Bab 439
Dengan satu hempasan itu, kepalaku makin pusing.
Dia menekan tubuhnya ke arahku, menatapku dengan tatapan yang sangat ganas, seolah ingin benar-benar membunuhku.
Melihat tatapan kejam di matanya, mendadak aku tak ingin melawan lagi.
Seolah apa pun yang kulakukan, hidupku ini tak akan pernah lepas dari genggamannya. Aku hanya menjadi mainan baginya.
Dera lapar dan haus telah menghancurkan semua harga diri dan keangkuhanku.
Aku melihat ke arah gelas air di tangannya, lalu memohon dengan nada sedih dan tak berdaya, "Aku salah, nggak seharusnya aku bersikap lancang dan mencoba menantang batas kesabaranmu."
"Aku nggak akan kabur lagi, kumohon ... berikan aku seteguk air ...."
Kerendahan hati seperti itu, belum pernah kulakukan seumur hidupku.
Bahkan saat aku meminjam uang darinya atau tidur bersamanya, aku tak pernah merendahkan diri seperti ini.
Aku melihat wajahnya yang dingin dan kaku, hati ini terasa sakit.
Pada akhirnya, baginya, aku hanyalah alat untuk melepaskan amarah dan memenuhi h
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda