Bab 139
Sungguh, rasanya aku sudah lama meninggalkannya.
Aku sudah memutuskan kalau aku ingin benar-benar putus dengannya, jadi entah apakah saat ini aku akan menjawab panggilan ini atau tidak.
Di tengah keraguan, dering ponsel berhenti.
Aku menghela napas lega dan melihat namanya dengan linglung.
Entah mengapa dia tiba-tiba meneleponku?
Apakah karena nenek atau karena aku berutang uang padanya?
Benar, aku masih berutang banyak padanya.
Sekarang setelah aku pergi tanpa mengatakan apa pun, apakah dia akan mengira aku akan menolak membayar utangku?
Memikirkan hal ini, aku mengirimkan pesan padanya.
"Terima kasih telah membantu keluargaku melunasi utangnya dan terima kasih telah bersedia meminjamkan uang kepadaku."
"Mengenai utangku padamu, aku akan berusaha keras untuk mengumpulkannya seumur hidupku, lalu membayarnya kembali kepadamu dengan bunga."
Setelah mengirimkannya, aku memasukkan ponselku ke dalam saku dan kembali ke tempat kerjaku untuk memilah catatan rapat tadi.
Akan tetapi begitu dudu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda