Talak
Di dalam kamar. Affatar juga diam. Anak itu langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Disusul oleh Dewi, yang ikut merebahkan diri di samping anaknya.
"Sayang, kamu nggak usah dengerin apa kata mereka tadi ya?" Dewi mengusap lembut rambut anaknya, di krcupnya berulang-ulang. Seolah mengatakan, ia tak akan sanggup jika harus kehilangan anak itu.
Kejadian tadi sore itu, sudah membuktikan kalau wanita itu tidak akan sanggup jika Affatar tahu hal yang sebenarnya. Tahu, kalau dia adalah darah daging mantan suaminya. Dan meminta tinggal bersama pria itu.
"Iya,Bun." Affatar hanya menjawab singkat. "Bun, Attar haus. Ingin minum," sambungnya, beranjak dari baringnya.
"Biar bunda yang ambilin minumnya," usul Dewi, namun anak itu menolaknya.
"Nggak, Bun. Attar ambil sendiri aja. Attar gak mau merepotkan Bunda. Attar 'kan udah gede," tolak anak itu menatap wajah Dewi.
Dewi tersenyum bangga melihat kemandirian anaknya. Yang selalu tak ingin membuat dirinya repot. "Ya udah, hati-hati ya?" Dewi memban
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda