Bab 21
Nadira tidak ingin pria itu melihat dirinya yang tidak karuan.
Tanpa sadar, wajah Nadira yang lemah lembut ini menggugah hati pria.
Mata hitam pekatnya menunjukkan keterkejutan sejenak, tampak sedingin es. Dia menjilat bibir tipisnya, suara seraknya terdengar berkata, "Kalau kamu diganggu, kenapa nggak bilang dari awal? Aku pikir kamu ..."
"Kamu nggak kasih aku kesempatan," jelas Nadira dengan nada yang makin pilu, terutama saat mendengar nada tajamnya mulai melembut. Nadira merengek sambil mencibir bibir. "Malam ini, bukan cuma Halim yang ganggu aku. Kamu juga mempermalukanku tanpa alasan jelas."
L tertegun usai mendengar penjelasan Nadira.
Menghadapi tuduhan wanita itu, ekspresinya menegang. "Sakit sekali?"
"Rasanya bagaimana?"
"Berbaringlah, aku akan obati lukamu."
"Jangan ..."
"Jangan banyak bicara!"
Dia sangat tegas dan penuh wibawa, membuat titahnya sulit ditolak. Dia menarik pakaian Nadira, memegang pinggang rampingnya, dan membuatnya tetap diam.
Ketika tangan besar pria itu men
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda