Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Jordan masuk dari pintu. Hari ini, dia memakai jas abu-abu yang menonjolkan tubuhnya yang kekar dan ketampanannya. Kedatangannya langsung menyita perhatian semua orang. Sherline terkesiap. Mengapa Jordan datang ke sini? Sherline beranjak dari sofa dan buru-buru menghampiri Jordan. Dia berbisik, "Kenapa kamu ke sini?" Jordan merangkul pinggang Sherline dengan sikap mendominasi. Dia mengangkat alis sambil menatap semua orang di ruang tamu. "Kita baru nikah, aku harusnya temani kamu pulang ke rumah. Kenapa? Kamu nggak senang?" Wajah Sherline memerah. Bukannya dia tidak senang, tetapi dengan situasi saat ini, Jordan sama seperti masuk ke kandang harimau. Bagaimana model pria yang tidak berdaya bisa melawan Harris? Sherline menarik Jordan dan berbisik, "Kamu pulang dulu. Masalah di sini agak rumit, sulit dijelaskan." Ini urusan keluarga Sherline. Dia tidak ingin melibatkan Jordan dalam masalah. Akan tetapi, Jordan sangat keras kepala dan terus memeluknya. "Kamu istriku. Masalahmu adalah masalahku." Omongan Jordan membuat Harris marah. Dia awalnya cukup puas terhadap Sherline dalam berbagai aspek, tetapi tiba-tiba muncul seorang pria dan pria itu membuatnya kehilangan muka. Seketika, Harris marah dan menepuk meja dengan kuat. Terdengar bunyi nyaring dalam ruangan. Robert juga merasa kehilangan muka. Dia buru-buru meminta maaf pada Harris. "Pak Harris, bukan begitu. Ini hanya taktiknya, jangan dipercaya." Keluarga Limuntang membutuhkan dana investasi dari Harris. Jika membuat Harris marah, tamatlah Grup Limuntang! Harris beranjak dari sofa. Tatapan matanya yang tegas menyapu Sherline, lalu menatap Jordan. Jordan memiliki aura mulia yang alami, memberikan kesan pertama bahwa dia adalah orang kaya atau elite. Akan tetapi, Harris memiliki status yang cukup tinggi di Kota Lauton sehingga orang-orang terkemuka pada dasarnya pernah dia temui semua. Setelah melirik Jordan dan yakin tidak pernah bertemu dengannya, Harris menjadi lebih sombong. "Robert! Aku bukannya nggak bisa dapat istri, nggak usah kamu hina di sini! Langsung bilang saja kalau kamu nggak mau nikahkan putrimu padaku. Nggak usah cari pria lain untuk menghinaku!" Wajah Robert juga sangat masam. Dia tidak menyangka Sherline akan menggunakan taktik seperti itu. Robert buru-buru berjalan ke sebelah Jordan, tetapi wibawanya menurun karena lebih pendek dari Jordan. "Siapa kamu? Buat apa kamu datang ke sini?" Jordan tampak tenang. Dia merangkul Sherline ke arahnya. "Tentu saja pulang ke rumah." "Omong kosong! Sherline anakku dan masih perawan. Siapa kamu? Beraninya kamu menjelekkan nama baik anakku?" tanya Robert dengan marah. Pada saat ini, dia tampak seperti ayah yang peduli terhadap putrinya. Jordan tidak ketakutan karena wibawa Robert. Dia dengan cuek melirik Harris. "Bapak sepertinya sudah berumur 40 atau 50-an, sudah bisa jadi ayah Sherline. Kalian mau nikah? Bapak-bapak cari gadis muda atau seperti katak hendak menjadi lembu?" Sherline nyaris tertawa. Harus diakui, lidah Jordan benar-benar tajam. Wajah Harris merah padam karena marah. Dia memelototi Robert dan menggertakkan gigi saat berteriak, "Robert! Jangan harap aku akan membantu urusan Keluarga Limuntang kalian!" Setelah itu, Harris pergi dengan marah. Robert terus memanggil Harris, tetapi Harris yang marah tidak menghiraukannya dan langsung pergi. Negosiasi yang awalnya berjalan dengan baik dikacaukan oleh kedatangan pria itu. Robert nyaris pingsan saking marah. Dia memelototi Jordan dan menunjuknya. "Kamu ... kamu ...." Setelah sesaat, Robert tidak bisa berkata-kata. Tepat saat ini, Karen datang dan menepuk punggung Robert. Dia menegur, "Sherline, nggak peduli seberapa enggan, kamu nggak boleh bikin ayahmu marah. Ayahmu menikahkanmu dengan Harris demi kepentingan Keluarga Limuntang!" Mereka selalu melakukan hal-hal keji dengan dalih yang membuat mereka terkesan mulia. Akan tetapi, Sherline merasa kemunafikan mereka sangat menjijikkan. Setelah merasa lebih baik, Robert menatap Sherline dan Jordan. "Sherline! Beraninya kamu sampai ... sampai melarikan diri dari pernikahan dengan cara ini. Kuberi tahu kamu, kamu harus nikah dengan Harris! Kalau nggak, jangan harap aku akan urus kakekmu!" Mengungkit soal "kakek", Robert menjadi lebih tenang karena telah menguasai titik kelemahan Sherline. Dia melanjutkan, "Besok, aku akan siapkan hadiah. Kamu ikut aku ke rumah Keluarga Tambunan untuk minta maaf. Pak Harris akan maafkan kamu." Mendengar itu, Karen segera menambahkan. "Iya, Sherline, masalah hari ini juga nggak ada yang tahu. Sekarang Keluarga Limuntang berada dalam kesulitan. Ayahmu juga nggak punya pilihan. Kamu harus memaklumi ayahmu, bukan asal cari pria lain ke rumah untuk bikin ayahmu marah." Sherline menatap Robert dan Karen dengan ekspresi mata dingin. Mereka berulang kali mengancamnya dengan kakek, benar-benar tidak tahu malu! Seakan-akan merasakan kemarahan Sherline, Jordan merangkulnya. Mata Jordan yang hitam kelam melengkung, tampak seperti tersenyum, tetapi tidak ada senyuman dalam matanya. "Maaf aku dan Sherline sudah daftarkan pernikahan. Sekarang kami sah menjadi suami istri." "Apa maksudmu?" Robert jelas tidak percaya. Jordan mengeluarkan buku nikah dari dalam saku dan membukanya. "Ini buku nikah yang baru diambil hari ini. Kalau Bapak nggak percaya, Bapak bisa cek ke kantor Disdukcapil." Robert melirik buku nikah itu, memang adalah Sherline dan Jordan. Sherline dibesarkan oleh kakeknya dari kecil di desa sehingga data kependudukan Sherline sudah dipindahkan untuk keperluan bersekolah. Sherline dapat mendaftarkan pernikahan secara pribadi. Seketika, pandangan Robert menghitam. Berlina turun. Melihat suasana tegang itu, dia berjalan ke depan dan bertanya dengan heran, "Ayah, Ibu, ada apa?" Tiba-tiba, mata Berlina menyapu Jordan. Walau hanya sekilas, Berlina terpukau. Wajah yang dingin dan tampan itu sungguh sempurna, seperti ukiran seni yang tidak memiliki cacat. Pria itu memakai jas abu-abu yang membuatnya tampak lebih kekar dan tampan, jauh lebih tampan dibanding artis. "Berlina, kakakmu nggak tahu cari pria dari mana dan sudah menikah. Ayahmu marah besar," tukas Karen sambil menunjuk Sherline. Berlina memalingkan tatapannya ke arah Sherline. Dia segera berpura-pura lemah gemulai. "Mana bisa Kakak begini? Kakak sudah setuju 'kan kemarin? Kakek juga masih di rumah sakit sekarang. Kalau Keluarga Limuntang nggak bisa dapat suntikan dana, siapa yang akan bayar biaya rawat inap Kakek?" Mendengar omongan Berlina, Robert langsung berteriak dengan marah, "Sherline, cerai hari ini juga dan ikut aku ke rumah Keluarga Tambunan besok untuk minta maaf! Kalau nggak, tunggu saja kematian kakekmu!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.