Bab 20
Jakun pria itu bergerak tak beraturan, napasnya makin berat seiring tubuh Nadira yang mendekat.
L menyipitkan tatapannya dengan tajam.
Melihat reaksi L yang tenang dan tidak bersuara, Nadira seketika merasa canggung hingga wajahnya merona merah.
Melihat Kakak Ketiga mulai melunak, Yansen yang sejak tadi kesal melihat tingkah Nadira, membuka mulutnya dan menyulitkan dengan sengaja. "Mau bermain apa lagi, Nadira?" tanyanya dengan senyum mengejek. "Ternyata Nona sering ke klub, ya? Kamu pasti jago menari. Ayo, hibur Kakak Ketiga dengan tarianmu!"
Wajah Nadira mendadak pucat. Dia melayangkan tatapan dingin kepada Yansen, terlalu malas untuk meladeni hinaannya.
Dengan jari-jari halusnya, dia melingkari dasi pria itu dan menariknya lebih dekat, lalu menundukkan kepala dengan getir. "Aku akan menari untukmu di rumah, Pak L. Bagaimana, apa itu cukup?" ucapnya penuh rasa hina.
Jarak mereka begitu dekat. L tidak hanya menangkap aroma tubuhnya, tetapi juga melihat ekspresi wanita itu yang begitu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda