Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

"Aku sudah menikah!" Kalimat itu melintas di benak Sherline Limuntang setelah dia bangun. Sherline memegang kepalanya yang berat dan pusing karena mabuk. Dia ingin sekali menampar dirinya. Pria yang telah menjadi pacarnya selama setahun datang untuk mengundurkan janji pernikahan di hari kemarin, lalu akan menikahi adik perempuan tirinya minggu depan. Sherline pun pergi ke bar karena murung. Tak disangka dia malah menikahkan dirinya dalam keadaan mabuk! Seingatnya, itu adalah pria yang asal dia cari di bar! Pria setampan itu di bar, jangan-jangan pria itu model? Berpikir demikian, mata Sherline membelalak. Dia tidak hanya kawin kilat dengan seorang pria, bahkan menikah dengan ... model pria .... Di saat Sherline sedang lamunan, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia menundukkan pandangan ke arah ponsel itu. Dia ditelepon oleh ibu tirinya, Karen Septiani. Begitu Sherline menjawab telepon, Karen langsung berteriak, "Sherline Limuntang! Ke mana kamu kemarin malam?" Sherline mengernyit. Karen tidak pernah menyukainya. Hanya saja, sekarang dia sudah dewasa, bukan lagi anak kecil yang tidak berdaya. "Di rumah teman. Ada apa?" tanya Sherline dengan cuek. Karen menarik napas dalam-dalam, lalu berseru, "Cepat pulang sekarang. Ayahmu cari kamu, ada urusan mendesak." Karen langsung menutup telepon, sama sekali tidak memberi Sherline waktu untuk bereaksi. Sherline menggosok matanya dengan jengkel. Jika tidak segera pulang ke rumah, Karen pasti akan membesar-besarkan masalah. Begitu Sherline bangun, seorang pria tampan yang jangkung dan kekar masuk. Matanya yang ramping dan seperti jurang tak berdasar sedang menatap Sherline. Berdasarkan potongan ingatan di kepala Sherline, dia tahu itu adalah pria yang dia nikahi kemarin, Jordan Ramos. Sherline membuka mulut karena ingin memberi penjelasan, tetapi teringat akan peringatan Karen di telepon tadi, Sherline tidak jadi mengatakannya. Dia berdiri dan berkata, "Terkait kemarin malam, aku akan berikan penjelasan di lain hari. Sekarang ada urusan mendesak di rumahku. Aku harus pulang dulu." Tak disangka, pria itu tidak berkomentar apa-apa. Dia mengangguk. "Oke, aku antar." Setelah dipikir-pikir, Sherline tidak menolak. Tidak mudah untuk naik taksi di tempat ini pada pagi hari. Jika dia terlambat pulang, entah masalah apa lagi yang akan Karen perbuat. Jordan mengemudikan mobil untuk mengantar Sherline pulang. Setelah mengucapkan terima kasih, Sherline bergegas berlari ke dalam. Begitu masuk, Sherline berpapasan dengan Berlina Limuntang. Terlintas sesuatu di mata Berlina. Tadi dia melihat Sherline turun dari mobil Maybach! Di seluruh Kota Lauton, hanya segelintir orang yang mampu membeli mobil Maybach! Keluarga Gunawan pun belum tentu mampu membelinya! Ibu bilang Sherline tidak pulang sepanjang malam. Mungkinkah Sherline pergi ke tempat yang tidak layak kemarin malam dan dibayari oleh pria? Sherline tidak menyukai Berlina, adik perempuan yang hanya beberapa bulan lebih kecil darinya. Dia memiringkan badan dan berjalan ke dalam. Begitu Sherline masuk, Robert Limuntang langsung bertanya, "Sherline! Ke mana kamu kemarin malam? Aku dengar kamu pergi ke bar? Bahkan nggak pulang semalaman? Kamu ini perempuan. Kalau orang lain tahu tentang kelakuanmu ini, apa kata orang lain?" Terhadap pertanyaan Robert, Sherline memasang ekspresi kosong. Sudah hampir setahun sejak dia pulang ke rumah Keluarga Limuntang. Robert jarang membagi perhatian padanya, tetapi sekarang berlagak seperti ayah yang tegas. Pasti ada maksud terselubung. Kediaman Sherline meninggikan kemarahan Robert. Dia maju dan ingin menampar Sherline. Karen buru-buru menghentikannya. "Robert, sudah. Jangan marah, itu nggak baik untuk kesehatanmu. Aku yakin Sherline pasti bukan sengaja." "Bukan sengaja? Nggak tahu dia main dengan pria mana kemarin malam! Dengan kelakuan begini, pria mana yang berani menikahinya nanti?" Robert makin marah. Sherline menyeringai sinis. Dua orang ini malah bersandiwara di depannya. Pada saat ini, Berlina masuk. Dia berlari kecil ke sisi Karen dan berkata dengan sarkas, "Ibu, tadi aku lihat Sherline turun dari mobil Maybach. Kapan orang kampung ini kenal orang kaya?" Maybach? Satu mobil seharga miliaran atau triliunan! Kapan Sherline kenal orang kaya seperti itu? "Sherline? Kamu berbuat hal yang nggak-nggak, ya!" tanya Robert dengan mata membelalak. Hal yang tidak-tidak? Apakah menikah dengan sembarangan orang termasuk? Melihat Sherline tetap diam, Robert mengembuskan napas dan melambaikan tangan. "Sudahlah. Apapun yang kamu lakukan kemarin, Ayah nggak mau tahu. Selvin sudah batalkan janji pernikahan denganmu kemarin. Setelah Ayah pikirkan, Ayah sudah carikan calon suami yang baru untukmu, Harris Tambunan, sang pemimpin Grup Tambunan. Dia juga pernah ketemu kamu dan sangat puas terhadapmu. Kami sudah sepakat. Dia akan datang ke rumah besok untuk melamar." Harris Tambunan? Jika Sherline tidak salah ingat, Harris sudah berumur 40-an tahun. Istrinya baru meninggal setengah tahun yang lalu. Mereka punya anak dua laki-laki. Rumornya, Harris selalu pergi bersenang-senang di luar ketika istrinya masih hidup. Ada juga rumor yang mengatakan istrinya mati karena pengaruh emosi. "Dia hampir seumuran dengan Ayah. Ayah mau carikan suami atau ayah untukku?" Ini kalimat pertama dari Sherline sejak masuk ke rumah, tetapi adalah sindiran. Robert langsung emosi. Dia menunjuk Sherline sambil memarahinya, "Kamu pikir kamu siapa? Kamu dibesarkan di desa sejak kecil, orang kampung. Kalau Pak Harris suka kamu, itu anugerah bagimu!" "Aku nggak butuh anugerah itu. Untuk Ayah saja kalau Ayah mau." Sherline sudah menduga mereka buru-buru menyuruhnya pulang karena hal yang buruk. Melihat Sherline tidak setuju, Robert berterus terang, "Kamu nggak berhak untuk nggak setuju. Ayah sudah terima mahar dari Pak Harris. Dia akan datang ke rumah besok untuk melamar. Kamu nggak setuju pun harus setuju!"
Bab Sebelumnya
1/100Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.