Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 13

Setelah menambahkan teman, Adelia pun mematikan ponselnya. Dia agak kaget melihat tatapan Justin yang dingin. Tok, tok. Mereka berdua dikejutkan dengan bunyi ketukan pintu. "Den Justin, Dokter Felix sudah datang," lapor Bibi Eni. "Oke, suruh dia naik." Begitu mendengar nama Felix, Adelia sontak menjadi waspada. Lelaki tua itu bisa saja membunuh Justin dengan ilmu pengobatan gadungannya. Justin pun menepuk punggung tangan Adelia untuk menenangkan istrinya itu. "Tenang saja, bersikaplah seperti biasa." Adelia menarik napas dalam-dalam sambil mengangguk. Sementara itu. Felix mengikuti Bibi Eni naik ke lantai dua. Sepanjang pengamatannya, pelayan di vila ini hanyalah Bibi Eni seorang. Felix pun memandang rendah semua ini. Ternyata keluarga putra kedua benar-benar merosot jauh, mereka tidak sebanding dengan gaya keluarga putra sulung yang begitu mewah. "Den Justin, Dokter Felix sudah di sini." "Pak Justin," sapa Dokter Felix dengan dingin, lalu menatap Adelia dengan kesan menghina. "Aku nggak suka ada orang asing kalau lagi mengobati pasien, terutama mahasiswa kedokteran yang sudah berlagak sombong padahal belum lulus. Silakan pergi, Bu Adelia." Felix benar-benar meremehkan Adelia. Setelah mengetahui bahwa Adelia hanya merupakan mahasiswi kedokteran, dia makin memandang rendah Adelia. Berapa banyak hal sih yang bisa Adelia pelajari di sekolah! Sudah begitu saja sombong sekali! Mentang-mentang punya sedikit ilmu, jadi begitu keluar langsung sok! "Aku nggak akan mengusikmu," kata Adelia. "Bu Adelia ingin mencuri ilmuku, ya? Aku ini murid Roman si dokter pengobatan tradisional. Mungkin Bu Adelia nggak akan pernah bisa menyaksikan teknik akupunktur sehebat ini, jadi wajar saja Bu Adelia nggak mau keluar," sahut Felix. Sementara itu, Justin menggenggam tangan Adelia sambil berkata dengan sangat tenang, "Kami ini pasangan baru, jadi nggak mau jauh-jauh. Maaf, Dokter Felix, aku juga nggak bisa kalau harus terpisah sesaat darinya." Bibi Eni sontak terkikik sambil menutup mulutnya. Ternyata Justin tahu manfaatnya punya istri. Felix balas mendengkus dengan dingin. "Ya sudah, tetap di sini juga nggak jadi masalah. Aku yakin Bu Adelia biasa-biasa saja, jadi dia juga nggak mungkin mampu mencuri ilmu apa pun." Rasanya Justin ingin menertawakan ekspresi Roman yang sangat sombong itu. Berani-beraninya penipu satu ini bersikap seangkuh ini. Roman-lah yang paling tahu bakat Adelia. "Terima kasih, Dokter Felix yang murah hati," ujar Justin. Dia sendiri tidak keberatan lebih bersikap sungkan kepada Felix. "Tolong Bu Adelia lepaskan pakaian Pak Justin, aku akan memberinya terapi akupunktur," kata Felix dengan ekspresi dingin. Akupunktur meliputi tusukan jarum dan pemijatan, keduanya berbeda tahapan. Bak istri baru yang dianiaya, Adelia pun dengan patuh membantu Justin berbaring di atas tempat tidur, lalu membungkuk dan melepaskan pakaian Justin. Adelia sudah baisa melakukan hal semacam ini, tetapi tetap saja wajahnya merona malu setiap kali melihat tubuh Justin. Felix membuka kotak obatnya yang mewah dan indah itu, lalu membuka sebungkus jarum emas dan menyusunnya berjajar. Kelihatannya sangat mewah. Setelah itu, dia menusukkan setiap jarum dengan serius dan memutarnya. Adelia menatap gerakan tangan Felix sambil diam-diam memperhatikan titik akupunktur yang Felix tusuk. ST36, BL36, SP9 ... Titik-titik akupunktur ini memang dapat merangsang kedua kaki, tetapi teknik tusukan yang digunakan tidak terlalu efektif. Hanya dari luarnya saja terlihat rumit dan misterius. Felix memang tidak tulus mau mengobati Justin. Setelah akupunktur selesai, Felix pun mulai memijat tubuh Justin. Adelia merasa akupunktur dengan jarum panas lebih efektif. Jarum yang ditusukkan dibungkus dengan daun khusus yang sudah digulung, lalu dibakar. Jarum itu kemudian ditusukkan ke titik akupunktur. Teknik ini bisa menghangatkan meridian, mengalirkan energi dan melancarkan peredaran darah. Setelah selesai, Felix pun mengeluarkan sebungkus obat sambil berkata, "Ini obat untuk mandi, pakai satu kali sehari. Tiga hari lagi, aku akan datang untuk melakukan terapi akupunktur." Felix pun berjalan pergi sambil membawa kotak obatnya, sementara Adelia membuka bungkus obat dan mengendus baunya. Dia mengeluarkan dua jenis obat yang sudah dimanipulasi, yaitu Rhizoma typhonii dan Angelica biserrata. "Akupunkturnya sih nggak masalah, tapi obatnya beracun." Adelia pun mengernyit dengan dingin. "Dia benar-benar keterlaluan! Dia bahkan menggiling bahan obat sampai jadi bubuk dan mewarnainya." "Aku 'kan punya Dokter Ajaib. Percuma saja dia mau pakai cara apa," sahut Justin sambil duduk di tepi tempat tidur. Mantelnya tergantung dengan longgar dan samar-samar menunjukkan tubuhnya yang berotot. "Jangan ngomong begitu. Aku ini cuma seorang mahasiswa kedokteran biasa yang bahkan belum lulus," tegur Adelia pelan. Justin sedikit membungkuk, lalu berujar dengan lebih pelan, "Dasar bodoh. Kamu benar-benar nggak tahu apa-apa." Adelia memang sudah sepantasnya dijuluki Dokter Ajaib. Entah sejak kapan Pak Roman si dokter pengobatan tradisional itu mengenali bakat Adelia dan bahkan melatihnya menjadi sehebat ini. "Apa?" Adelia tertegun menatap Justin. "Bukan apa-apa. Berikan obat mandimu buatku," elak Justin. Dia yakin Adelia akan menjadi sensasional di Kota Hanara. "Aku tusuk jarum dulu, ada beberapa titik yang dia nggak tepat menusuknya," jawab Adelia, lalu mengambil kotak obat yang berdebu dari bawah tempat tidur. Satu set jarum perak di dalamnya sudah dicuci hingga mengkilap. Terlihat jelas betapa Adelia menghargai semua jarum ini. Justin sebenarnya agak menyayangkan. Siapalah Felix itu! Justru Adelia yang pantas menggunakan satu set jarum emas itu! Adelia pun membungkuk, lalu memutar jarum dan perlahan menusukkannya ke kulit Justin. Ujung jarum dibungkus dengan daun khusus yang dibakar dan mengeluarkan aroma yang harum. Justin memandangi Adelia dengan saksama. Adelia memiliki wajah yang sangat cantik dengan bentuk oval, alis menyerupai bulan sabit dan mata berbentuk biji almond. Bibirnya yang indah juga sedikit terangkat. Dia terlihat begitu anggun dan murni. "Mana ponselmu?" tanya Justin. "Di saku," jawab Adelia. "Kasih sini." Adelia langsung memberikan ponselnya kepada Justin, lalu menunduk dan lanjut menusukkan jarum. Justin pun mengusap layar ponsel Adelia. Dia membuka aplikasi, lalu melihat nama akunnya yang Adelia simpan. Sesuai dugaannya, "Pak Justin". Justin pun langsung mengubah namanya, lalu secara tidak sengaja membaca beberapa pesan yang ada di sana. Sorot tatapannya mendadak berubah menjadi lebih tajam. Adelia pun bergerak mendekat dan melihat apa yang Justin lakukan, telinga hingga lehernya yang putih sontak menjadi merah padam. Ya ampun, memalukan sekali! Bisa-bisanya Justin mengubah nama kontaknya menjadi "Suami"! Justin sendiri tidak ambil pusing. Dia meletakkan ponsel Adelia dengan angkuh sambil berkata, "Nama yang kamu berikan terkesan terlalu asing, bisa bikin curiga orang yang jeli." "Terus, kamu simpan nomorku dengan nama apa?" tanya Adelia dengan penasaran. "Aduh, kakiku agak sakit." Justin langsung menutupi rasa malunya dengan satu kalimat, sementara Adelia menundukkan kepala untuk memeriksa kakinya. Ternyata Adelia mudah ditipu. "Reunimu di mana? Perlu kuantar?" tanya Justin dengan santai. Tadi dia habis membaca kata-kata yang terkesan menjijikkan dan sok mesra di ponsel Adelia. "Di Restoran Kenala. Aku naik taksi saja ke sana." Kenapa Adelia menolak tawaran Justin? Memangnya dia takut bertemu siapa di sana? Justin mengusapkan ujung jari di atas tepi tempat tidur. Dia mengamati Adelia yang membereskan semuanya, lalu berjalan meninggalkan kamar. Dia mengambil tablet dari meja samping tempat tidur dan menghubungkannya ke kamera di vila. Wajah Felix pun muncul di layar tablet. Sebelum keluar dari vila Justin, dia bergegas menelepon Revan untuk melaporkan situasi. "Pak Revan, Justin sama sekali nggak meragukanku. Dia bahkan berterima kasih kepadaku. Aku sudah memanipulasi semua bahan obatnya, dia akan mati hanya dengan berendam selama satu bulan." "Pak Revan, nggak akan ada lagi yang bisa merebut kepunyaanmu," ujar Felix dengan nada menjilat. "Setelah ini, silakan kirim aku ke luar negeri. Aku nggak akan membocorkannya ke siapa pun." "Orang lain juga nggak bakalan tahu. Adelia itu payah, dia bahkan nggak mengenali semua bahan obat." Justin bisa mendengar semua ucapan Felix dengan jelas. Dia pun tertawa dengan dingin. "Dasar bodoh." Karena kecelakaan mobil itu tidak membunuhnya, jadi Revan berniat meracuninya sampai mati. Oke, Justin akan menuruti kemauan mereka. Dia akan berakting sakit parah supaya mereka semua lupa diri saking sombongnya!

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.