Bab 162
Aku mengangguk, lalu meminta pelayan untuk membungkuskan makanan bagi Ghani.
Aku ingin tahu rahasia apa lagi yang anak laki-laki ini miliki.
Aku harus mencari tahu.
Setelah makan, aku memberi Davin obat penenang dan agar dia tidur.
Setelah Davin tertidur, aku diam-diam mengikuti Ghani.
Dia berlari meninggalkan rumah Keluarga Isman menuju sebuah gang, lalu berbelok ke sana dan kemari.
Aku terus mengikutinya hingga kakiku terasa lelah sekali.
Akhirnya, kami pun tiba di sebuah pabrik kecil yang terbengkalai. Di sana, aku melihat Ghani beserta beberapa anak kecil lainnya yang seusianya.
Sebagian besar anak-anak itu cacat. Ada yang terlahir dengan satu lengan saja, ada pula yang terlahir buta. Ada juga anak-anak yang tunawicara.
"Nih, aku bawain makanan," kata Ghani dengan serius sambil membagikan bungkusan makanannya kepada anak-anak itu.
Aku merasa kaget. Kenapa ... anak-anak ini tidak pergi ke panti asuhan saja? Dibandingkan beberapa tahun yang lalu, kebijakan tentang panti asuhan saat i
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda