Bab 13
Juna berdiri sangat dekat dengan Carissa. Dia melihat tubuh lemah Carissa terus-menerus gemetar dan dahinya yang halus dipenuhi dengan buliran-buliran keringat dingin. Juna tahu pasti Carissa merasa tidak nyaman karena kata-kata Meliana tadi.
Melihat Carissa yang tetap keras kepala berdiri di depannya dalam keadaan seperti itu, Juna sebagai seorang pria dewasa tidak mungkin membiarkan seorang gadis kecil menghadapi wanita yang merepotkan seperti Meliana sendirian.
Memikirkan hal ini, Juna langsung memeluk Carissa yang merasa tidak enak badan dan tidak bisa bicara. Kemudian, dia memberikan jaketnya sendiri untuk menghangatkan tubuh Carissa.
Carissa pun merasakan kehangatan dari tubuh Juna. Mungkin karena cuaca benar-benar dingin dan dia memakai pakaian yang tipis malam itu, Carissa merasa hangat di dalam dekapan Juna.
Kalau dipikir-pikir, kenapa Carissa bisa merasa tenang saat berada di pelukan Juna?
Dia pasti sedang pusing karena hipoglikemia.
Tepat pada saat itu, suara Juna terdengar di atas kepala Carissa. "Aku nggak tahu persis apa yang terjadi di antara kalian, tapi kamu pasti bisa pulang malam ini bukan karena polisi, melainkan karena Carissa memaafkanmu. Aku harap kamu jangan keterlaluan."
Sambil berkata demikian, Juna menunduk dan mendapati napas Carissa sedikit terengah-engah. Kemudian dia dengan tegas mengingatkan Meliana, "Aku sudah selesai bicara, sebaiknya kamu mendengarkan nasihatku. Kalau nggak ... "
Juna membalas ancaman halus Meliana tadi dengan cara yang sama, membuat Meliana yang bersalah merasa semakin takut setiap kali dia memikirkannya.
Dalam perjalanan pulang, Carissa terus bersandar pada kursi dengan perasaan tidak nyaman.
Ketika Meliana tadi menyebutkan tentang kampus, Carissa seakan kembali ke masa di mana semua orang memandangnya dengan tatapan aneh. Perasaan tidak nyaman itu mungkin akan terus menghantuinya dan membuat hatinya gelisah.
Mobil yang dikendarai Juna tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Carissa melihatnya turun dari mobil, tetapi dia terlalu lemas untuk bertanya apa yang sedang Juna lakukan.
Tak lama kemudian, Juna kembali ke mobil dan memberikan segelas minuman teh susu hangat yang baru dibelinya kepada Carissa. "Kamu kena hipoglikemia. Nih aku belikan minuman manis, minum ini pasti akan membuatmu merasa lebih baik."
Carissa yang pucat pasi bahkan tidak punya tenaga untuk berterima kasih. Jadi, dia hanya bisa menatap segelas teh susu besar di tangannya.
Seolah-olah mengerti rasa canggung Carissa, Juna kemudian mengambil teh susu dari tangan gadis itu dan mendekatkannya ke bibirnya.
Bertahan hidup adalah naluri. Dengan sedotan di bibirnya, Carissa meneguk beberapa kali dan merasa tubuhnya perlahan menghangat. Pusing dan pandangan kabur yang tadi dialaminya juga cukup berkurang.
Setelah mendapatkan kembali sedikit tenaga, Carissa meraih minuman teh susu dari tangan Juna. Dia tidak ingin disuapi dan dianggap sebagai gadis yang manja.
Melihat Carissa yang terlihat begitu lemah tetapi masih berusaha kuat, Juna pun mengurungkan niat untuk membantunya.
"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Juna sambil menatap Carissa.
"Sudah agak mendingan," jawab Carissa dengan lemah. Dia menatap Juna dan bertanya, "Kamu nggak penasaran kenapa aku ada di kantor polisi malam ini?"
Apa pun yang ingin diketahui oleh Juna, dia bisa dengan mudah menyelidikinya kapan saja.
Hanya saja, Carissa merasa malu dan enggan membicarakan hal ini. Jadi, Juna juga tidak menganggunya dengan banyak bertanya.
Melihat Juna tidak berkata apa-apa dan hanya menatapnya, Carissa teringat perkataan 'Bicarakan baik-baik' yang Meliana katakan tadi. Dia merasa perlu mengingatkan Juna.
"Dia ibu tiriku, Meliana. Malam ini dia membuat keributan besar di rumah kakakku. Aku dan temanku, Jelita yang kamu lihat tadi, melaporkannya ke polisi."
Carissa menceritakan secara singkat apa yang terjadi malam itu, sehingga Juna pun mengetahui jika …
Meliana berusaha membawa Carissa kembali ke kampung halaman untuk dinikahkan dengan putra kepala desa, Fulan Lintang. Namun, karena Carissa telah menikah dengan Juna dan pindah dari rumah kontrakan sebelumnya, Meliana tidak dapat menemukannya. Akhirnya, Meliana membuat keributan di rumah Cassandra.
"Jadi kakakmu terlibat keributan dengan ibu tirimu karena berusaha melindungimu. Lalu karena nggak tahan melihat kakakmu diperlakukan seperti itu, kamu langsung melaporkannya ke polisi," Juna menyimpulkan.
"Ya." Carissa mengangguk. Meskipun melaporkan anggota keluarga ke polisi seringkali dianggap tidak pantas oleh banyak orang, Carissa sama sekali tidak menyesal.
Hanya dengan mendengar Meliana berteriak di rumah Carissa, 'Semoga seluruh keluargamu sial selama sepuluh tahun', sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak pernah menganggap mereka bersaudara sebagai keluarga. Lalu, mengapa Carissa harus terlalu banyak mempertimbangkan perasaan Meliana?
"Apa kamu juga berpikir, ' Lagi pula ibu tiriku sudah membesarkanku, jadi aku nggak boleh melakukan ini'?" Carissa sering melihat berita seperti ini, banyak sekali warganet yang suka menyalahkan korban di kolom komentar.
Juna menyadari bahwa Carissa selalu berusaha keras untuk menyenangkan semua orang. Sepertinya ini disebabkan karena dia tidak mendapatkan banyak perlindungan dan kasih sayang dari keluarganya sejak kecil.
Kalau dilihat-lihat, Carissa sudah sial sejak dia kehilangan ibunya.