Bab 4
Aldo sangat mengenal kondisi fisiknya, bahkan dokter terkenal yang telah mempelajari keterampilan medis seumur hidup pun juga merasa tidak berdaya.
Pemuda di depan Aldo terlihat seperti baru berusia awal 20 tahun, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang memiliki keterampilan medis tingkat tinggi. Sebaliknya, dia terlihat seperti orang mesum yang ingin dekat dengan cucunya.
Oleh karena itu, tentu saja Aldo memperlakukan Jerry dengan dingin karena dia memiliki kepribadian yang berapi-api.
Jerry mengetahui bahwa Aldo tidak memercayainya dan tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Tuan Besar, situasimu sama sekali nggak baik, bisakah kita bicara berdua saja?"
"Firli, keluarlah. Aku mau dengar apa yang mau dia katakan padaku," ujar Aldo sambil mencibir.
Firli ragu-ragu sejenak, pada akhirnya dia tetap memilih untuk memercayai Jerry dan keluar dari kamar pasien.
"Katakan tujuanmu mendekati Firli," ujar Aldo dengan lugas.
Jerry tersenyum kecil dan tiba-tiba membungkuk pada Aldo sambil berkata dengan sopan, "Aku adalah junior dari Keluarga Nupo dan mau beri salam untuk Kakek!"
Aldo tertegun sejenak dan raut wajahnya berubah, "Mak ... maksudmu adalah Keluarga Nupo dari Kirli?"
"Betul."
"Ayahku adalah Melvin Nupo dan kakekku adalah Kelvin Nupo."
Jerry berkata sambil mengeluarkan sebuah cincin emas dan menyerahkannya pada Aldo.
Aldo tertawa terbahak-bahak setelah melihat cincin itu, "Hahaha, ternyata kamu adalah cucu Panglima Kelvin. Bagus, bagus."
"Anak baik, maafkan Kakek. Aku kira kamu punya tujuan lain saat datang ke sini."
"Cepat mendekat."
Aldo menyentuh wajah dan menepuk pundak Jerry saat Jerry mendekat.
"Nggak heran kamu adalah cucu Panglima Kelvin, kamu terlihat sangat beda sepertinya sebelumnya."
Aldo menatap Jerry dengan tatapan bangga, seperti sedang menatap cucunya sendiri.
Aldo kembali batuk darah mungkin karena terlalu senang.
"Kakek Aldo, jangan terlalu bersemangat. Kita masih bisa ngobrol setelah aku menyembuhkan penyakitmu," ujar Jerry. Dia buru-buru menenangkan Aldo dan berkata, "Aku telah mempelajari beberapa keterampilan medis dari seorang ahli selama bertahun-tahun dan mungkin berguna."
Firli berjalan masuk ke dalam setelah mendengar suara batuk dari luar, "Kakek, apakah kamu baik-baik saja?"
"Kakek baik-baik saja, Kakek cuma merasa sangat senang," ujar Aldo sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian dia menatap Jerry dan bertanya, "Nak, kamu masih belum menikah, 'kan?"
Mulai lagi ....
Jerry tersenyum tidak berdaya, "Masih belum."
Aldo merasa lebih senang pada saat ini, "Bagus, kebetulan Firli juga ada di sini. Kalian bisa buat surat nikah dulu dan aku akan mempersiapkan pernikahan untuk kalian setelah pilih tanggal yang bagus."
"Kakek!"
Firli langsung tertegun dan mengira dia telah salah dengar.
Hanya Jerry yang memiliki ekspresi tidak berdaya di wajahnya.
Kenapa Tuan Besar Aldo masih mengingat kontrak pernikahan ini?
Aldo menjelaskan hal ini saat melihat Firli yang kebingungan, "Firli, apakah kamu masih ingat Kakek pernah bilang padamu kalau kamu punya kontrak pernikahan sejak kecil? Kebetulan sekali orang itu adalah Jerry."
"Apa?"
Terdapat ekspresi tidak percaya di wajah Firli.
Firli mengetahui kontrak pernikahan ini dan tidak pernah menganggapnya serius, karena Aldo tidak pernah mengungkit hal ini setelah beberapa tahun berlalu dan Firli mengira ini hanya sebuah lelucon.
Tidak disangka Aldo akan mengungkitnya kali ini dan ternyata Jerry merupakan calon suaminya.
Aldo sudah berkata tanpa ragu sebelum Firli bisa menjawab, "Masalah ini sudah disepakati."
Firli menggigit bibir merahnya dan berkata dengan cemas, "Kakek, aku nggak setuju!"
"Aku nggak mau diobati kalau kalian nggak setuju, aku mati saja," ujar Aldo sambil memelototi mereka berdua.
Ekspresi Aldo berubah dan merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Aldo terjatuh dengan keras dari tempat tidur rumah sakit dan keringat dinginnya mengalir dengan deras.
Adegan ini terlihat sangat menakutkan sampai wajah Firli memucat, "Kakek, jangan menakutiku, aku janji padamu dan bersedia menikah dengannya!"
Jerry berkata dengan suara yang dalam, "Nona Firli, kondisi Tuan Besar Aldo semakin memburuk. Tolong berdirilah di samping, aku akan segera mengobatinya."
"Tuan Jerry, tolong selamatkan kakekku."
Firli menyeka air matanya dan berdiri di samping.
Jerry mengeluarkan satu set jarum perak dari kotak yang selalu dibawanya ke mana-mana dan hendak mengobati Aldo.
Terdengar suara teriakan marah dari luar kamar pasien pada saat ini, "Berhenti, apa yang mau kamu lakukan?"
Terlihat seorang pria paruh baya dengan aura agung sedang berjalan sambil memimpin seorang orang tua yang mengenakan pakaian tradisional.
"Paman!" Firli segera memanggil pria paruh baya itu.
Orang yang datang adalah putra pertama Keluarga Osand, Adrian Osand.
Adrian berkata dengan ekspresi masam, "Firli, siapa pria ini? Nggak disangka dia mau tusuk kakekmu dengan jarum perak?"
"Paman, aku mengundang Tuan Jerry untuk mengobati penyakit Kakek."
"Bagaimana mungkin dia yang masih muda berhak mengobati penyakit kakekmu? Tindakanmu sangat nggak masuk akal!"
Adrian segera berkata dengan marah.
Bahkan orang tua berpakaian tradisional di belakang juga menggelengkan kepalanya, "Anak muda zaman sekarang benar-benar nggak tahu apa-apa, penyakit Tuan Besar Aldo telah melibatkan banyak dokter terkenal, nggak disangka kamu berani melebih-lebihkan kemampuanmu sendiri."
Adrian memperkenalkan orang tua itu pada Firli, "Dia adalah Dokter Ajaib Vito yang kuundang secara khusus dari Kirlon, dia berasal dari keluarga medis yang telah berusia seabad dan dikenal sebagai Raja Obat, dia telah menyelamatkan banyak nyawa dan juga ketua Asosiasi Asra di Kirlon ...."
Aldo dan Firli merasa sangat terkejut saat mendengar nama Vito.
Raja Obat yang bernama Vito Kindo yang menggemparkan seluruh Negara Nomas!
Mereka berdua sama sekali tidak menyangka bahwa Adrian bisa mengundang tokoh besar seperti Vito datang ke sini.
Jerry yang masih muda sama sekali bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan Vito.
"Aku akan memberi pelajaran padamu lain kali."
Adrian memelototi Firli dan berkata pada Vito, "Dokter Vito, tolong obati penyakit ayahku."
"Tuan Adrian nggak perlu khawatir, aku sudah bersiap sebelum datang ke sini dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Tuan Besar Aldo."
Vito mengangguk sambil menuangkan pil hitam dari sebuah liontin giok putih dan berkata, "Ini adalah Pil Obat Aneis yang kubuat dari sebuah resep rahasia, yang berisi lebih dari 20 jenis bahan obat dan bahkan juga terdapat ginseng yang berusia ribuan tahun, obat ini khusus digunakan untuk mengobati penyakit Tuan Besar Aldo."
"Penyakit Tuan Besar Aldo akan sembuh selama dia meminumnya!"
"Bagus, bagus. Kalau gitu tolong berikan pada ayahku," ujar Adrian dengan bahagia.
Firli juga terlihat sangat senang.
"Tunggu sebentar!"
Jerry tiba-tiba menghentikan Vito, kemudian sedikit menggerakkan hidungnya untuk mencium bau pil obat di udara dan berkata dengan perlahan, "Kalau aku nggak salah cium, Pil Obat Aneis milikmu mengandung Angelica Sinensis, Fritillaria Cirrhosa, Platycodon Grandiflorus, Safflower, ginseng berusia ribuan tahun ...."
Seiringan dengan ucapan Jerry.
Raut wajah Vito berubah.
Karena pil obat ini mengandung lebih dari 20 jenis obat tradisional dan tidak disangka Jerry bisa menyebutkan semua bahan obat satu per satu melalui aromanya meski semuanya tidak langka.
Hanya saja, ucapan yang diucapkan Jerry selanjutnya membuatnya marah, "Semua bahan obat ini adalah obat yang baik, tapi sayangnya kamu nggak pandai farmakologi, yang membuat khasiat obatnya terlalu rumit dan malah akan mencelakai orang daripada menyelamatkan orang."