulang malam sekali, sudah makan belum?" Sambil berbicara, Juna berjalan ke dapur seolah-olah tidak melihat mata sembab Carissa yang habis menangis. Dia juga berpura-pura tidak mendengar telepon tadi. Juna berusaha membuat Carissa tidak merasa malu. Melihat Juna berjalan ke dapur, Carissa segera mengikutinya dan berkata, "Nggak ada makanan di dalam kulkas, biar aku yang ..." Carissa terus bicara dan mengikuti Juna ke depan lemari es, begitu dibuka mereka melihat lemari es yang penuh dengan berbagai bahan makanan. "Hah? Kamu pergi belanja ya?" Carissa melihat isi kulkas yang penuh dengan bahan makanan, menatap Juna tidak percaya. Mendengar itu, Juna menatap Carissa sejenak, lalu berkata, "Aku sudah menyuruh seseorang mengantarnya." "Pesan antar ke rumah." Carissa berkata sambil asal mencari beberapa bahan makanan di dalam kulkas dan siap untuk memasak mie. "Apa ada layanan pesan antar untuk ini?" Juna tampak bingung, itu karena dia meminta asistennya membeli semua bahan ini dan mengirimkannya. Namun, dia tidak mengatakannya. Melihat Carissa dengan mahir mencuci sayuran, memotong bahan makanan, dan menyalakan kompor. Sudah jelas dia adalah seseorang yang pintar memasak. Meskipun usianya masih muda, tetapi dia sangat terampil dalam memasak. Dia pasti sudah mulai melakukannya sejak kecil. Carissa dengan cepat membuat sup, sambil menunggu air mendidih untuk merebus mie, dia berbalik dan menatap Juna, "Tuan Juna, apa pekerjaanmu? Hari ini kakakku bertanya padaku, tapi aku nggak bisa menjawab pertanyaan itu." Pertanyaan ini bagus, Juna sudah tahu cepat atau lambat dia akan bertanya tentang pekerjaan. Dia adalah CEO Grup Nasution yang memiliki peringkat global, tetapi saat ini dia masih belum bersedia untuk mengatakannya kepada Carissa.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.