Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1 Pengkhianatan di Malam Lamaran

Di dalam ruang VIP hotel. Di depan menara sampanye setinggi sepuluh tingkat, Bernard dan asisten barunya berpegangan tangan mesra sambil memotong kue ulang tahun. Melihat Chyntia masuk, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah, malah dengan santai dia berbicara. "Hari ulang tahun Susan sama denganmu. Tapi, dia merantau sendirian dan nggak punya banyak teman di sini, jadi aku tunda pestamu dan berikan kesempatan ini untuk dia dulu. Nanti, ulang tahunmu kita rayakan dua hari kemudian." Senyuman di wajah Chyntia membeku, tangannya yang memegang tas perlahan mengepal erat. Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-25. Bernard pernah berkata akan melamarnya di hari istimewa ini. Dia sengaja memakai gaun putih kecil yang cantik pemberian Bernard, berdandan dengan sempurna untuk datang ke hotel ini. Namun, pemandangan yang dilihatnya membuat tubuhnya terasa beku seperti terkena guyuran air dingin. Cincin pertunangan dengan berlian merah muda tiga karat, yang sudah lama dia incar, kini berkilauan di jari perempuan yang digenggam oleh Bernard. Chyntia merasa matanya pedih. Dia berjalan mendekati Bernard, menarik napas panjang, lalu menunjuk tangan Susan sambil bertanya, "Lalu, cincinnya?" Bernard mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Acaranya begitu mendadak, aku nggak sempat beli hadiah. Dan karena Susan suka cincin itu, jadi aku kasih dulu ke dia." Padahal itu jelas cincin yang dia tunggu selama tiga tahun, dipilih dengan sangat hati-hati sebagai cincin pernikahan ... Chyntia merasa hatinya hancur berkeping-keping. Matanya memerah, dan dengan tangis yang tertahan, dia bertanya, "Lalu aku bagaimana, Bernard? Apa artinya aku bagimu?" Bernard mendengus tidak sabar. "Kenapa kamu nggak dewasa banget, sih? Dari kecil sampai sekarang, sudah berapa kali aku rayakan ulang tahunmu? Kasih kesempatan sekali ini saja ke Susan, apa masalahnya?" Kasih kesempatan? Kenapa harus dia yang selalu mengalah? Demi menaikkan posisi Susan di perusahaan, Bernard merebut kontrak yang hampir dia dapatkan. Pria itu membiarkan Susan menyiramkan kopi ke badannya, sambil mengejeknya terlalu membesar-besarkan masalah. Bahkan kalau Susan melakukan kesalahan, tetap saja dia yang disuruh memperbaikinya, dengan alasan muluk bahwa yang berbakat harus lebih banyak bekerja. Apa sebenarnya arti dirinya bagi Bernard selama ini? Apakah semua orang lebih penting daripada dia? Dengan mata berkaca-kaca, Chyntia ingin menjaga harga dirinya yang tersisa, dia berbalik dan masuk ke kamar mandi. Di luar, beberapa teman mulai mencoba menenangkan. "Bernard, kali ini kamu benar-benar sudah kelewatan." "Kamu tahu betapa pentingnya lamaran ini buat Chyntia, tapi kamu malah sengaja membawa asistenmu buat bikin dia marah." Bernard menaruh potongan kue ke piring dengan santai dan menyerahkannya pada Susan. Tatapan Susan terlihat puas sejenak, lalu dia pura-pura cemas sambil berkata, "Pak Bernard, ini semua salahku. Seharusnya aku nggak usah datang dan membuat Bu Chyntia marah. Nanti aku akan minta maaf padanya." Bernard menepuk bahu Susan sambil menenangkan. "Ini bukan salahmu. Dia saja yang pikirannya terlalu sempit. Aku memang sudah lama mau mengubah kebiasaan buruknya yang suka ngambek." "Bernard, kamu nggak takut dia benar-benar marah dan nggak menerima lamaranmu?" Bernard mengembuskan asap rokok dan tertawa kecil, seolah-olah baru mendengar lelucon. "Sejak kecil, dia sudah ingin menikah denganku, bahkan sangat berharap bisa menyandang gelar Nyonya Gunawan. Bagaimana mungkin dia menolak?" "Kalau bukan karena dia cukup pandai memuji dan selalu menurut, dia sama sekali nggak pantas berada di sampingku." Ucapan itu langsung disambut sorakan dari teman-temannya. "Memang Bernard nggak ada lawan! Bahkan dewi kampus pun tunduk di hadapannya!" "Bernard, ajarin kami juga dong!" "Cih, pertama-tama, kalian harus punya cewek yang tergila-gila sama kalian!" Seluruh kalangan elite Bintala tahu betul bahwa Chyntia Santoso adalah bayangan yang selalu mengikuti Bernard Gunawan, sang pewaris takhta. Mereka beda usia tiga tahun, tumbuh bersama, dan Chyntia mengejar Bernard hingga masuk universitas di Kota Hayana. Dia bahkan rela tinggal di sana demi Bernard. Demi membantu Bernard yang baru memulai bisnisnya, Chyntia meninggalkan jurusan piano yang dia cintai, lalu dengan sukarela bekerja sebagai asisten di perusahaan Bernard. Dia pernah bekerja lembur selama sebulan penuh, bahkan menghadiri jamuan dan minum alkohol sampai sakit lambung, hanya demi satu kontrak untuk Bernard. Teman-teman di kalangannya sering berkata kalau Chyntia begitu mencintai Bernard sampai kehilangan jati dirinya sendiri. Bernard sendiri yakin Chyntia tidak akan meninggalkannya, jadi dia memperlakukan Chyntia dengan semena-mena. Chyntia berdiri di dalam kamar mandi, menempelkan kedua tangan ke telinga, menatap refleksi dirinya di cermin dengan mata sembab dan wajah pucat. Dia memaksakan senyum yang lebih mirip tangisan. "Chyntia, sudah sepuluh tahun berlalu, kenapa kamu masih terus bersikap murahan seperti ini?"
Bab Sebelumnya
1/100Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.