Bab 160
Aku mengernyit dan menatap pemuda itu dengan bingung.
Pemuda itu ingin bicara kepadaku?
Untuk apa?
Apa ... kami saling kenal?
"Jangan-jangan ... ada yang mencuci otak bocah ini?" gumamku pelan.
Ben tampak bersandar di dinding sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
Dia terlihat sangat putus asa dan menderita.
Jika mereka tidak kunjung menangkap pembunuhnya, akan makin banyak korban yang berjatuhan. Ben terus menyalahkan dirinya sendiri.
"Jelas-jelas ... aku bisa bergerak dengan lebih cepat ... " kata Ben dengan frustrasi.
Jelas-jelas dia bisa menemukan Shani lebih cepat.
Bahkan dokter bilang Shani masih bisa hidup seandainya satu hari ditemukan lebih cepat.
"Buak!" Ben meninju tembok hingga tangannya berdarah.
Aku bergegas mendekatinya untuk menenangkan pria itu, tetapi aku tidak tahu harus berkata apa.
Ben berbalik badan dan berjalan menuju area merokok, lalu merokok di sana.
Aku dan Davin hanya saling berdiri dalam diam di depan pintu kamar.
"Mau merokok?" tanya Ben sambil menatap Davi
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda