Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Harris mengira Melvin menyukai Sherline. Dia tentu setuju demi menjilat Melvin. "Oke, terserah Bapak." Robert tersenyum mendengar itu. Dilihat dari sikap hormat Harris barusan, pria ini pasti memiliki status yang luar biasa. Jika pria ini menyukai Sherline, kesulitan Keluarga Limuntang saat ini mungkin akan teratasi. Melvin akhirnya paham mengapa kemarin malam Jordan bersikeras menyuruhnya mencari Harris. Ternyata demi seorang wanita. Melvin makin penasaran. Di Kota Ditus, ada banyak wanita yang mendatangkan diri pada Jordan, tetapi Jordan cuek saja dan sama sekali tidak berminat. Sekarang, Jordan malah meminta bantuannya demi seorang wanita. Mereka pun masuk ke ruangan. Harris segera berkata menjilat, "Pak Melvin, kapan Grup Ramos akan adakan perjamuan ini? Bisa nggak kita ikut?" Melvin mendongakkan mata dengan santai. Kali ini, dia datang atas nama Grup Ramos. Akan tetapi, Grup Ramos memang akan memulai sebuah proyek di Kota Lauton dan membutuhkan mitra kerja sama. Melvin menyangga dagunya dengan tangan. "Sekitar dua minggu lagi. Mungkin akan ada kabar dalam beberapa hari lagi. Sebagai pengusaha besar di Kota Lauton, Pak Harris pasti akan diajak." Harris tersenyum berseri-seri. Dia berkata, "Aku sungguh terhormat bisa bekerja sama dengan Grup Ramos. Terima kasih banyak juga atas bantuan Pak Melvin. Kalau ada yang bisa kubantu, sebut saja." Grup Ramos! Keluarga Ramos merupakan keluarga konglomerat nomor satu di Kota Ditus! Apalagi dapat melakukan pendekatan dengan Grup Ramos, jalan bagi perusahaannya akan makin lebar dan dia akan meraih kesuksesan! Kabar bahwa Grup Ramos akan datang ke Kota Lauton sudah tersebar dari sebelumnya, tetapi sang penanggungjawab tidak kunjung terlihat. Sekarang begitu Melvin mengungkapkan identitasnya, para bos perusahaan di Kota Lauton berebutan untuk bisa bertemu dengannya. "Kali ini, pemimpin Grup Ramos sendiri datang ke Kota Lauton. Ini bukan keputusanku," kata Melvin dengan santai. Tatapan matanya yang penuh arti tertuju pada Sherline, tetapi segera dialihkan. Melvin melanjutkan. "Kalian ingat, Pak Jordan baru menikah dan sangat menyayangi istrinya. Kalau kalian mau menyenangkan hati Pak Jordan, kalian bisa coba untuk menyenangkan nyonya itu." Harris agak terkejut. Secara logika, pernikahan sang pemimpin Grup Ramos adalah masalah besar. Tidak mungkin dia tidak mendengar kabar sedikit pun. "Sebelumnya dibilang Pak Jordan lajang, 'kan? Kapan Pak Jordan menikah?" "Baru-baru ini. Kalian nggak pernah dengar? Nggak pernah ada wanita di dekat Pak Jordan. Pak Jordan bisa nikah kilat kali ini, artinya Pak Jordan sangat mencintai wanita itu. Lebih efektif kalau kalian melakukan pendekatan melalui istrinya," ujar Melvin sambil tersenyum. "Pak Melvin tahu nggak siapa namanya?" tanya Harris segera. "Aku nggak tahu. Ini tergantung kepekaan kalian." Melvin mengubah topik pembicaraan. "Sudah, ayo makan dulu. Katanya makanan di Hotel Harmoni sangat enak." Sherline duduk di pojok dengan kepala tertunduk dan tidak bergerak. Saat mulai makan, Robert menarik Sherline dan berbisik padanya, "Cepat sulang bir dengan Pak Harris." Sherline tetap diam. Robert mengancamnya lagi, "Sherline, jangan lupa kakekmu!" Sherline tiba-tiba beranjak dari kursi sehingga semua orang di ruangan menoleh padanya. Sherline berkata dengan kepala tertunduk, "Aku ... aku pergi ke toilet." Lalu, Sherline bergegas meninggalkan ruangan. Robert sangat marah, tetapi tidak dapat menunjukkan kemarahannya di depan orang-orang penting di dalam ruangan itu. Sherline baru bisa bernapas dengan lega setelah meninggalkan ruangan itu. Lingkungan barusan membuatnya tertekan sampai tidak bisa bernapas. Dia seperti produk yang akan ditransaksikan oleh para pria, bisa dijual kapan saja. Sherline membasahi wajahnya, lalu menatap pantulan dirinya yang pucat di cermin. Kakek masih di rumah sakit. Dia sudah menghubungi orang, tetapi butuh waktu seminggu. Dalam seminggu ini, dia harus tinggal di rumah Keluarga Limuntang dan menenangkan Robert. "Ada apa? Kenapa wajahmu pucat sekali," tiba-tiba terdengar suara rendah dan serak yang familier dari belakang. Sherline terbengong dan menolehkan kepala. Entah sejak kapan, Jordan sudah berdiri di belakangnya. Sherline mengatur ekspresi di wajahnya, lalu bertanya dengan heran, "Kenapa kamu di sini?" Hotel Harmoni merupakan hotel paling eksklusif di Kota Lauton dan menggunakan sistem keanggotaan. Semua tamu hotel itu adalah orang kaya atau orang elite. Bagaimana Jordan bisa masuk? Jordan tersenyum dan bertanya balik, "Bagaimana aku bisa masuk menurutmu?" Sherline melirik Jordan. Jordan berpakaian kasual hari ini dengan kemeja lengan panjang hitam dan celana hitam. Akan tetapi, pakaian sederhana itu tidak dapat menutupi aura mulianya. Mengingat profesi Jordan, Sherline samar-samar bisa menebak jawabannya. Dia bertanya, "Kamu temani wanita ka ... uhm, temani klien?" Senyuman Jordan makin lebar setelah mendengar jawaban Sherline. Dia tidak menjelaskan, malah mengangguk dan mengiakan, "Iya." "Nggak nyangka profesi kalian juga harus menemani klien, cukup melelahkan," keluh Sherline. Tatapan mata Jordan menjadi rileks. Dia bertanya dengan santai, "Iya, klien kali ini bahkan seberat seratusan kilo." "Uhuk uhuk!" Sherline tersedak oleh udara ketika mendengar beratnya seratusan kilo. Dia terbatuk sampai meneteskan air mata. Butuh sesaat sebelum Sherline bisa berbicara lagi. "Pekerjaanmu ... memang susah." Ketidakberdayaan Sherline membuat suasana hati Jordan menjadi lebih baik. Dia menundukkan pandangannya dan tersenyum saat berkata, "Ya, sekarang sudah berkeluarga, harus lebih berusaha cari uang." Sherline mengusap hidungnya dengan canggung. Dia berpikir Jordan berusaha keras untuk mencari uang demi membantunya. Jadi, Sherline berkata dengan tulus, "Aku ... nggak terlalu paham tentang profesi kalian, tapi kamu harus jaga kesehatan tubuh, jangan terlalu lelah. Selain itu, kamu nggak usah khawatir dengan masalah keluargaku. Aku sudah hubungi rumah sakit lain, tapi mereka butuh waktu untuk ke sini. Seminggu harusnya cukup." "Kamu mengkhawatirkanku?" Jordan tiba-tiba mencondongkan tubuhnya yang jangkung. Suaranya yang rendah dan merdu berbunyi di telinga Sherline. Sherline langsung menghindar seperti kelinci kaget. "Ya, sekarang kamu sudah sah menjadi suamiku. Aku nggak mau kamu kenapa-napa." Jordan berdiri tegak lagi dan berhenti mengolok-olok Sherline. "Lusa besok, nenekku akan datang ke Kota Lauton. Dia mau ketemu kamu. Kamu punya waktu nggak?" "Kira-kira kapan?" Sherline menenangkan diri. Pernikahannya dengan Jordan bersifat mutualisme. Dia akan memenuhi permintaan Jordan, selama itu tidak keterlaluan. "Malam besok lusa, datang ke rumah untuk makan dengan nenekku," kata Jordan. "Oke, aku akan luangkan waktu." Sherline mengangguk. "Hmm, aku akan bantu kamu siapkan hadiah. Kamu hanya perlu datang." Sherline buru-buru mengangguk. Setelah Jordan selesai berbicara, dia langsung berbalik badan dan pergi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.