Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4 Ingat, Namaku Tristan

"Kalau begitu, biarkan saja." Suara pria itu dalam dan dingin, memberi kesan tidak peduli. Juan menutup mulutnya, tidak berani mengatakan apa-apa, dan diam-diam membuka pintu mobil. ... Bernard sampai di rumah saat sudah larut malam. Dengan langkah sempoyongan, dia masuk dan berteriak, "Di mana Chyntia? Dia belum datang untuk minta maaf? Cepat suruh dia buatkan sup pereda pengar!" Setelah berteriak cukup lama, seorang pembantu akhirnya keluar dari dalam. "Pak Bernard, Nona Chyntia nggak ada di sini." Bernard mengerutkan alisnya, seperti tidak percaya. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan yang dia kirimkan ke Chyntia, menyuruh wanita itu membuatkan sup pereda pengar, tapi tidak ada balasan sama sekali. "Bagus, bagus sekali." "Chyntia, kamu benar-benar berani, bahkan nggak membalas pesanku!" Bernard marah dan langsung melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur, wajahnya cemberut. Melihat itu, pembantu dengan hati-hati bertanya, "Pak Bernard, apakah perlu saya buatkan sup pereda pengarnya sekarang?" "Nggak perlu, keluar!" Bernard berkata dengan marah, pembantu pun langsung membalikkan tubuhnya, meninggalkan ruangan lalu menutup pintu. ... Chyntia terbangun di pagi hari berikutnya. Bau disinfektan yang baru saja disemprotkan di ruangan rumah sakit begitu menusuk, membuatnya mengernyit tanpa sadar. Matanya sedikit memicing, menyesuaikan dengan cahaya di ruangan, dan dia melihat sebuah sosok tinggi berdiri di dekat jendela. Chyntia merasa agak bingung sejenak. Ada rasa bahagia yang melintas, dan dengan suara serak dia berkata, "Bernard." Mendengar suaranya, tubuh pria yang berdiri di dekat jendela itu tampak kaku sejenak, lalu berbalik, dan menatapnya dengan wajah dingin. Cahaya jendela menerpa wajahnya dari belakang, menonjolkan setiap lekuk wajahnya. Bayangan bulu matanya jatuh di bawah mata, semakin memperkuat aura tegas yang melekat pada dirinya. Chyntia melihat jelas wajah pria itu, seketika harapan dalam matanya sirna, dan wajahnya menjadi pucat pasi. "Paman, kenapa ada di sini?" Ternyata itu adalah Tristan Gunawan, paman Bernard yang termuda. "Apa kamu kecewa karena aku yang datang?" Suaranya terdengar dingin dengan nada mengejek. Tristan sudah berdiri di depan Chyntia, sosoknya yang tinggi menutupi wanita itu. Chyntia selalu menaruh rasa hormat dan takut pada pria itu. Kini wajahnya tampak sangat kaku, tidak mampu menyembunyikan kegugupannya. Dengan susah payah dia berusaha menenangkan diri, lalu berkata, "Nggak, tadi aku salah melihat." "Chyntia, ini sudah kedua kalinya kamu salah mengenali aku." Tristan berkata dengan suara dingin, ada sedikit rasa tidak puas. Mata Chyntia berkedip pelan. Pertemuan pertama mereka terjadi tiga tahun silam di kediaman Keluarga Gunawan. Saat itu, Chyntia mengunjungi Bernard dan mendapati seorang pria muda berdiri membelakangi dirinya di taman. Sosoknya begitu mirip dengan Bernard, bahkan pakaian rumah putih yang dikenakannya pun sama persis dengan yang suka dipakai Bernard. Tiba-tiba dia punya ide untuk menakut-nakuti Bernard, jadi diam-diam Chyntia berjalan mendekat, berdiri di belakangnya dan menutup matanya. "Bernard, tebak siapa aku?" Dia tersenyum manis, suaranya ceria dan menyenangkan. Namun, yang menjawab bukan suara cerah dari Bernard, melainkan suara pria yang dingin dan jernih, tapi sangat enak didengar. "Aku bukan Bernard." Chyntia langsung terkejut dan mundur, hampir jatuh karena kakinya tersandung. Namun, sebuah tangan yang kuat menariknya dan membawanya ke dalam pelukan pria itu. "Ingat ya, namaku Tristan." Suara dingin terdengar di atas kepalanya. Dia menatap ke atas dan melihat wajah yang sangat tampan, juga bertemu dengan sepasang mata dingin yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Tristan Gunawan yang terkenal kejam dan dingin ini, baru saja diisengi oleh Chyntia. Chyntia sangat takut, dan sejak itu setiap kali bertemu dengannya, Chyntia selalu menghindar. Matanya bergetar sejenak, tidak menyangka Tristan masih ingat kejadian saat dia salah mengenali dirinya sebagai orang lain. Memang seperti yang dikatakan, Tristan seorang yang pendendam. "Ya, maaf Paman."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.