Bab 5
Sherline mengepalkan tinju. Napasnya mulai menjadi berat.
Jordan menundukkan pandangan, wajah gadis dalam pelukannya memerah karena marah. Bagaimanapun, Sherline adalah istrinya. Tatapan mata Jordan yang dingin dan agresif tertuju pada Robert.
"Aku benar-benar kaget hari ini, ternyata Keluarga Limuntang begitu nggak tahu malu. Kamu mengancam putrimu dengan ayah kandungmu sendiri. Kamu nggak tahu jadi bahan tertawaan kalau orang lain tahu?"
Jordan mendongakkan dagu dan tersenyum dingin.
Robert naik pitam. Jika bukan karena kedatangan pria ini, pernikahan Sherline dan Harris sudah ditetapkan. Robert langsung melampiaskan kemarahannya yang tertahan kepada Jordan.
"Siapa kamu? Memangnya orang luar berhak ikut campur dalam urusan Keluarga Limuntang kami? Orang sepertimu sudah banyak kutemui. Jangan pikir kamu bisa melakukan pendekatan dengan orang kaya karena Sherline adalah anggota Keluarga Limuntang. Kuberi tahu kamu, dia bukan apa-apa di sini!"
Ucapan Robert seperti bilah tajam yang menyakiti Sherline.
Sedikit rasa kekeluargaan yang tersisa di hatinya pun sirna.
Jordan mengernyit dan ingin membela Sherline, tetapi pergelangan tangannya ditarik. Sherline menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. "Sudah, kamu pulang dulu."
Robert bertekad ingin menikahkannya dengan Harris. Sekalipun Jordan membelanya, itu tidak akan mendatangkan keuntungan, mungkin malah akan menciptakan masalah.
Jordan diam saja. Tatapan matanya melekat pada Sherline.
"Dia nggak boleh pergi dulu. Kalian harus cerai hari ini!" Robert menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Pak Harris sangat suka kamu. Kalau kamu cerai, dia nggak akan keberatan."
Robert hanya mengutamakan kepentingan pribadi, sama sekali tidak menghiraukan kesediaan Sherline.
"Ada masa tenang kalau mau cerai. Sekalipun aku mau cerai, harus tunggu sebulan," ujar Sherline.
"Kalau begitu, kamu ikut aku pergi minta maaf dengan Pak Harris besok. Bilang saja masalah hari ini hanya disebabkan karena pria ini. Kalian bisa bikin resepsi dulu, lalu daftarkan pernikahan setelah sudah lewat sebulan." Kemarahan memudar sedikit dari wajah Robert. Dia sudah merencanakan segalanya.
Sherline menundukkan pandangan, tetapi tidak menolak. Dia bertanya dengan suara gemetar, "Lalu, Kakek ...."
Pada saat ini, Robert melembutkan suaranya untuk menjaga martabat, "Sherline, apa yang Ayah katakan tadi hanya karena terlalu marah. Kakekmu adalah ayah kandungku. Aku nggak mungkin melakukan hal-hal nggak bermoral seperti itu."
"Ya, aku antar dia keluar." Sherline tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia sepenuhnya kecewa terhadap keluarganya.
Mendengar Sherline berkompromi, Robert tidak menghentikannya. Suasana hati Robert menjadi jauh lebih baik.
Sherline buru-buru membawa Jordan pergi.
Jordan berhenti begitu sampai di luar. Dia menundukkan pandangan pada Sherline dan bertanya dengan suara dingin, "Kamu benaran mau nikah dengan pria itu?"
Sherline mendongak dan menatap wajah tampan Jordan. Dia memiliki perasaan yang asing sekaligus familier. Jordan hanyalah orang asing yang ditemuinya sekali saja, tetapi hubungan mereka sangat intim menurut hukum.
"Nggak, tapi kalau aku langsung tolak sekarang, aku takut Robert akan membahayakan kakekku. Masa tenang untuk cerai ada sebulan. Itu sudah cukup untuk mengaturkan kakekku."
Sherline bukan orang yang pasrah terhadap situasi. Tidak ada yang bisa memaksanya melakukan hal yang tidak ingin dia lakukan.
Ekspresi Jordan menjadi lebih tenang setelah mendengar jawaban Sherline. Dia mengangguk dan berujar, "Sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Kalau ada yang bisa dibantu, kamu bisa beri tahu aku kapan saja."
Sherline menatap Jordan dengan ekspresi rumit, lalu menggelengkan kepala. "Lupakan saja, aku memang nggak seharusnya melibatkanmu dalam masalah ini. Kamu hanya model pria, sedangkan Keluarga Tambunan berkuasa di Kota Lauton. Kamu mungkin bisa kehilangan pekerjaan kalau menyinggung Harris."
Jordan terdiam.
Apakah dia benar-benar terlihat seperti model pria?
Senyuman menghiasi wajah Jordan. Dia bertanya, "Sebenarnya dari mana kamu tahu aku adalah model pria?"
Sherline melirik Jordan dengan heran. Mungkinkah dia salah menebak? "Kamu di bar dan mau kubayar. Memangnya kamu bukan model pria?"
Ternyata begitu. Jordan tersenyum dan tidak menjelaskan apa-apa. "Kita hanya saling membantu. Nenekku akan datang ke Kota Lauton dalam beberapa hari lagi. Kondisi tubuhnya agak lemah. Harapan terbesarnya adalah melihatku menikah dan punya anak. Jadi, tolong bantuanmu."
Mendengar itu, Sherline mengangguk. "Oke. Kamu bisa kabari aku dulu nanti. Aku akan luangkan waktu."
Tidak heran Jordan menyetujuinya dengan lugas waktu itu. Ternyata demi neneknya.
"Lalu, apa rencanamu besok?" tanya Jordan lagi. Robert ingin membawa Sherline ke rumah Keluarga Tambunan besok untuk meminta maaf. Harris yang tampak mesum itu jelas bukan orang baik.
Sherline tersenyum getir. "Pergi saja. Aku sudah berjaga-jaga, mereka nggak bisa menjebakku."
Sherline tidak punya pilihan. Jika dia menolak Harris, Robert mungkin benar-benar akan melakukan hal tidak bermoral. Oleh karena itu, dia harus pergi besok, walau ada bahaya yang menantinya.
Jordan menundukkan pandangan dan tidak berkomentar.
Sherline menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha menahan keletihannya. "Kamu pulang saja. Aku masuk dulu."
Saat melihat Sherline pergi, Jordan tetap diam. Dia berbalik badan dan hendak pergi. Baru saja berjalan beberapa langkah, Jordan mendengar suara langkah kaki yang cepat dari belakang. Lalu, seseorang berseru,
"Tunggu, berhenti. Ada yang mau kubicarakan denganmu."
Jordan berhenti dan menoleh ke belakang. Berlina terengah-engah setelah berlari ke depan Jordan. Wajahnya merah tersipu saat melihat pria tampan di depan.
Berbeda dengan Selvin yang lembut, pria ini sangat tampan dan membuat orang sulit untuk memalingkan mata darinya.
Berlina awalnya berpikir dia bisa mengalahkan Sherline dengan merebut Selvin. Alhasil, Sherline mendapatkan pria unggul semacam ini entah dari mana.
Ketampanannya sungguh sempurna!
Berlina berdeham, lalu berdiri tegak dan berucap, "Aku tahu kamu pasti menikah dengan Sherline karena uang, tapi Sherline hanya orang kampung yang dibesarkan di desa. Dia nggak punya uang. Kalau kamu mau uang, kamu bisa cari yang lain."
Jordan tersenyum setelah mendengar imbauan Berlina. Senyuman mengejek menghiasi tatapan matanya. Dia bertanya dengan acuh tak acuh, "Oh? Nona punya kandidat lain?"
Berlina tidak dapat mencalonkan diri karena dirinya akan segera bertunangan dengan Selvin. Akan tetapi, hatinya sangat tergerak oleh pria tampan ini. Dia tersenyum seraya memberikan kartu nama pada Jordan.
"Aku kenal banyak wanita yang lebih cantik dan lebih kaya dari Sherline. Kalau butuh, kamu bisa hubungi aku kapan saja."