Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2 Minta Putus

Setelah mengusap air mata dan memperbaiki riasannya, Chyntia membuka pintu dan mendapati Bernard sedang asyik minum berdua dengan Susan. "Hahaha, Bernard, kalau mau main ya main sekalian. Nanti malam langsung ke kamar pengantin saja!" "Bernard memang beruntung. Calon istrinya anggun dan dewasa, asistennya imut dan memikat!" Melihat tangan mereka yang saling berpelukan, hati Chyntia terasa perih. Inilah pria yang sudah dia cintai selama sepuluh tahun ... Melihat Chyntia keluar, seseorang menegur Bernard dengan pelan, "Bernard, jangan bercanda lagi, Chyntia sudah keluar." "Chyntia, semua ini cuma lelucon, buat meramaikan suasana, kamu jangan ... " Bernard memotong penjelasannya. "Aku nggak akan membiarkan kebiasaan jeleknya terus berlanjut!" Setelah itu, dengan sikap menantang, dia mengangkat alis ke arah Chyntia. "Kalau kamu nggak suka melihatnya, ya pergi saja, jangan berdiri di sini dan merusak suasana!" Chyntia menahan rasa perih di ujung hidungnya. Dia menatap mata Bernard, berkata dengan tegas, "Bernard, kita putus saja." Begitu kata-katanya terucap, suasana di ruangan langsung hening. Apa mereka tidak salah dengar? Malah Chyntia yang meminta putus? Bernard terdiam sejenak, melemparkan puntung rokoknya, lalu tertawa sinis. "Kamu serius? Jangan sampai nanti kamu datang menangis sambil memohon padaku!" "Kak Chyntia, maafkan aku. Pak Bernard cuma kasihan karena aku nggak punya teman, makanya dia menemaniku merayakan ulang tahun. Jangan sampai ini merusak hubungan kalian. Kalau Kakak marah, tampar aku beberapa kali juga nggak apa-apa, tapi tolong jangan putus dengan Pak Bernard." Susan maju dan menggenggam tangan Chyntia, menunjukkan ekspresi wajah yang lemah dan menyedihkan. "Plak!" Chyntia mengangkat tangannya tanpa ragu dan menampar Susan. Susan terkejut sejenak, tidak menyangka Chyntia benar-benar akan bertindak begitu. Wajahnya langsung terasa panas dan perih Riasan yang susah payah dia buat pasti sudah hancur. "Chyntia, kamu kenapa sih!" Bernard juga terkejut dengan tindakan Chyntia. Beberapa detik kemudian dia tersadar, dan berteriak marah. Dia maju, mendorong Chyntia, kemudian melindungi Susan di belakangnya. Chyntia terjatuh menabrak meja. Lengannya terkena pisau buah yang ada di meja itu, dan darah segar langsung mengalir keluar. Melihat apa yang terjadi, wajah Bernard langsung berubah. Secara refleks dia melangkah maju ingin membantu Chyntia, tapi Susan menarik lengannya. "Pak Bernard, ini semua salahku. Jangan marahi Kak Chyntia. Kalau itu bisa meredakan kemarahanmu, aku nggak keberatan ditampar beberapa kali." Melihat wajah Susan yang sudah bengkak, Bernard langsung melupakan rasa bersalah yang sempat muncul untuk Chyntia, digantikan dengan kemarahan dan rasa muak. "Coba lihat wajahmu yang penuh kebencian itu! Kamu sama sekali nggak pengertian seperti Susan. Cepat minta maaf padanya!" Dia berkata dengan suara tenang, tetapi malah membela wanita lain. Chyntia menutup matanya sejenak, menahan agar air mata tidak jatuh. Luka di lengannya tidak sebanding dengan rasa sakit di hati. Selama ini hatinya terus tertuju pada Bernard, berharap pria itu akan menoleh padanya suatu saat nanti. Pemuda yang dahulu nekat menerobos api untuk menyelamatkannya, kini sudah tidak ada lagi. Dia sudah lelah, tidak mau lagi mengejar. Chyntia membuka matanya, perlahan berdiri. Darah di lengannya mengotori gaun putihnya yang indah, wajahnya pucat, tapi ekspresinya sangat dingin dan tegas. Dia menatap Bernard dan berkata, "Aku nggak akan minta maaf. Dia sendiri yang cari masalah." Setelah itu, Chyntia berbalik pergi, dengan tegas tanpa keraguan. "Bernard, sepertinya wajah Chyntia terlihat pucat. Dia kehilangan banyak darah. Kamu yakin nggak akan ada masalah?" "Dia nggak akan mati kok." Bernard mengerutkan kening dengan kesal, merasa gelisah. "Chyntia nggak benar-benar minta putus 'kan? Nanti bagaimana kamu menjelaskannya ke keluarga?" Keluarga Santoso dan Gunawan sudah lama bersahabat, hubungan mereka sudah terjalin sejak lama. Bernard mendengus, kembali menyalakan rokoknya. "Dia nggak akan minta putus, paling juga cuma ngambek. Diamkan saja beberapa hari, nanti juga dia yang minta maaf."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.