Bab 22 Kekecewaan Sang Guru
Yuni kelihatannya agak tidak percaya.
Tak bisa dimungkiri, Tristan memang sempurna dalam segala hal, baik penampilan maupun latar belakang keluarga. Dia tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun.
Sepertinya gadis yang dikejar oleh Tristan ini bukan orang biasa.
Namun, jarang sekali dia melihat Tristan tersenyum seperti itu. Pemuda yang biasanya pendiam dan jarang bicara itu tampaknya benar-benar telah menemukan seseorang yang sangat dia sukai.
"Yang datang menjenguk Tante Yuni banyak juga, ya."
Tristan melihat sebagian besar ruangan dipenuhi buah-buahan dan buket bunga, lalu berbicara dengan nada datar.
"Semua itu dari murid-murid Tante. Begitu mereka tahu Tante sakit, mereka bersikeras untuk datang menjenguk. Padahal seleksi lomba Piala Nusantara sudah dekat, tapi mereka masih saja nggak fokus berlatih."
Yuni tertawa sambil berbicara. Namun, saat tertawa, tiba-tiba matanya terlihat suram seolah-olah mengingat sesuatu. Dia menarik napas panjang dan berkata dengan nada penuh penyesalan,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda