Bab 8
"Tak disangka Pak Jordan bisa jatuh cinta juga." Setelah Sherline pergi, seseorang tiba-tiba berkomentar di belakang Jordan.
Jordan menoleh ke belakang pada Melvin. "Kamu nggak ada kerjaan?"
"Nggak juga. Jordan, jangan-jangan kamu nikah dengan gadis itu demi nenekmu? Kamu nggak merasa itu terlalu mendadak?" tanya Melvin sambil melangkah ke depan.
Sudah belasan tahun Melvin mengenal Jordan. Dalam ingatannya, Jordan selalu kalem dan pendiam. Kali ini, Jordan mendadak menikah, bahkan dengan gadis yang baru ditemui sekali saja.
"Nasi sudah menjadi bubur, sudah terlambat untuk menyesal. Kenapa nggak hadapi saja?" ujar Jordan dengan tenang sambil mengantongi satu tangan ke dalam saku.
Sebenarnya, Jordan juga tidak mengerti mengapa dia setuju untuk menikah dengan Sherline. Saat bertatapan dengan sepasang mata terang itu, dia pun setuju.
Melvin menatap sahabat baiknya dan tidak melanjutkan topik itu. Lalu, dia membicarakan tentang Harris dan Robert.
"Aku beritahukan masalah istrimu. Ayah Nona Sherline ingin menikahkannya dengan Harris untuk menutupi kekurangan dana Grup Limuntang. Grup Limuntang sudah mulai hancur di bawah pimpinan Robert. Harris berjanji akan menyuntikkan dana untuk Grup Limuntang setelah Sherline menikah dengannya."
Jordan sudah mengetahui hal itu dari awal. Itulah mengapa dia menyuruh Melvin mencari Harris hari ini.
"Tolong kamu ulur waktu seminggu lagi. Dia ada urusan yang belum diselesaikan, kira-kira butuh seminggu. Tunggu sampai dia selesaikan urusannya."
"Oke, aku mengerti. Aku pulang dulu." Melvin mengiakan.
Saat Melvin kembali ke dalam ruangan, Sherline sedang dipaksa oleh Robert untuk menyulang bir dengan Harris.
"Pak Harris, mohon maklum atas kejadian kemarin. Putriku masih terlalu muda, aku sudah menegurnya. Dia juga sudah menyadari kesalahannya sehingga secara khusus datang hari ini untuk minta maaf. Sherline, cepat sulang bir dengan Pak Harris."
Sambil berkata, Robert mendorong Sherline dengan kuat. Tatapan matanya penuh ancaman.
Sherline menundukkan pandangan ke gelas di tangannya. Entah disengajakan atau tidak, gelas anggur merah itu berisi arak putih. Segelas saja sudah bisa membuatnya kehilangan kesadaran.
Melvin masuk tepat waktu untuk mencegat. Senyuman tersungging di wajahnya. "Kalian harus berbelaskasihan pada perempuan. Segelas begini pasti mabuk. Kita semua di sini pria, hanya ada satu perempuan cantik. Nggak seru kalau dia mabuk."
Harris yang ingin menjilat Melvin tentu menyanggupi. "Benar, benar, Pak Melvin benar. Nggak usah kalau begitu, nggak usah minum."
Sherline menghela napas lega. Dia memberi tatapan syukur pada Melvin dan Melvin kebetulan menoleh ke sana. Saat bertatapan, Melvin mengedipkan mata padanya dengan ramah.
Sherline buru-buru memalingkan tatapan. Dia samar-samar bisa menebak. Dia mabuk di bar waktu itu, tetapi masih punya sedikit ingatan. Melvin duduk di sebelah Jordan waktu itu.
Bantuan Melvin saat ini pasti berkaitan dengan Jordan.
Selama makan, semua orang menjilat Melvin, sedangkan Sherline duduk diam di samping.
Dikarenakan pembelaan Melvin barusan, Robert tidak lagi menyulitkan Sherline.
Usai makan, Melvin hendak pergi. Sebelum itu, dia memberi tatapan penuh arti pada Sherline. "Nona Sherline, acara makan kali ini sangat menyenangkan karena kehadiranmu. Kita akan berjumpa lagi kalau berjodoh."
Lalu, Melvin pergi.
Setelah semua orang pergi, Robert segera berkata menjilat pada Harris, "Pak Harris, kami datang hari ini untuk meminta maaf atas kejadian kemarin. Sherline juga sudah menyadari kesalahannya. Kalian bisa bicarakan baik-baik di atas."
Implikasi Robert sangat jelas, yaitu ingin Sherline menemani Harris!
Harris melirik Sherline. Gadis ini memang cantik dan memiliki keindahan yang polos dibanding wanita lain. Akan tetapi, dari kelakuan Melvin barusan, Melvin sepertinya menyukai Sherline.
Keluarga Sunardi sendiri juga memiliki kekuatan yang besar, ditambah berteman dengan Keluarga Ramos, Melvin adalah orang yang harus Harris dekati. Untuk saat ini, Harris hanya bisa mengurungkan niatnya terhadap Sherline.
"Aku sudah melihat ketulusanmu. Aku lelah hari ini, sampai di sini saja. Karena kalian begitu tulus, aku maafkan kejadian sebelumnya. Tapi aku sibuk dengan urusan Grup Ramos akhir-akhir ini. Pernikahan ditunda dulu, tunggu sampai urusan Grup Ramos selesai diurus."
Harris melambaikan tangan. Matanya yang sipit penuh perhitungan. Jika Melvin menyukai Sherline, dia bisa membentuk kerja sama yang lebih mendalam dengan Grup Ramos.
Seketika, senyuman menghiasi wajah Robert. Dia buru-buru mengangguk. "Oke, oke, oke. Terserah Pak Harris."
Suasana hati Harris sangat ria hari ini. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan berjalan ke luar.
Setelah Harris pergi, Robert menghela napas lega dan tersenyum puas. Dia menoleh pada Sherline. "Kelakuanmu sangat baik hari ini. Setelah Grup Limuntang dapat suntikan dana, aku akan pindahkan kakekmu ke bangsal terbaik."
Sherline merapatkan bibir dan diam saja.
Robert yang girang tidak menghiraukan reaksi Sherline. Dia membawanya pulang.
Begitu masuk ke rumah, Berlina berlari keluar dan memeluk lengan Robert. "Ayah, Selvin datang. Katanya mau bahas tentang pernikahan."
Sambil berkata, Berlina melemparkan tatapan provokatif pada Sherline.
Pada saat ini, hati Sherline tenang tak beriak.
Terdengar suara tawa dari dalam. Sepertinya Karen dan Selvin sedang berbincang dengan asyik.
Robert berjalan ke dalam dan melihat Selvin yang duduk di sofa. Dia langsung memasang senyuman di wajah. "Selvin, orang tuamu sudah bicarakan dengan kami sebelumnya. Kami semua setuju."
Keluarga Gunawan menduduki peringkat ketiga di Kota Lauton. Akan tetapi, Keluarga Gunawan dipimpin oleh putra sulung, sedangkan Selvin hanya menduduki posisi yang tidak berbobot di perusahaan.
Selvin tersenyum lembut. "Pernikahannya agak terburu-buru. Aku takut Berlina akan keberatan, jadi mau tambah dua miliar lagi. Ini ketulusanku, anggap saja maskawin."
Selvin mengeluarkan kartu bank dari saku dan menaruhnya ke meja.
Karen tersenyum berseri-seri. "Selvin sayang sekali pada Berlina. Nggak salah Berlina selalu memikirkanmu."
"Ibu ...." Berlina malu-malu dan menarik lengan baju Karen.
Melihat keluarga yang harmonis itu, Sherline merasa dirinya seperti orang luar.
Sherline hendak pergi ke lantai atas karena tidak berminat melihat kemunafikan mereka.
Baru saja Sherline melangkahkan kaki, Berlina memanggilnya dari belakang, "Kakak, tunggu."
Berlina berlari kecil ke sisi Sherline dan menariknya ke depan Selvin tanpa menghiraukan kesediaan Sherline.
"Kakak, acara pernikahan kami di minggu depan. Kakak pasti akan hadir, 'kan?" Berlina berlagak akrab.
Sherline tidak menjawab. Tatapan matanya yang dingin melirik Selvin.
Selvin menatap Sherline. Ada sedikit rasa bersalah di hatinya karena telah membatalkan janji pernikahan dengan Sherline. "Sherline, walau ada ketidaksenangan di antara kita, aku dan Berlina saling mencintai. Aku harap kamu bisa merestui kami."
Melihat pria munafik di depannya, Sherline merasa mual dan jijik!
Berlina menambahkan, "Bukannya Kakak sudah menikah dengan model pria itu? Ajak suamimu ke acara pernikahan minggu depan, biar kami semua lihat. Bagaimana?"