Bab 161
Karena aku hanya diam, anak laki-laki itu pun berlari menghampiriku, lalu memeluk kakiku dengan erat.
"Dik, biar Kakak antar pulang, ya?" tanya polisi wanita itu dengan lembut.
Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya sambil menangis dan tetap memeluk kakiku.
Aku pun menatap Davin dengan bingung dan frustrasi.
Aku benar-benar merasa panik.
Kedua anak itu pasti mengenaliku.
Satu adalah si pemuda yang disuruh membunuh Yuna, satu lagi adalah anak laki-laki di hadapanku ini.
"Dia menyukaimu, jadi kita bawa dia pulang saja," kata Davin sambil menghalangi pandangan Ben yang tertuju kepadaku.
Aku merasa bersalah, aku takut Ben menyadari sesuatu.
"Kalau anak ini memang menyukaimu, silakan bawa dia pulang dulu kalau memang kamu nggak keberatan," kata Ben dengan lega.
Barulah setelah itu aku ikut merasa lega. Aku menggenggam tangan anak laki-laki itu dengan lembut, lalu bertanya, "Kamu mau pulang dengan Kakak nggak?"
Anak laki-laki itu langsung mengangguk dengan patuh.
Aku pun berjongkok di ha
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda