Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5 Foto Ciuman

Chyntia menundukkan wajahnya, suaranya sedikit gemetar, tidak berani membuka mata untuk melihat pria itu. Tristan melihat tangannya yang menggenggam selimut dengan kuat karena gugup. Sebersit senyuman tipis melintas dalam matanya yang pekat, lalu tiba-tiba dia membungkuk dan memandang Chyntia dari dekat. "Aku nggak suka jika ada orang berbicara padaku, tetapi matanya malah melihat ke arah lain." Jari dinginnya mengangkat dagu Chyntia, memaksa wanita itu untuk menatap matanya. Menatap wajah tampan yang kini begitu dekat di depannya, tubuh Chyntia langsung kaku, matanya dipenuhi ketakutan saat menatap Tristan. "Aku, aku minta maaf." "Minta maaf untuk apa?" Tristan bertanya. Ujung matanya yang sipit sedikit terangkat, memancarkan keangkuhan. Namun, sebuah tahi lalat kecil tepat di bawah mata kanannya seolah-olah menjadi penyeimbang, mengurangi kesan dingin dan jauh yang dia pancarkan. Harus diakui, dia benar-benar pria yang tampan luar biasa. Chyntia menelan ludah, berusaha menstabilkan emosinya dan berkata, "Maaf Paman, aku nggak akan salah mengenalimu lagi." "Ingat perkataanmu, kalau nggak, kamu akan menanggung sendiri akibatnya." Dengan suara rendah yang dingin, pria itu meliriknya sebentar dengan tatapan penuh arti, lalu berdiri tegak. Merasakan ancaman itu, jantung Chyntia berdebar kencang. Hanya karena salah mengenali orang, kenapa sampai segitu marahnya? "Bagaimana lenganmu bisa terluka begitu?" Suara dingin itu terdengar lagi. Bulu mata Chyntia bergetar halus, ingatan akan peristiwa memalukan di hotel kemarin kembali menghantuinya. Hidungnya terasa masam, matanya berkaca-kaca. Dia berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh, lalu berkata dengan suara mantap, "Aku nggak sengaja terjatuh." Tristan melihatnya menggigit bibir sedikit, seolah-olah sedang berusaha menahan emosinya, dan sorot matanya pun menjadi makin dalam. "Paman, terima kasih sudah mengantarku ke rumah sakit. Biaya pengobatannya akan aku transfer padamu. Paman pasti sibuk, aku juga sudah nggak apa-apa sekarang. Jadi, Paman nggak perlu khawatir, silakan lanjutkan urusanmu." Chyntia berkata sambil memaksakan senyum di wajahnya. Tristan menatap wajah Chyntia yang dipaksakan tersenyum, sebuah senyuman yang lebih mirip tangisan. Bibirnya terkatup rapat, tidak ada sepatah kata pun keluar. Akhirnya dia berbalik dan meninggalkan ruangan. Begitu pintu tertutup, Chyntia tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Dia meringkuk di tempat tidur dan menangis pelan. Di luar ruangan, Tristan melihatnya melalui kaca di pintu. Matanya yang hitam pekat langsung terlihat muram, bibirnya terkatup rapat. "Pak ... " "Coba periksa, aku ingin tahu apa yang terjadi dengan Chyntia di hotel kemarin malam." Begitu Juan datang, dia langsung mendapat perintah dari Tristan. Sudahlah, sepertinya rapat hari ini juga tidak akan bisa terlaksana. Setelah Chyntia menangis sejenak, dia mengambil ponsel di meja, dan melihat pesan yang dikirim Bernard melalui Whatsapp. [Chyntia, aku habis minum alkohol, jangan lupa buatkan aku sup pereda pengar.] [Chyntia, kenapa kamu nggak membalas pesanku? Jangan keterlaluan! Kalau kamu meneleponku sekarang untuk minta maaf dan datang ke rumahku membuatkan sup pereda pengar, aku akan mengampuni kesalahanmu hari ini!] Melihat pesan dari Bernard, Chyntia merasa itu lucu sekaligus menyedihkan. Inilah orang yang selama ini dia sukai. Pria yang selalu menyalahkan dirinya atas segala yang terjadi. Dia menghapus pesan Bernard tanpa membalasnya, malah menelepon sahabatnya, Mona Kristanto. "Mona, aku di rumah sakit, bisa jemput aku?" Satu jam kemudian. Chyntia duduk di mobil Mona, sambil mendengarkan sahabatnya yang terus-menerus mengumpat. "Aku akan pergi ke rumah Bernard, si berengsek itu. Berani sekali dia memperlakukanmu seperti ini. Chyntia, kalau kamu masih nggak putus dengan dia, aku bakal bawa kamu untuk mengganti mata!" Mona berbicara dengan nada marah, suaranya sarat akan kekecewaan. Dia memang sudah lama tidak suka dengan Bernard! Chyntia menunduk, matanya terpaku pada layar ponselnya, mengamati unggahan terbaru Susan di media sosial. Postingan terbarunya adalah foto tangan dengan cincin berlian, serta foto dia sedang mencium seorang pria.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.