Bab 3 Terjatuh ke Dalam Pelukannya
Sejak kecil, Chyntia selalu menempel pada Bernard seperti lem. Dia selalu ingin tahu urusan-urusan Bernard, dan meskipun sangat menyukai pria itu, dia tetap berpura-pura dingin. Selain membaca buku, mencampur parfum, main piano, atau masak, hidupnya terasa sangat membosankan dan datar.
Bernard merasa hidupnya bersama Chyntia terlalu membosankan dan penuh tekanan.
Namun, satu-satunya hal yang baik adalah Chyntia itu penurut.
Kalau sekarang dia bilang mau putus, Bernard tidak akan percaya sama sekali.
Ini pasti cuma karena emosi sesaat saja. Sebelumnya juga Chyntia sering marah, Bernard tinggal membeli barang kecil untuk menenangkannya, nantinya Chyntia juga akan kembali seperti biasa.
"Kalian lihat saja, setelah selesai nanti, aku akan kirim pesan. Dia pasti akan datang ke rumah untuk membuatkan sup pereda pengar. Cewek itu, jangan terlalu dimanjakan."
Bernard yakin dari lubuk hatinya bahwa Chyntia tidak akan benar-benar putus dengannya, dan ekspresi puas kembali muncul di wajahnya.
"Ck, ck, Bernard sudah benar-benar bisa mengendalikan calon istrinya dengan sangat baik!"
"Aku sungguh iri sama Bernard. Pembantu di rumahku saja kalah telaten dan perhatian darinya."
Bernard tersenyum puas sambil memeluk pinggang Susan. "Karena hari ini aku senang, setelah makan kue, mari kita berbelanja sepuasnya. Biar aku yang membayar semuanya!"
...
Chyntia keluar dari hotel dengan tergesa-gesa, darah sudah mengotori separuh gaunnya. Orang-orang yang lewat menatapnya dengan heran, seakan-akan sedang melihat badut.
Air mata Chyntia mengalir tanpa bisa ditahan, dia cuma ingin cepat-cepat keluar dari sana. Tanpa sadar dia menabrak seorang pria yang sedang masuk ke hotel.
"Pak Tristan!"
Juan Bahtiar, asisten yang ada di belakangnya, terkejut dan segera berusaha menarik wanita yang menabrak presdirnya. Dia pikir itu mungkin salah satu wanita ceroboh yang berusaha mendekati sang Presdir!
Namun, sebelum dia sempat bergerak, wanita itu sudah mundur dua langkah dan jatuh ke tanah.
Juan bingung, jangan-jangan ini cuma trik pura-pura jatuh?
"Jangan berpura-pura jatuh, kamu yang menabrak Presdir kami duluan!"
Juan buru-buru mengatakan itu.
Tristan menunduk dan melihat noda darah yang menempel di kemejanya setelah bertabrakan dengan wanita itu, keningnya mengernyit sedikit.
"Maaf, aku nggak sengaja."
Chyntia meminta maaf secara refleks, dan mencoba bangkit tapi tubuhnya terasa lemas dan pandangannya menjadi gelap.
Mendengar suara itu, mata Tristan yang hitam pekat seketika bersinar. Seolah-olah tidak percaya ketika melihat wanita yang terduduk di tanah itu. Seketika dia menunduk, menyibak rambut wanita itu, menggunakan cahaya dari luar pintu untuk melihat wajahnya dengan jelas.
"Chyntia."
Suaranya yang dalam terdengar, seperti suara piano yang paling merdu.
Chyntia mengangkat kepalanya dengan susah payah, merasa seperti melihat wajah yang dikenalnya, tapi pandangannya kabur.
"Kamu ... "
Sebelum kalimatnya selesai, pandangannya menjadi gelap, dan dia pingsan begitu saja. Tubuhnya jatuh ke samping.
Tristan dengan cepat menopang tubuhnya. Saat melihat luka di lengannya dan gaun putih yang sudah berlumuran darah, ekspresi kesal di matanya makin tajam, memancarkan kemarahan yang dingin.
"Katanya akan segera menikah, kenapa bisa jadi begini?"
Dia berbicara dengan suara rendah, sulit untuk menilai apakah itu perhatian atau ejekan. Kemudian, dia membungkuk dan mengangkat Chyntia dari tanah dengan gerakan yang begitu lembut
"Sudah dewasa, kenapa tubuhnya malah makin ringan?"
Juan tidak melihat wajah Chyntia dengan jelas, hanya melihat Presdir yang biasanya dingin dan tidak tertarik pada wanita malah memilih untuk memeluk wanita itu. Dia merasa sangat terkejut.
Apa mungkin baru tabrakan sekali, langsung ada perasaan?
"Pak, Anda mau apa ... "
"Ke rumah sakit."
"Tapi, nanti ada pertemuan penting. Sekarang kita sudah di tahap paling krusial, kalau Anda nggak datang, bagaimana kalau proyeknya gagal?"