Bab 5
Vito tidak bisa menahan dirinya lagi dan berkata dengan marah, "Anak muda, aku dikenal sebagai Raja Obat dan nggak disangka kamu bilang kalau aku nggak ngerti farmakologi?"
"Apakah kamu ngerti farmakologi?"
"Apakah kamu tahu apa penyakit yang diderita Tuan Besar Aldo?"
Vito sangat marah sampai tubuhnya sedikit bergetar.
Adrian segera berkata dengan marah saat melihat Vito marah, "Anak muda, cepat keluar dari sini."
"Kalau kalian nggak percaya padaku, maka biarkan Tuan Besar Aldo minum obat dari Dokter Vito ini."
"Aku cuma mau menegaskan kembali bahwa hidup atau mati tergantung pada takdir setelah meminum obat ini."
Vito sangat marah saat melihat Jerry masih berbicara omong kosong dan langsung berkata dengan berani kepada Aldo, "Tuan Besar Aldo, aku akan bayar dengan nyawaku kalau terjadi sesuatu padamu!"
Vito sama sekali tidak ragu-ragu dan menyuapkan Pil Obat Aneis untuk Aldo.
Pil obat itu mengalir ke organ dalam Aldo seperti arus hangat setelah masuk ke dalam perut dan tubuh Aldo terasa sangat nyaman.
Firli bertanya dengan cemas, "Kakek, bagaimana perasaanmu?"
"Hahaha, nggak heran kamu adalah Dokter Ajaib Vito. Aku merasa lebih bersemangat setelah minum pil obat ini," ujar Aldo sambil tertawa dari dalam lubuk hatinya, suaranya terdengar sangat bertenaga dan benar-benar berbeda dari kondisi lemahnya sebelum ini.
Firli sama sekali tidak bisa mengatakan apa pun.
Dia sama sekali tidak perlu mengundang Jerry jika mengetahui bahwa Dokter Vito begitu hebat.
Vito mengelus jenggotnya dan menatap Jerry dengan arogan, "Anak muda, apa lagi yang mau kamu katakan sekarang?"
Jerry melihat wajah Aldo yang memerah dan berkata sambil sedikit menggelengkan kepalanya, "Tiga!"
Hm?
Mereka semua tertegun dan tidak mengetahui apa maksud ucapan Jerry.
Firli tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Tuan Jerry, apakah maksudmu kakekku masih bisa hidup selama tiga tahun lagi?"
Jerry menggelengkan kepalanya, "Bukan, maksudku adalah dia cuma bisa bertahan sebanyak tiga tarikan napas."
Kepala Adrian hampir meledak karena marah setelah mendengar ucapan ini.
Anak muda ini bahkan masih mengutuk Tuan Besar Aldo di saat seperti ini.
"Bagus sekali, anak muda. Sepertinya kamu kira aku adalah orang baik kalau nggak kasih pelajaran padamu."
Adrian berkata dengan marah, pengawal yang sedang berjaga di depan pintu langsung bergegas masuk setelah mendapat perintah darinya.
Firli sedang berpikir bagaimana caranya untuk menolong Jerry dengan cemas.
Jerry berkata tanpa terburu-buru, "Dua!"
"Satu!"
Ekspresi Aldo tiba-tiba berubah dan tiba-tiba memuntahkan seteguk darah dari mulutnya setelah Jerry selesai bicara.
Kemudian Aldo terjatuh ke tempat tidur dan jatuh pingsan setelah ini.
"Kakek!"
"Tuan Besar Aldo!"
Firli dan lain merasa ketakutan dengan adegan ini.
Vito sama sekali tidak berani menunda waktu dan segera melangkah maju untuk memeriksa denyut nadi Aldo untuk memeriksa kondisi fisiknya.
Hanya saja, dia merasa sangat cemas setelah mendapatkan hasilnya.
Denyut nadinya sangat lemah dan lemah, terkadang ada dan terkadang tidak ada, seperti cahaya lilin yang bergoyang karena tertiup angin dan bisa padam kapan saja.
"Kenapa bisa seperti ini? Kenapa bisa seperti ini ...."
Raut wajah Vito memucat dan hatinya terasa sangat cemas.
Reputasi Vito tidak hanya akan rusak jika membuat Aldo meninggal, tapi dia juga tidak bisa menerima tanggung jawab sebesar ini.
"Sejak awal aku sudah memperingatkanmu, tapi kamu terlalu percaya diri sampai nggak dengar nasihatku," ucap Jerry dengan tenang.
Firli merasa sangat ketakutan sampai wajahnya memucat, dia tidak bisa menahan diri untuk mendongak dan melihat ke arah Jerry, "Tuan Jerry, apakah kamu bisa menyelamatkan kakekku?"
Firli sama sekali tidak menyangka bahwa ucapan Jerry benar dan dia hanya bisa memberi harapannya pada Jerry.
Vito merasa malu dengan ucapan Jerry dan berkata, "Anak muda, apakah kamu punya cara untuk menyelamatkan Tuan Besar Aldo?"
"Anak muda, maafkan aku atas sikapku sebelumnya. Tolong selamatkan Tuan Besar Aldo karena dia pernah berjuang untuk menyelamatkan negara dan aku akan sangat berterima kasih padamu."
Vito akhirnya menyadari bahwa pemuda di hadapannya sama sekali tidak sesederhana yang terlihat pada titik ini.
Jerry tidak mengatakan apa pun, dia melangkah maju dan meninju dada Aldo yang sudah tidak sadarkan diri dengan keras.
Tinju ini langsung membuat darah keluar dari mulut, hidung, mata dan telinga Aldo.
"Tuan Jerry, apa yang kamu lakukan?"
Firli bertanya sambil mengerutkan keningnya.
"Lindungi Tuan Besar Aldo!"
Adrian berteriak dengan marah dan terdapat banyak pengawal yang ingin menyerang Jerry.
Aldo berteriak dengan keras di saat kritis, "Semuanya berhenti!"
Semua orang segera menoleh dan melihat Aldo yang jatuh pingsan entah sejak kapan sudah terduduk di atas tempat tidur.
Raut wajahnya masih terlihat pucat, tapi sudah terlihat lebih bersemangat daripada sebelumnya.
Aldo menghela napas dan berkata, "Kalian semua sudah salah paham pada Jerry, pukulan yang tadi dia berikan padaku sebenarnya sedang menyelamatkanku."
Vito baru menyadari bahwa darah di wajah Aldo berwarna hitam dan tanpa sadar berkata "Darahnya beracun?"
"Baguslah kalau kamu ngerti."
Jerry berkata dengan tenang, "Obat yang diminum oleh Tuan Besar Aldo memang terlihat nggak beracun, tapi akan jadi sangat beracun setelah tercampur jadi satu. Jadi inilah alasan kenapa aku menyuruhmu untuk nggak kasih obat itu pada Tuan Besar Aldo."
"Tujuan aku memukul Tuan Besar Aldo adalah untuk mengeluarkan darah beracun sebelum racun itu mengalir ke jantung dan nyawa Tuan Besar Aldo bisa tertolong."
Tubuh Vito menegang seperti telah tercerahkan, kemudian tertawa mengejek dirinya sendiri, "Ternyata Dokter Ajaib Muda nggak membohongiku, aku nggak tahu apa-apa tentang farmakologi dan hampir membunuh Tuan Besar Aldo, sia-sia saja aku disebut sebagai Raja Obat."
Kemudian Vito membungkuk 90 derajat pada Jerry dan berkata dengan tulus, "Orang yang mengetahui segalanya adalah seorang guru. Guru, tolong terima penghormatan dariku!"
Firli dan Adrian yang berada di samping merasa sangat terkejut saat melihat ini.
Tidak disangka, seorang Raja Obat akan begitu menghormati Jerry yang masih muda.
Hanya Aldo yang merasa sangat gembira, "Jerry punya keterampilan medis yang begitu hebat di usia yang masih muda dan pasti akan punya masa depan yang cerah di masa depan."
"Pujian Kakek Aldo terlalu berlebihan, penyakitmu disebabkan oleh penyakit lama dan aku harus melakukan teknik akupunktur padamu kalau mau disembuhkan," ujar Jerry sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
Aldo tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Nggak masalah, aku setidaknya masih bisa hidup tiga tahun lagi selama kamu dan Firli menikah!"
"Firli, pergi buat surat nikah dengan Jerry besok pagi."
Firli telah menyetujui hal ini sebelumnya meski tidak setuju dengan hal ini dan tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui Aldo, "Aku mengerti, Kakek."
Adrian yang tidak mengetahui apa-apa berkata dengan terkejut, "Ayah, apa yang kamu katakan? Kamu mau menikahkan Firli dengan anak muda ini?"
"Kamu keberatan?" Raut wajah Aldo berubah dan menatap Adrian dengan tajam.
Adrian segera menggelengkan kepalanya dan tidak berani mengatakan apa pun.
Setengah jam kemudian.
Firli secara pribadi mengantar Jerry kembali, kemudian menatap Jerry dengan serius dan berkata, "Tuan Jerry, aku sangat berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan kakekku hari ini ...."
Firli terdiam sejenak, kemudian menggigit bibirnya dan berkata, "Aku harap kamu nggak anggap serius kontrak pernikahan kita saat masih kecil, nggak peduli bagaimanapun juga kita berdua adalah anak muda yang hidup di era baru dan belum pernah bertemu satu sama lain sebelumnya, sedikit nggak realistis kalau terpaksa hidup bersama."
"Nona Firli, aku juga punya pemikiran yang sama. Tapi kamu juga sudah lihat sikap Tuan Besar Aldo ...." Jerry juga merasa sangat tidak berdaya.
"Aku nggak masalah kalau kamu nggak keberatan."
Firli mengedipkan matanya dan tiba-tiba tersenyum licik, "Bagaimana kalau kita buat surat nikah palsu dulu untuk menghadapi Kakek untuk sementara? Setelah itu kita bisa cari kesempatan untuk membicarakan hal ini dengan kakek, bagaimana menurutmu?"