Bab 2
Belakangan ini, keuangan Grup Limuntang ketat dan perputaran modalnya terbatas. Ada kekurangan dana yang sangat besar. Jika situasi itu terus berlanjut, Grup Limuntang pasti akan bangkrut. Tepat saat itu, Harris dari Grup Tambunan datang dan mengatakan dia bersedia mengisi kekurangan dana Grup Limuntang jika Robert menikahkan putrinya.
Robert tidak tega menikahkan Berlina yang dibesarkan olehnya. Akan tetapi, Sherline sudah bertunangan dengan Selvin Gunawan. Kemudian, Robert menemukan solusi. Solusinya adalah Selvin menikahi Berlina sebagai gantinya, sedangkan Sherline menikah dengan Harris.
Sherline mengepalkan tinju. Dia tidak menyangka Robert akan begitu kejam dan tidak berperasaan, langsung menjadikannya sebagai modal jual beli.
"Mustahil!" tukas Sherline dengan suara parau. Dia dibesarkan oleh kakek sejak kecil, sedangkan ayahnya sama sekali tidak berkontribusi. Jika bukan karena kakek sakit kronis dan membutuhkan uang dari Robert, Sherline tidak akan mungkin tinggal di rumah Keluarga Limuntang!
Mendengar Sherline menolak, Robert menyeringai sinis. "Sherline, jangan lupa, kakekmu masih di rumah sakit sekarang. Kamu butuh uangku untuk mengobatinya!"
Robert tidak mengatakannya secara langsung, tetapi ancamannya jelas.
Wajah Sherline penuh kecengangan. Dia tidak menyangka Robert akan mengancamnya dengan hal itu. "Robert Limuntang, kakekku ayah kandungmu. Kamu mengancamku dengan Kakek? Kamu nggak merasa kamu sangat nggak manusiawi?"
Robert sangat angkuh. Dia berlagak bijak, tetapi nyatanya sangat egois dibanding semua orang!
Wajah Robert merah seketika. Dia marah besar. "Sherline, inikah sikapmu saat bicara dengan Ayah?"
Robert berbalik badan, tidak ingin membuang waktu untuk berdebat dengan Sherline. "Hari ini, kamu diam di kamar saja. Pak Harris akan datang besok. Kamu dandan baik-baik dan nikah saja. Keluarga Tambunan kaya, kamu nggak rugi nikah ke sana."
Sherline tertawa setelah mendengar itu. Ayah kandung yang tidak pernah memedulikannya, kini mencarikan calon suami yang berumur 40-an tahun untuknya demi tujuan egois!
Benar-benar konyol! Sangat konyol!
Namun, kakek berada dalam kuasa Robert sehingga Sherline tidak dapat melawan secara terbuka. Jika tidak, Robert yang tidak manusiawi itu mungkin benar-benar akan membahayakan kakek.
Sherline menahan emosi dan diam saja. Lalu, dia masuk ke kamarnya.
Sesaat kemudian, ponsel Sherline berdering. Sherline menundukkan pandangan ke layar ponsel. Itu adalah panggilan dari nomor tak dikenal. Walau heran, Sherline menjawab telepon.
"Kalau ada masalah, kamu bisa beri tahu aku," ujar seorang pria dengan suara yang rendah dan serak.
Sherline mengenali bahwa itu adalah suara suaminya, Jordan.
Meskipun tidak tahu bagaimana Jordan bisa memiliki nomor teleponnya, senyuman pahit menghiasi bibir Sherline. "Nggak ada apa-apa ...."
"Suaramu nggak seperti nggak ada apa-apa," kata Jordan dengan suara pelan.
Masalah Keluarga Limuntang sangat berbelit dan rumit. Selain itu, Grup Tambunan juga memiliki ketenaran yang tinggi di Kota Lauton. Sekalipun Jordan ingin membantu, Jordan juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu hanya model pria, bisa bantu apa? Urus kamu sendiri saja." Sherline merasa kepalanya mulai sakit lagi. Dia tidak hanya menikah dengan sembarangan orang, bahkan menikah dengan model pria.
"Model pria?" Suara Jordan sedikit lebih tinggi karena merasa geli. "Kamu pikir aku model pria?"
Sherline berujar, "Kalau nggak? Kamu begitu tampan, bahkan ada di bar. Apa lagi kalau bukan model pria? Tapi dengan ketampanan dan postur badanmu, kamu harusnya nomor satu."
Senyuman di wajah Jordan makin lebar ketika mendengar Sherline mengira dirinya adalah model pria. Dia tertawa dengan suara rendah, lalu berkata dengan santai, "Benar juga. Walau aku ini model pria, sekarang kita sudah jadi suami istri. Kamu bisa ceritakan kesulitanmu denganku."
Sherline menggelengkan kepala. "Nggak perlu, kamu urus kamu sendiri saja. Masalah keluargaku agak rumit. Aku bisa urus sendiri."
Mereka hanya menikah secara kebetulan. Tidak perlu melibatkan Jordan dalam masalah Keluarga Limuntang.
Setelah mengatakan itu, Sherline menutup telepon.
Jordan menundukkan pandangan ke ponselnya dan mengangkat alis. Gadis ini sangat berintegritas.
Melvin Sunardi memanjangkan kepalanya dari samping dan menatap Jordan sambil tersenyum. "Kenapa? Itu gadis yang bersikeras mau nikah denganmu kemarin?"
Senyuman tersungging di bibir Melvin saat teringat akan kejadian kemarin malam. Jarang sekali sahabatnya memiliki momen aib seperti itu.
"Iya," jawab Jordan sambil mengangguk.
Melvin memanjangkan kepala dengan penuh rasa ingin tahu. Dia menatap Jordan dengan ekspresi mata mengolok-olok.
"Kamu tetap dibawa pergi oleh gadis itu 'kan pada akhirnya? Kenapa? Ada terjadi apa-apa nggak? Nenekmu juga selalu suruh kamu cepat nikah, 'kan? Kamu nikahi saja gadis itu. Setidaknya dia cantik, lumayan bisa cuci mata."
Melvin mengolok-olok. Sementara itu, Jordan mengambil gelas air dan menyeruputnya sedikit demi sedikit. Lalu, Jordan berkata dengan santai, "Ya, kami sudah daftarkan pernikahan."
"Pfft! Uhuk uhuk!" Melvin langsung menyemburkan air di mulutnya. Matanya membelalak saat menatap Jordan, jelas tidak memercayai omongan Jordan.
"Kamu ... kamu ... kamu gila, ya?" kata Melvin sesaat kemudian.
Melvin menyeka mulutnya menggunakan tangan dan mengernyit. "Jordan, keluargamu keluarga konglomerat. Bisa-bisanya kamu nikah dengan wanita sembarangan? Bagaimana kalau dia incar hartamu ...."
Sebelum Melvin selesai berbicara, Jordan menyela, "Dia nggak tahu. Dia kira aku model pria di bar."
Melvin tidak bisa berkata-kata.
Pemimpin Grup Ramos salah dikira sebagai model pria? Keluarga Ramos adalah keluarga konglomerat yang terkemuka di seluruh dunia!
Di sisi lain.
Di rumah Keluarga Limuntang.
Berlina mendatangi kamar Sherline dengan sombong. Dia melipat tangan di depan dada dan mendengus. "Sherline, tadi malam kamu dibayari pria, ya?"
Setelah masuk ke kamar, Berlina memikirkan hal itu dan merasa ada yang aneh. Hari ini, Sherline diantar pulang menggunakan Maybach. Mungkinkah Sherline sudah melakukan pendekatan dengan orang kaya kemarin malam?
Timbul keengganan di hati Berlina. Sherline dibesarkan di desa sejak kecil. Akan tetapi, setelah Sherline pulang ke rumah Keluarga Limuntang, semua orang membandingkannya dengan Sherline. Alhasil, dia kalah dalam banyak hal!
Sekarang dia akhirnya sudah memenangkan hati Selvin. Jangan sampai Sherline mendapatkan pria yang lebih berkuasa!
Sherline tidak ingin menghiraukan Berlina. Dia melewatinya dan ingin pergi.
Berlina langsung menahan Sherline dan bertanya dengan ketus, "Sherline! Orang yang mampu beli Maybach di Kota Lauton pada dasarnya sudah tua! Kamu benar-benar nggak tahu malu, sampai tidur dengan mereka! Untung Kak Selvin sudah putus denganmu. Kalau nggak, dia pasti jijik denganmu!"
Sherline menyeringai sinis ketika Berlina mengungkit Selvin. "Berlina, memangnya kamu nggak jijik? Selvin calon suamiku, tapi kamu dengan nggak tahu malunya tidur dengan Selvin. Kamu nggak merasa kamu itu menjijikkan?"
Wajah Berlina menjadi sedikit merah karena malu. Dia mengepalkan tinju sambil memelototi Sherline. Dia berseru dengan suara melengking, "Aku dan Kak Selvin saling mencintai! Apa-apaan kamu? Kamu hanya orang kampung. Beraninya kamu menghakimiku?"
Kemarahan sedikit memudar dari wajah Berlina setelah menuturkan kata-kata ketus itu. Dia mengembuskan napas, lalu mendongakkan dagu dan bertanya, "Oh, ya. Sherline, kamu tahu nggak kenapa Ayah mau nikahkan kamu dengan Harris?"