Cemas
Ingin rasanya bibir ini membuka suara untuk sekedar menyapanya. Tapi aku takut, keadaan semakin genting. Di tambah, aku melihat kemarahan yang luar biasa terpancar dari diri Mas Guna. Kami hanya melewati wanita itu dan tetap melanjutkan langkah kaki kami.
Namun saat wajah ini saling berhadapan dengan bu Selfi. Beliau mendesis, "Wik, apa kamu sudah tak ingat lagi pada ibu." Seketika itu juga langkah kakiku berhenti. Perlahan aku melepaskan genggaman tangan mas Al dan beralih menatap wanita itu.
"Ibu." Tangis ku pun pecah dalam dekapan wanita yang sangat menyayangi ku. Wanita yang sampai saat ini masih percaya, kalau aku tidak bersalah.
"Wik, apa kamu sudah tidak ingat lagi dengan ibu. Sehingga kamu tak pernah lagi berkunjung ke rumah," isaknya dengan derai air mata.
"Maafin Dewi Bu. Dewi nggak bermaksud seperti itu." Kami saling melepaskan pelukan. Ia mengusap sisa air mataku lalu menatap kearah mas Al.
"Apa pria itu sudah memberikan kebahagiaan untukmu? Ibu lihat kalian begitu dekat."
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda