Bab 4
"Selamat pagi, apa Anda sudah bawa berkas-berkasnya? Tolong berikan kepada saya, ya," ujar seorang petugas.
Zane pun segera menyerahkan foto Ashton dan berkas lain yang dibutuhkan. Ketika melihat Siena diam saja, dia berkata dengan santai, "Kalau kamu nggak mau menikah dengan Om Ashton, bilang saja. Aku tahu keluarga Kavi punya anak lain selain dirimu."
Siena terkejut. Apakah Zane sedang mengancamnya dengan menggunakan adiknya?
Dengan penuh amarah, dia mencengkeram ujung bajunya dengan erat. Namun, pada akhirnya, dia tetap menyerahkan berkas-berkasnya.
Satu-satunya hal yang membuatnya lega adalah Om Ashton sedang koma, jadi dia tidak perlu berurusan dengan Zane lagi setelah menikah.
"Pak, tolong tunjukkan kartu identitas Anda juga untuk memverifikasi bukti kalau Anda adalah wali hukumnya."
Tanpa ada rasa curiga sedikit pun, Zane langsung memberikan kartu identitasnya.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua keluar dari Kantor Catatan Sipil.
Biasanya, para pengantin baru akan membawa buku nikah setelah keluar dari kantor tersebut.
Namun, mereka berdua pulang dengan tangan kosong.
Petugas di sana menjelaskan bahwa mesin pencetak buku nikah sedang mengalami kerusakan sehingga mereka tidak bisa mendapatkan buku nikahnya pada saat itu juga. Sebagai gantinya, mereka diminta untuk memberikan alamat rumah agar buku nikah tersebut bisa dikirimkan kemudian hari.
Zane pun meminta asistennya untuk memberikan alamat rumah mereka.
Karena khawatir Siena akan melarikan diri, begitu mereka keluar dari ruangan, Zane langsung menarik kerah Siena dan memberikan ancaman serius, "Mulai sekarang, jaga Om Ashton baik-baik! Kalau kamu punya niat buruk padanya, aku akan membunuhmu!"
Siena masih belum bisa mencerna situasinya saat ini.
Dia masuk ke Kantor Catatan Sipil bersama Zane, tetapi yang dinikahinya justru orang lain.
Saat itu, Alan bergegas keluar ruangan dan menyampaikan kabar gembira kepada Zane. "Pak Zane, orang yang Anda cari sudah berhasil ditemukan!"
Mata Zane langsung berbinar dengan penuh semangat. Dia pun melepaskan cengkeramannya di kerah baju Siena dan segera berjalan menuju mobil.
Dia tidak tahu apakah dia menyukai wanita itu, tetapi sepertinya dia telah jatuh cinta pada tubuh wanita itu.
Bahkan saat memikirkan kecantikan wanita itu, tubuhnya pun langsung bereaksi.
Jadi, dia akan menemukan wanita itu dan menikahinya!
"Anak buah saya bilang kalau semalam semua kamera pengawasan yang ada di penginapan rusak dan satu-satunya orang yang masuk ke sana pada waktu kejadian adalah Nona Tina, putri dari keluarga Trenz."
Zane tersenyum menyeringai. Dia sadar bahwa Tante Linda sengaja menghancurkan kamera pengawasan di penginapan itu untuk menjebaknya dan menuduhnya sudah tidur dengan Hannah.
"Pak Zane, Nona Tina berasal dari keluarga terpandang dan memiliki reputasi baik, tapi dia dikenal sebagai pribadi yang sulit untuk didekati."
"Sulit untuk didekati?"
Zane menatap liontin giok di tangannya dan termenung sejenak.
Di sisi lain, ketika Siena sedang berusaha untuk bangkit dari lantai, sahabatnya yang bernama Dian Smith tiba-tiba menelepon.
Di kafe.
Dian menggebrak meja dan berkata dengan penuh amarah, "Sialan! Beraninya Pak Samuel melecehkanmu! Kalau nanti aku bertemu dengannya, aku pasti akan menendangnya!"
"Sudahlah, lupakan saja. Bagaimanapun, dia itu teman ayahmu. Jangan sampai masalah ini jadi makin besar."
"Ayahku juga sudah keterlaluan! Bagaimana bisa dia memperkenalkan orang yang cabul seperti itu padamu? Untungnya nggak terjadi apa-apa padamu."
Dian menyesap kopinya, lalu menatap Siena dengan penasaran. "Omong-omong, Siena, kejadian semalam itu bagaimana akhirnya?"
Siena tersipu malu, lalu berkata, "Nggak ada yang serius, kok. Aku cuma perlu mandi air dingin sebentar saja."
Saat memikirkan kejadian semalam, dia bisa menahan debaran di hatinya saat mengingat sosok Zane.
Tidak heran jika semua orang di Janaira takut padanya. Dengan penampilannya yang kaku dan dingin, dia memang terlihat seperti Raja Neraka.
"Oh, ya. Siena, setelah tahu kamu akan bekerja di lokasi proyek itu, Kak Tonio juga mulai rajin mempelajari bidang tersebut. Kemarin, dia bilang dia sudah diterima di lokasi proyek itu, tetapi harus mulai dari bawah."
"Sepertinya dia memang suka padamu. Orang secerdas dia bahkan rela kerja keras di lokasi proyek demi dirimu."
"Hei, Siena, apa kamu juga menyukainya? Kalau iya, kalian berdua langsung menikah saja."
Siena menunduk sambil mengaduk-aduk kopinya. Kemudian, dia berkata dengan tegas, "Nggak. Lagi pula aku sudah menikah."
"Hah?" Mata Dian membelalak dan dia pun segera bertanya dengan penuh keterkejutan, "Sejak kapan kamu sudah menikah? Siapa suamimu? Apa dia tampan? Apa dia kaya? Astaga! Kenapa kamu nggak bilang padaku?"
Siena hanya bisa tersenyum padanya dan berkata "Untuk saat ini semuanya masih belum pasti. Nanti kalau sudah ada kepastian, aku pasti akan cerita padamu."
Meskipun dia sudah mengunjungi Kantor Catatan Sipil, tetapi perasaan akan pernikahan ini masih terasa begitu kabur.
Dia pun bertanya-tanya, permintaan apa saja yang nantinya akan diajukan keluarga Lucian padanya?
Dian hendak bertanya lebih lanjut padanya, tetapi Siena tiba-tiba mendapatkan telepon dari Zirca.
"Nak, barusan Ibu jatuh dan kaki Ibu patah. Tolong jemput Ibu di kediaman keluarga Trenz, ya."