Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6 Kisah Lama

Hati Jessica terasa sesak. Beberapa hari terakhir ini dia tidak bisa beristirahat dengan baik. Dia datang tanpa makan malam, hanya untuk menjemput Zack, agar mereka bisa pergi bersama ke rumah tua Keluarga Sumner. Namun, sekarang dia malah harus melintasi separuh kota untuk mengantar Wenny pulang. Jessica ingin menolak, tetapi Zack langsung melemparkan kunci mobil kepadanya. Dia tertegun sejenak, lalu mendengar Zack berkata, "Bawa mobilku saja, barang-barang Wenny masih ada di bagasi." Jessica menggenggam kunci mobil erat-erat, menahan rasa pahit dalam hatinya. "Zack, ini sudah malam. Kakek masih menunggu kita." Ketika mendengar itu, Zack meliriknya sekilas. Nada suaranya datar ketika dia berkata, "Baiklah, kalau begitu kamu pulang duluan. Aku yang akan mengantarnya." Jessica tahu bahwa Zack sengaja melakukan ini. Dia menatap wajah samping Zack, menggigit bibirnya, lalu berkata dengan suara lemah serta penuh tekanan, "Baiklah, aku akan mengantarnya." Ketika melihat itu, Wenny melirik Zack dengan agak malu, lalu berkata kepada Jessica dengan nada seolah menyesal, "Maaf merepotkanmu, Jessica." Meskipun kata-katanya terdengar sopan, nada bicaranya penuh rasa puas. Rumah Wenny terletak di kawasan kota tua. Wilayah ini terpencil dan kumuh, lingkungannya adalah percampuran berbagai macam orang. Baru-baru ini, pemerintah mengeluarkan persetujuan untuk memasukkan kawasan ini dalam proyek pembongkaran serta pembangunan ulang, yang membuat harga tanahnya naik berkali-kali lipat. Kebetulan, proyek ini berada di tangan Zack. Sementara Wenny, yang kebetulan mendapatkan informasi ini, tiba-tiba muncul kembali. Mungkin dia datang untuk menandatangani dokumen untuk menerima dana kompensasi. Sepanjang perjalanan, kedua orang itu duduk di kursi belakang, bercakap-cakap dengan santai, sepenuhnya mengabaikan Jessica yang menjadi sopir mereka. Jessica sulit untuk tidak menduga bahwa mereka sudah lama menjalin kontak. Jika tidak, dengan sifat Zack yang pendendam, dia tidak mungkin akan begitu mudah menerima kehadiran Wenny yang tiba-tiba, bahkan bersikap begitu toleran. Jessica mengingat dengan jelas, ketika Wenny memutuskan hubungan dengan Zack secara tiba-tiba, suasananya sangat kacau. Zack yang tidak rela menyerah bahkan pergi langsung ke luar negeri untuk mencarinya. Namun, sebelum sempat menemukannya, dia sudah ditangkap dan dipulangkan oleh Arlo. Malam itu, di rumah tua Keluarga Sumner, di dalam aula yang remang-remang, hampir semua anggota Keluarga Sumner sudah berkumpul. Suasananya sangat serius. Di hadapan seluruh keluarga, Arlo yang duduk di posisi tertinggi, menunjuk Zack yang duduk di lantai dengan wajah penuh amarah. "Zack!" Dengan suara penuh tenaga, dia mengetukkan tongkatnya hingga berbunyi nyaring. "Dasar bajingan! Apa kamu nggak merasa bersalah pada Jessica?" Pada saat itu, Jessica dan Zack sudah bertunangan. Tak peduli Zack menginginkannya atau tidak, perjodohan ini sudah ditetapkan, tidak bisa diubah. Zack dihajar habis-habisan, hingga wajahnya penuh memar. Ketika mendengar ucapan itu, dia memandang Jessica dengan penuh kebencian. Jessica merasa tubuhnya menegang. Dia menyadari bahwa Zack sudah salah paham, mengira dialah yang melaporkan semuanya. Dengan sudut bibirnya yang berdarah, Zack memuntahkan darah dengan sikap mengejek sambil tersenyum pahit di depan semua orang. Tubuhnya diikat, tetapi dia mengangkat dagunya untuk menatap semua orang dengan ekspresi yang tampaknya ganas. "Kakek, apa kamu nggak salah?" Dia melirik Jessica dengan tatapan dingin, menyeringai, lalu berkata, "Yang seharusnya merasa bersalah pada Jessica adalah kakak sulungku, bukan aku!" Benar, putra tertua Keluarga Sumner, Hans Sumner, adalah orang yang melarikan diri setelah melakukan kesalahan. Namun, Arlo selalu memanjakannya, terlepas dari segala kesalahannya. Saat nama Hans disebut, wajah Jessica langsung berubah pucat. Seluruh anggota Keluarga Sumner juga terdiam. Di mata mereka, Hans pernah menghancurkan martabat Jessica. Namun, ini adalah kisah lama yang sudah dihapus oleh Arlo sejak lama. Dia sudah melarang siapa pun untuk menyebutkan tentang masalah ini lagi. Namun, Zack sengaja membuka luka lama itu di depan semua orang. Akibatnya, semua orang langsung menatap Jessica dengan pandangan yang penuh makna, seolah-olah dia adalah bahan ejekan. Jessica tahu, Zack adalah tipe orang yang keras kepala. Dia tidak akan peduli dengan kesulitan orang lain, asalkan dia bisa melampiaskan kekesalannya. Pada saat itu, di bawah tatapan semua orang, Jessica hanya merasakan wajahnya terbakar malu. Dia juga berlutut di samping Zack, menundukkan kepala sambil menahan air mata. "Kakek." Jessica menundukkan kepala, menyembunyikan air matanya, lalu berkata dengan suara lembut yang tegas, "Aku yang menyuruh Zack pergi." Dia tidak punya keberanian untuk mengangkat kepala, hampir merendahkan dirinya hingga ke tanah demi Zack. "Kak Wenny adalah temanku ...." Namun, belum selesai Jessica berbicara, suara ejekan terdengar, "Wah, ada juga yang mau jadi makcomblang." Kata-kata itu sungguh kasar dan menyakitkan. Bisikan penuh gosip dari Keluarga Sumner tidak terdengar keras, tetapi membuat Jessica makin malu hingga wajahnya hampir menempel di lantai. Zack yang mendengar ini langsung marah, "Jangan menggunakan kepalsuanmu! Apa kamu pikir Keluarga Sumner bodoh?" Setelah terdiam sejenak, Zack berkata dengan nada yang kejam, "Ini semua salahmu! Dasar pembawa sial! Nggak ada hal baik yang terjadi sejak kamu datang ke Keluarga Sumner!" Jessica menangis tanpa henti setelah mendengar ini. Dia tidak bermaksud apa-apa, hanya tidak ingin Zack menderita. Namun, dia tidak menyangka bahwa setelah mengorbankan diri untuk melindungi Zack, dia tetap saja disalahkan dan dihina. Untungnya, Arlo adalah orang yang bijaksana. Dia sangat marah, hingga hampir memukul Zack sampai mati demi menegakkan keadilan bagi Jessica. Semua itu terjadi demi Wenny. Saat mengingat kejadian itu, Jessica merasa kehilangan fokus. Ketika mendengar suara navigasi, dia langsung tersentak, tiba-tiba menginjak rem secara mendadak. Roda mobil menggesek jalanan dengan suara yang tajam. Jessica kehilangan keseimbangan, lalu tubuhnya terbentur ke setir. Kepalanya juga terbentur keras. Segalanya terjadi dengan begitu tiba-tiba. Jessica merasakan sakit. Tiba-tiba, dia mengangkat pandangannya, melihat ke dua orang di belakang melalui kaca spion. Ketika mobil menabrak penghalang jalan, pria yang tampak angkuh dan menawan itu menunjukkan kekhawatiran yang jelas di wajahnya. Tanpa sadar, dia melindungi Wenny yang ketakutan di dalam pelukannya. Dia mengerutkan kening, bertanya dengan penuh perhatian, "Wenny, apa kamu baik-baik saja?" Pemandangan itu begitu menyakitkan.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.