Bab 12
"Uhuk uhuk!" Wajah Diana langsung pucat karena batuk keras.
Jordan bergegas maju untuk memegangi Diana. Terbersit kekhawatiran yang kuat di ekspresinya. "Nenek, aku panggilkan dokter."
Diana merasa lebih lega setelah batuk. Dia menahan Jordan yang ingin pergi memanggil dokter dan berkata dengan suara pelan, "Nenek nggak apa-apa, ini sudah biasa. Hanya batuk sebentar saja."
Diana terengah-engah saat berbicara, masih terpengaruh oleh batuk tadi. Wajahnya sangat pucat.
Wajah Jordan menjadi masam. Dia masih ingat apa yang dokter katakan sebelumnya. Dokter itu mengatakan masa hidup nenek hanya tersisa setahun ....
Selama bertahun-tahun, Jordan telah mencarikan dokter untuk Diana dari seluruh penjuru dunia. Hasilnya sama. Semua dokter mengatakan ajal Diana sudah dekat.
Kemudian, Jordan menemukan kabar tentang Nancy. Nancy pernah muncul di Kota Lauton, maka Jordan datang ke Lauton untuk mencarinya dengan alasan mengurus pekerjaan. Akan tetapi, seperti mencari jarum di tumpukan jerami, Nancy hilang kabar.
Melihat Diana begitu tidak enak badan, Sherline maju dan melakukan pemeriksaan palpasi. Kondisinya sangat buruk. Diana memiliki penyakit tersembunyi yang sudah lama. Butuh banyak usaha untuk menyembuhkannya.
"Nenek batuk karena panas dalam dan makan suplemen jangka lama. Dengan menjaga pola makan yang rendah garam, gejala batuk akan berkurang banyak." Sambil berkata, Sherline merogoh sebuah botol kecil dari saku.
"Ini resep alternatif yang kubuat saat di desa, berkhasiat untuk meredakan panas dalam dan detoksifikasi. Nenek mau coba nggak?"
Diana menatap Sherline dengan kaget. Lalu, dia berkata dengan lemas, "Nggak nyangka kamu paham ilmu kedokteran."
Sherline tidak menyembunyikan kemampuannya. Dia berterus terang, "Saat masih kecil, aku belajar dengan seorang guru saat aku tinggal di desa. Tapi jangan khawatir, aku sudah punya sertifikat kompetensi dokter."
Diana tidak meragukan Sherline. Dia mengambil botol itu dan mengeluarkan sebutir pil yang seperti permen.
Jordan menatap Diana dengan cemas. "Nenek ...."
"Nggak apa-apa." Diana melambaikan tangan. Lalu, dia memakan pil itu. Rasanya manis, tidak pahit, malah seperti permen lunak.
Jordan menuangkan segelas air untuk Diana. Setelah minum beberapa teguk, bau amis darah di tenggorokannya hilang. Tekanan di dadanya juga berkurang.
Diana telah mengonsumsi obat selama bertahun-tahun, tetapi belum pernah ada yang berkhasiat secepat itu. Dia pun tahu Sherline benar-benar kompeten.
Setelah kondisi Diana membaik, Sherline melanjutkan, "Obat ini berkhasiat untuk meredakan panas dalam dan detoksifikasi, tapi nggak bisa menyembuhkan penyakit Nenek secara total. Butuh beberapa waktu untuk bisa menyembuhkan penyakit lama Nenek. Harus buang racun panas dari tubuh Nenek menggunakan akupunktur, lalu operasi."
Ekspresi Jordan berubah ketika mendengar omongan Sherline yang santai. "Menurutmu, penyakit nenekku bisa disembuhkan?"
"Nggak bisa jamin seratus persen, tapi bisa dicoba. Untuk tahap awal, akupunktur dan obat dapat mengurangi gejala batuk dan baik untuk kesehatan mental. Sedangkan operasi setelah itu, tergantung pemulihan tahap awal," jelaskan Sherline dengan serius.
Mungkin karena etika dokter, Sherline tidak dapat berpangku tangan terhadap pasien.
Tatapan mata Jordan saat melihat Sherline menjadi aneh. Dia telah mencari banyak dokter yang unggul di bidang kedokteran, tetapi mereka semua tidak berdaya untuk menyembuhkan nenek. Sherline malah bersikap santai, seakan-akan itu bukan penyakit serius.
Mungkin karena terlalu lama berada di Keluarga Ramos, sulit bagi Jordan untuk memercayai seseorang.
Jordan merapatkan bibir, matanya hitam seperti tinta kental. "Kalau begitu, bisa nggak kamu lakukan akupunktur pada nenekku?"
Sherline melirik Jordan. Wajah tampan itu penuh kecemasan.
Reaksi Jordan mengingatkannya pada kakek.
Jordan jelas sangat mengkhawatirkan penyakit Diana, tetapi itu hanyalah masalah sepele bagi Sherline. Selain itu, Jordan telah membantunya sebelum ini.
Tanpa berpikir panjang, Sherline mengangguk dan menyanggupi, "Oke. Mulai besok, aku akan merawat kesehatan tubuh Nenek."
Jordan menggerakkan jarinya, tetapi tidak jadi mengatakan apa-apa.
Melihat suasana di antara mereka agak tegang, Diana mencairkan suasana. "Sudah, Nenek nggak apa-apa. Kalian nggak usah khawatir. Sherline, maaf. Penyakit Nenek ini sudah bertahun-tahun. Nggak tahu sudah cari berapa dokter, tapi mereka nggak punya solusi."
Sherline tersenyum lembut. "Nenek, ini bukan penyakit serius. Selama merawat kesehatan tubuh dengan baik, nggak akan ada masalah apa-apa."
Melihat mata Sherline yang terang dan polos, hati Diana makin puas.
Diana tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dia menoleh pada Jordan dan bertanya, "Kalian belum bikin acara pernikahan, 'kan?"
"Nenek, aku dan Sherline ...." Ketika Jordan ingin menjelaskan, Diana menyela perkataannya sambil mengernyit.
"Pernikahan adalah hal yang paling dinantikan oleh perempuan. Kamu sudah menikahi Sherline, tentu nggak boleh mengecewakannya. Karena Sherline adalah warga Lauton, kalian bikin acara pernikahan yang simpel dulu di Kota Lauton. Setelah pulang nanti, Nenek akan siapkan acara pernikahan yang meriah untuk Sherline."
Sherline tahu Diana berpikir demi kebaikannya, tetapi tidak ada cinta di antara dia dan Jordan. Mereka hanya saling memanfaatkan. Tidak perlu begitu repot-repot.
"Aku tahu Nenek berpikir demi kebaikanku, tapi pernikahan hanyalah masalah dua orang. Nggak perlu buang-buang uang," kata Sherline dengan pengertian.
"Nggak bisa. Kamu sudah nikah dengan Jordan, nggak bisa begini saja. Kalau takut repot, bikin acara simpel saja. Ajak kerabatmu untuk makan bersama. Kalian nggak usah urus. Nenek yang akan tentukan lokasi dan dekorasinya."
Diana bersikeras dalam hal itu.
Sherline menoleh pada Jordan untuk meminta bantuan. Melihat Diana bersikeras, Jordan hanya bisa mengembuskan napas dan berkata, "Oke, terserah Nenek. Tapi Sherline nggak punya banyak kerabat. Acara pernikahannya simpel saja. Kita bikin yang besar setelah pulang."
Sepertinya butuh beberapa waktu sebelum dia pulang ke Kota Ditus. Pada saat itu, dia mungkin sudah berpisah dengan Sherline.
Barulah ekspresi Diana menjadi rileks. "Oke. Nenek sudah cari tanggalnya, Selasa depan adalah hari yang baik. Waktunya agak dekat, tapi nggak terlalu mepet. Kalian bisa cari gaun pengantin kalau ada waktu. Sisanya akan Nenek urus."
Jordan tidak menolak. Kondisi tubuh nenek tidak terlalu baik. Harapan terbesar nenek adalah melihatnya menikah. Dilihat dari pertemuan hari ini, nenek sangat menyukai Sherline. Jordan pun tidak punya alasan untuk menolak.
"Oke, terserah Nenek." Jordan mengiakan.
Sherline baru sadar setelah mendengar jawaban Jordan. Selasa depan! Bukankah itu hari pernikahan Berlina dan Selvin?
Dia akan mengadakan acara pernikahan di hari yang sama dengan Berlina?