Bab 5
Saat ini, sebuah mobil mewah meluncur masuk ke halaman rumah keluarga Trenz.
Sarsa Wilbert yang merupakan nyonya rumah pun langsung mengerutkan keningnya seraya berkata, "Mobil siapa itu? Kenapa bisa seenaknya masuk ke sini?"
Di sisi lain, mata Tina Trenz langsung membelalak saat melihat pria yang turun dari mobil dan kilatan keterkejutan pun melintas di matanya.
"Bu, itu Zane Lucian! Lihat baik-baik, itu memang Zane! Apa Ayah yang mengundangnya ke sini?" ujar Tina dengan penuh ketidakpercayaan.
"Nggak mungkin!" sahut Sarsa. "Meskipun keluarga kita kaya, tapi keluarga Lucian di Janaira bukanlah keluarga yang bisa kita jangkau. Bagaimana mungkin Ayahmu bisa kenal dengan seseorang dari keluarga Lucian?"
Tina tidak menjawab dan matanya terpaku pada Zane.
Sarsa pun menatap putrinya dengan heran, lalu bertanya, "Apa kamu suka sama Zane?"
"Bu, dia sangat tampan dan karismatik, wanita mana yang nggak menyukainya?" ujar Tina.
"Tapi, dia terkenal kejam dan ganas. Ada banyak wanita yang takut padanya. Selain itu, dengan latar belakang keluarganya yang sangat tersohor, dia mungkin nggak akan melirik keluarga kita."
Namun, Zirca tiba-tiba menimpali, "Bu Sarsa, Nona Tina sangat cantik. Bisa jadi Pak Zane akan menyukainya."
Tina langsung tersenyum malu-malu saat mendengar pujian tersebut.
Sarsa pun menatap Zirca dan berkata sambil tersenyum mencibir, "Kamu memang pintar menyanjung, nggak heran anakku ingin mempertahankanmu."
Zirca tersenyum lugu, lalu menatap Tina dengan penuh kasih sayang.
Saat mereka sedang berbicara, Zane pun berjalan ke arah mereka.
"Pak Zane, apa Anda mencari Ayah saya?" tanya Tina dengan suara lembut, tetapi dia tidak berani menatap Zane.
Zane meliriknya, lalu menjawab, "Aku nggak kenal sama Ayahmu. Aku datang ke sini buat mencarimu."
"Mencariku?" Tina terkejut sekaligus senang.
"Semalam kita bertemu dan kamu sendiri yang bilang kalau kamu mau tanggung jawab," ujar Zane.
"Apa ... apa yang terjadi?" seru Sarsa dengan penuh keterkejutan. "Bertanggung jawab atas apa?"
Tina buru-buru menarik ibunya, lalu berkata dengan malu-malu pada Zane, "Saya nggak menyangka kalau Anda masih ingat kejadian semalam. Sebenarnya saya mau melupakan masalah itu karena menyangkut nama baik saya. Saya juga nggak tahu apa yang Anda pikirkan ... "
"Aku mau menikah denganmu. Apa kamu mau jadi istriku?" tanya Zane dengan tiba-tiba.
Mata Tina langsung berbinar-binar dan tanpa pikir panjang, dia pun langsung mengangguk mantap. "Ya, aku mau!"
Namun, Zane mengernyitkan keningnya karena reaksi wanita di hadapannya berbeda dari yang dia perkirakan.
Dia pun mengeluarkan liontin giok dari sakunya, tetapi tidak menunjukkannya kepada Tina. Kemudian, dia berkata, "Aku bawa barang yang kamu tinggalkan semalam. Apa kamu masih ingat benda itu?"
Ekspresi Tina langsung berubah drastis.
Wanita yang semalam tidur dengan Zane jelas bukan dirinya. Jadi, bagaimana mungkin dia mengetahui benda itu?
Pada saat itu, tidak ada yang memperhatikan tatapan tajam Zirca yang tertuju pada seutas tali merah yang tergantung di tangan Zane.
Tali itu tidak asing baginya karena dia sendiri yang membuatnya khusus untuk Siena. Bahkan, dia sengaja membuat simpulnya terbalik agar berbeda dari yang dijual di pasaran.
Apakah semalam Siena bersama pria ini?
Pantas saja hari ini dia tidak melihat tali merah itu di leher Siena!
"Ada apa? Kenapa kamu nggak ingat barangmu sendiri?" tanya Zane dengan nada mengintimidasi, sehingga membuat Tina merasa tertekan.
Saat Tina hampir menyerah, tiba-tiba Zirca mengangkat ember berisi air kotor yang dia gunakan untuk mengepel lantai dan berpura-pura secara tidak sengaja menerjang Zane.
Ketika melihat tubuhnya basah kuyup terkena air bekas mengepel lantai, raut wajah Zane pun langsung berubah menjadi suram.
Sarsa tampak sangat terkejut dan segera menegur Zirca dengan marah, "Dasar pembantu nggak berguna! Sudah tahu kaki dan tanganmu terluka, tapi masih saja membuat masalah! Cepat minta maaf sama Pak Zane!"
Zirca pun segera membungkukkan tubuhnya dan berkata dengan penuh penyesalan, "Maaf ... maafkan saya, Pak Zane. Izinkan saya membersihkan pakaian Anda."
Zane segera menepis tangan Zirca dan hendak melangkah pergi.
Namun, Tina buru-buru menahan lengannya seraya berkata, "Pak Zane, cuaca di luar sangat dingin dan baju Anda basah kuyup. Bagaimana kalau Anda masuk dulu dan ganti pakaian yang kering?"
"Nggak perlu. Aku sudah bawa pakaian ganti di mobil," jawab Zane dengan acuh tak acuh.
Setelah mengatakan hal tersebut, Zane tidak menghiraukannya lagi dan langsung berjalan cepat menuju mobilnya.
Tina pun tampak sangat marah dan khawatir, sehingga dia langsung mengomeli Zirca.
Zirca terlihat cemberut dan kesal, tetapi dia tetap tersenyum padanya dan berkata, "Nona, benda yang ada di tangan Pak Zane adalah liontin giok berbentuk setengah lingkaran yang pinggirannya bertakhtakan emas dan bagian tengahnya terbuat dari giok."
Tina menatapnya dengan terkejut, lalu bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Karena liontin itu milik putri saya," jawab Zirca
"Apa?" seru Tina dengan penuh keterkejutan. "Maksudmu, wanita yang bersama Pak Zane tadi malam adalah putrimu? Beruntung sekali putrimu bisa bersama Pak Zane!"
"Benar! Berkat putrimu, kamu akan segera hidup makmur. Kenapa kamu masih mau bekerja sebagai pengasuh di rumah kami?" tanya Sarsa.
Zirca merasa sangat cemas, lalu buru-buru berkata, "Bu Sarsa, Nona Tina, tenang saja. Saya nggak akan memberitahu siapa pun tentang masalah ini. Alasan saya memberi tahu Nona tentang bentuk benda itu adalah karena saya berharap orang yang menikah dengan Pak Zane adalah Nona Tina. Putri saya nggak sepenting itu, jadi dia nggak layak untuk menikah dengan pria sebaik Pak Zane."
Di sisi lain, saat ini Siena tiba di kediaman keluarga Trenz dan langsung melihat mobil yang sering digunakan Zane.
Dia pun merasa heran dan bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa Zane selalu muncul di mana-mana, sih?"
Pintu mobil itu agak terbuka dan dia menemukan sebuah dompet hitam terjatuh di bawahnya.
Tanpa berpikir panjang, dia mengambil dompet itu dan membuka pintu mobil Zane untuk mengembalikan dompet tersebut. Namun, saat melihat ke dalam ...