Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Takdir yang Manis Takdir yang Manis
Oleh: Webfic

Bab 11

Telinga Juna sangat peka. Begitu dia mendengar suara Carissa di seberang sana, dia langsung tahu bahwa Carissa sekarang ada di kantor polisi. Dia pun berinisiatif untuk bertanya, "Kamu kenapa?" Seorang gadis seperti Carissa, masih berada di luar saat larut malam. Apa dia bertemu dengan preman? Teringat berita tentang kedai barbekyu beberapa waktu lalu, meskipun hanya sebagai pengamat, dia pasti akan memihak korban. Bagaimanapun juga, gadis selalu dianggap sebagai pihak yang lemah. "Nggak ada apa-apa, aku … " Carissa merasa malu untuk menceritakan masalah ini kepada Juna, Lagi pula keduanya masih terlalu asing untuk berbagi hal-hal pribadi seperti ini. "Kirimkan lokasimu padaku," kata Juna dengan nada tak sabar. Sebenarnya, dia setuju untuk menikah cepat hanya agar kakeknya berhenti menekannya. Tak disangka, setelah mendengarkan nasihat kakeknya dan menikahi gadis ini, masalah dan urusannya justru bertambah banyak dibandingkan sebelumnya. Setelah menutup telepon, Juna langsung mengambil kunci mobil dan keluar. Bagaimanapun juga, dia sudah menikahi Carissa, jadi dia harus bertanggung jawab atasnya. Terlebih lagi, bukan Carissa yang memulai masalah ini. Karena dipaksa, Carissa hanya bisa menurut dan mengirimkan lokasinya. Jelita diam-diam memperhatikannya dari samping. Setelah lokasi terkirim, dia mendecakkan lidahnya beberapa kali. Dia menatap Carissa dengan penuh selidik, lalu bertanya dengan nada penuh makna, "Carissa, jujur saja. Apa kamu menikah dengan seorang CEO?" Saat pertengkaran di rumah Cassandra tadi, Jelita sedang berada di luar untuk merekam bukti, dan tanpa sengaja mendengar masalah ini. Hanya saja, masalah ini baru reda sekarang. Jadi, dia baru punya waktu untuk menanyai Carissa. "Hah? Apa maksudmu?" Carissa kebingungan dengan pertanyaan Jelita. Apa yang dia maksud dengan " CEO "? "Jangan menyangkal! Sikapnya tegas sekali, benar-benar ciri khas seorang CEO!" Jelita tanpa ragu langsung mengambil ponsel dari tangan Carissa, sidik jarinya bisa langsung membuka ponsel Carissa. "Aku lihat dulu deh postingannya di WhatsApp, nanti aku bakal tahu siapa dia ... hmm?" Jelita buru-buru memeriksa status WhatsApp Juna, dan ternyata ... kosong melompong. Bahkan foto profil WhatsApp-nya pun tidak ada, begitu juga dengan deskripsi dirinya. "Hidupnya kosong banget. Dia orangnya kaku, ya?" Jelita mengenyitkan dahi sambil mengomel, "Carissa, kamu tahu, 'kan? CEO dalam novel itu seperti ini!" Carissa sangat mengenal Jelita. Sejak kuliah, dia sudah suka sekali membaca novel, menonton anime, dan drama idola. Kepalanya penuh dengan plot-plot yang sangat romantis dan dramatis. Kalau dia tidak jadi novelis online, maka dunia penulisan online pasti akan merugi. "Jelita, kalau kamu punya waktu memikirkan hal-hal seperti itu, lebih baik pikirkan cara bagaimana kamu bisa menemukan suami kaya dan menikahi dia agar orang tuamu senang," kata Carissa sambil mengambil kembali ponselnya. Lalu dia pun mengingatkan, "Jangan lupa, Tante menyuruhmu pergi kencan buta Sabtu minggu depan." Begitu membicarakan soal ini, Jelita langsung pusing tujuh keliling. Padahal dia baru lulus kuliah setahun, keluarganya sudah mendesaknya untuk segera menikah dan punya anak. Sungguh pemikiran yang ketinggalan zaman. "Karena kamu yang memulai pembicaraan ini, jadi Sabtu minggu depan kamu ikut aku, ya. Keputusan sudah final!" Sikap Jelita yang memaksa seperti ini, apa bedanya dia dengan Juna? Bagaimana dia bisa dengan mudah menyebut orang lain sebagai CEO? Carissa selalu kesulitan menolak permintaan Jelita. Saat ingin menolak, dia melihat Meliana keluar dari ruang interogasi lain. Karena mereka ada di kantor polisi dan Meliana takut dituduh oleh Carissa, akhirnya dia tidak berani mengganggu Carissa lagi. Dengan bantuan polisi, keduanya duduk di ruang mediasi dan menjelaskan semuanya secara langsung. "Mulai sekarang, jangan datang lagi ke rumah kakakku untuk membuat keributan, dan jangan memaksaku untuk menikah," ujar Carissa. Dia tidak punya permintaan lain, hanya berharap Meliana tidak lagi mengganggu mereka berdua. Meliana sekarang tahu kelemahan Carissa, jadi dia merasa tenang. "Baiklah, tapi kamu nggak boleh memblokirku lagi. Aku harus selalu bisa menemukanmu." Carissa tahu betul kalau dia tidak setuju, pasti Meliana akan terus mengganggu kakaknya. Jika itu terjadi, kakaknya akan kembali dipersulit oleh keluarga suaminya dan merasa tertekan. Memikirkan kakak dan keponakannya, Carissa menarik napas dalam-dalam dan akhirnya menyetujui permintaan Meliana. Polisi senang melihat masalah ini bisa didiskusikan dan selesai dengan cepat. "Baik, kalau kedua belah pihak puas dengan kesepakatan ini, tanda tangani saja dan kalian bisa pergi." Malam sudah larut, baik Carissa maupun Meliana tidak ingin menginap di kantor polisi. Mereka langsung pergi setelah menandatangani surat pernyataan itu. Ketika Carissa keluar dari kantor polisi dan bersiap untuk pergi bersama dengan Jelita, tiba-tiba Juna juga datang dengan mobilnya. Pria tampan, tinggi, dan penuh karisma seperti Juna ini, selalu menarik perhatian di mana pun dan kapan pun. Lihat saja, Jelita langsung terpesona dan menarik tangan Carissa dengan semangat. "Carissa, lihat! Ada cowok ganteng!" Carissa baru menyadari kehadiran Juna. Sebelum dia sempat menjelaskan, Juna sudah berjalan cepat ke arahnya. Juna memiliki penglihatan yang tajam. Dari jauh, dia sudah melihat kunciran bulat lucu Carissa masih sama seperti saat dia keluar pagi tadi. Sepertinya, tidak ada hal buruk yang terjadi. Ketika Juna sudah dekat, Carissa seperti anak nakal yang melakukan kesalahan. "Tuan Juna … "

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.