Bab 55
Sang asisten memandangi Celia yang bangkit dari kursinya dan berjalan pergi. Seperti biasa, dia mengenakan gaun putih sederhana yang memancarkan aura kelembutan. Rambut panjangnya yang tertata rapi terurai bebas di bahunya. Bekas air mata yang belum sepenuhnya kering di wajahnya, pasti membuat siapa pun ingin melindunginya.
Padahal, andai dia mau, pasti banyak pria hebat yang akan jatuh hati padanya.
Namun, asisten itu benar-benar tidak mengerti, mengapa Celia harus mengejar Cavero yang sudah punya pacar?
Tatapan asisten itu kembali beralih ke Cavero. Pria itu berbaring di ranjang, memandang Celia yang pergi dengan raut sayu, seolah-olah Celia adalah pacarnya.
Apa dia benar-benar tidak mengerti kenapa Rhea marah?
"Kenapa belum telepon Rhea lagi?"
Begitu Celia pergi, raut wajah Cavero berubah dingin, sangat berbeda dari sebelumnya.
Asisten itu pun segera menundukkan kepala, mengambil ponselnya untuk menelepon.
Namun, di dalam hati, dia berpikir bahwa Rhea tidak perlu kembali lagi.
Tatap
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda