Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 14

"Seorang pecundang yang bergantung pada kakakku, sok-sokan berlagak!" Menyaksikan punggung Arman yang berjalan menuju kapal pesiar, Theo pun mengutuk dengan keras. Tanpa undangan, dia ingin melihat bagaimana Arman bisa memasuki kapal pesiar Verena. Nimas juga menantikan pertunjukan yang bagus. Mereka menantikan penampilan Arman yang menyedihkan ketika dia langsung diusir oleh para tentara karena tidak memiliki undangan. Pecundang ini, berani sok-sokan di depan mereka! Theo dan ibunya saling berpandangan. Arman mendatangi pintu masuk kapal pesiar. Di hadapannya, ada empat tentara yang memegang senapan dengan wajah dingin dan tegas. "Hei, pertunjukan bagus akan dimulai." Theo tersenyum sombong. Nimas juga ikut tertawa. Akan tetapi, ketika mereka mengira Arman pasti akan diusir, empat tentara di pintu masuk itu tiba-tiba menyimpan senjata panjang mereka dan memberi hormat kepada Arman dengan sopan. Kemudian, mereka melihat Arman masuk begitu saja. Apa yang terjadi? Keduanya langsung tercengang. "Bu ... aku nggak salah lihat 'kan?" Theo menoleh dan menatap Nimas dengan tidak percaya. "Kamu nggak salah lihat, nak ... " Nimas juga terlihat agak bingung di wajahnya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Bu?" Theo menjadi panik. "Ibu juga nggak tahu ... " Nimas juga merasa agak panik di dalam hati. Namun, Nimas buru-buru memikirkan alasannya. "Nak, apa menurutmu Arman sudah menyuap para tentara di sini sebelumnya!” "Pasti begitu, Bu." Theo sangat yakin jika yang terjadi memang demikian. Jika tidak begitu, dengan apa Arman bisa memasuki kapal pesiar Verena? "Ayo nak, lekas kita beritahukan hal ini pada kakakmu. Jangan sampai bajingan itu merusak pernikahan kakakmu!" Setelah berkata demikian, Nimas buru-buru membawa Theo memasuki kapal pesiar. ...... Di sisi lain. Setelah memasuki kapal pesiar, Arman menerima telepon dari Hadi. "Pak Arman, apa Pak Arman sudah sampai di kapal." "Hmm." "Kalau begitu, aku akan menjemput Pak Arman sekarang!" "Nggak usah repot-repot. Aku mau mengelilingi kapal pesiar ini dulu. Setelah itu, aku akan langsung menemuimu." "Baik, Pak. Aku akan menunggu Pak Arman." Telepon ditutup. Arman berjalan-jalan mengelilingi kapal pesiar. Semua masih tetap sama seperti sebelumnya. Mulai dari peralatan hingga tata letaknya. Semua itu membuat Arman merasa seperti kembali ke masa sepuluh tahun yang lalu. Tanpa sadar. Arman tiba di lantai enam kapal pesiar tersebut. Saat melewati pintu masuk ruang pesta, terdengar suara penuh semangat dari pembawa acara di dalam. "Hari ini, di tempat yang elegan dan mewah ini, di saat yang menggugah hati ini, aku dan kalian semua akan bersama-sama menyaksikan pernikahan pasangan ini!" “Selanjutnya, kami undang pengantin pria, Chris Sagara dan pengantin wanita, Thalia Suryan ... " "Selanjutnya, mari kita sambut pengiring pengantin wanita, yang akan memberikan cincin pernikahan kepada pengantin pria dan pengantin wanita ... " Terdengar suara tepuk tangan yang hangat dari semua orang. Suasana begitu meriah di dalam ruang pesta tersebut. Di luar ruang pesta, ketika mendengar nama Sofia, Arman tidak bisa menahan diri untuk berhenti dan melihat ke dalam ruang pesta. Tampak Sofia tengah berdiri di atas panggung. Dia mengenakan gaun pengiring pengantin berwarna terang. Rambutnya terurai. Sofia terlihat cerdas dan anggun. Arman tersenyum lembut, kemudian berniat untuk pergi. Dia sendiri tidak tertarik pada pernikahan ini. Namun, saat Arman bersiap untuk pergi, Thalia yang mengenakan cincin berlian pernikahan, tiba-tiba menengadah. Dia melihat Arman di pintu masuk ruang pesta, juga senyuman di wajah Arman. Ibunya benar, si brengsek ini ingin merusak pernikahannya! Thalia menjadi begitu marah, hingga berteriak ke pintu, "Arman, dasar kamu bajingan! Kamu benar-benar berani untuk datang!" Tempat pernikahan tersebut menjadi hening seketika. Semua orang menatap bingung ke arah pintu masuk ruang pesta. Sofia mengerjap-ngerjapkan matanya. Bagaimana mungkin bisa dia? Arman, Pak Arman. Mereka ... ternyata orang yang sama? Hei. Arman merasakan tatapan mata Sofia dan menghela napas dalam hati. Bagaimanapun, dia tidak akan pernah bisa menyembunyikannya. "Arman, apa kamu pikir dengan memberi suap pada tentara penjaga pintu masuk, kamu bisa diam-diam masuk Verena dan mengacaukan pernikahanku? Aku bilang padamu, jangan mimpi!" Pada titik ini, Thalia kembali angkat bicara. Dia menatap Arman dengan tatapan merendahkan yang tidak bisa disembunyikan. Pecundang ini benar-benar membuatnya mual hanya dengan melihatnya saja. “Aku menyuap tentara untuk merusak pernikahanmu?” Arman menatap Thalia sambil tersenyum sinis. "Ibumu yang memberitahukan semua ini, 'kan?" "Benar!" Thalia mengangkat dagunya dengan angkuh. "Kalian sekeluarga, semuanya benar-benar begitu sok tahu ya." Arman mencibir dan menggelengkan kepala. "Apa kamu bilang?" Thalia tampak kesal. "Thalia, di sini aku akan memberitahumu sejelas-jelasnya, kalau aku nggak tertarik pada pernikahanmu." Arman menegaskan setiap kata yang dia ucapkan. "Lalu, kenapa kamu berada di pintu masuk ruang pesta pernikahanku?" Thalia mempertanyakannya. "Aku kebetulan lewat." Arman berkata. "Kebetulan lewat?" Thalia tersenyum. "Apa kamu pikir aku akan percaya?" "Mau percaya atau nggak, itu terserah kamu." Arman berkata, "Selain itu, kalau aku benar-benar ingin menghancurkan pernikahanmu, pernikahan ini sama sekali nggak bisa dilangsungkan di sini." "Arman, kamu benar-benar besar mulut ya!" Thalia tertawa marah mendengar kata-kata Arman. "Hehe!" Para tamu yang hadir juga tidak bisa menahan tawa. Salah seorang dari mereka bertanya, "Nona Thalia, siapa pria ini?" "Dia." Thalia menatap Arman. Bibirnya yang merah tersenyum jahat. "Dia hanya seekor anjing yang menjilati kakiku sebelumnya. Dia menjilatiku dan hidup dari belas kasihanku selama lima tahun. Akhirnya, aku nggak tahan lagi dan mengusirnya dengan sekali tendang. Sekarang, melihatku hidup dengan baik, dia ingin datang dan merusak pernikahanku!" Ternyata mantan suami parasit yang datang untuk mencari masalah. Semua orang langsung mengerti. Senyum mengejek muncul di bibir mereka. Sofia merasa sedih. "Thalia, apa harus seperti ini?" Arman mengerutkan kening dan menatap Thalia. "Memangnya kenapa denganku?" Tiba-tiba saja, muncul ekspresi merendahkan di wajah Thalia. “Apa kamu harus memfitnahku seperti ini?” Nada suara Arman begitu dalam. Sebelumnya, tidak masalah. Sekarang, semua ini terjadi di depan mata Sofia. Arman tidak ingin Sofia makin salah paham pada dirinya. "Aku memfitnahmu? Apakah kamu layak untuk itu?" Thalia justru tersenyum sinis. Matanya penuh dengan ejekan saat menatap Arman. "Omong-omong, bukankah kamu terlalu suka menggangguku, sampai-sampai mengikutiku ke kapal pesiar Verena?" "Nah, jangan salahkan aku karena nggak memberimu kesempatan." "Hari ini, di depan semua orang, tunjukkan bakat merangkakmu yang seperti anjing itu kepada semua orang. Kalau semua orang puas, aku akan memberimu kesempatan untuk menghadiri pernikahanku. Semua ini juga bisa dianggap sebagai akhir yang sempurna bagi karirmu sebagai anjing penjilat." Setelah berkata demikian, Thalia menatap Chris yang ada di sampingnya dengan mesra. "Sayang, bagaimana menurutmu?" "Hari ini adalah hari pernikahan kita. Lakukan saja selama kamu senang." Ucapan Chris juga terdengar begitu sinis. Ancaman apa yang bisa ditimbulkan seorang bajingan hina kepada Chris? "Arman, apa kamu dengar? Hargai kesempatan yang diperoleh dengan susah payah ini." Thalia kembali menatap Arman. Nada bicaranya yang tinggi seakan-akan sedang memberikan penghargaan kepada Arman. "Kamu yakin menyuruhku seperti itu?" Tatapan mata Arman menjadi sedingin es. Thalia seakan tidak melihat betapa dinginnya tatapan mata Arman. Dia berkata dengan angkuhnya, "Aku sudah memberimu kesempatan. Sekarang, terserah padamu mau memanfaatkannya atau tidak." "Oke, jangan salahkan aku, kalau aku nggak memberimu kesempatan." Arman menatap Thalia dengan tatapan dingin. Kemudian, dia langsung mengeluarkan ponsel dan menelepon Hadi. Di telepon, Arman hanya mengatakan satu kalimat singkat, "Ruang pesta lantai enam. Pernikahan dibatalkan." Kemudian, Arman menatap Thalia dan mengumumkan ultimatum secara resmi. "Sekarang, aku secara resmi memberitahumu kalau pernikahanmu di Verena ini dibatalkan. Segera kemasi barang-barang kalian dan cepat pergi dari sini!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.