Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7 Kecelakaan

Jessica diam-diam memperhatikan mereka. Dengan luka di dahinya sebelum datang ke sini, ditambah benturan keras tadi, dia seperti udara kosong yang sepenuhnya diabaikan. Jessica sendiri pun tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Dia menarik napas dalam-dalam, menahan rasa sakit yang mulai mereda, lalu mengambil ponselnya untuk menelepon polisi. Wajahnya tampak pucat, tetapi dia tetap tenang. Dia menjelaskan dengan baik kepada polisi lalu lintas tentang lokasi dan kronologi kecelakaan. Di bawah naungan kegelapan malam, Jessica menopang tubuhnya dengan satu tangan, berkata dengan suara datar, "Ya, kawasan kota tua, nomor 32. Terima kasih atas bantuannya." Dia tahu ini adalah kesalahannya karena kehilangan fokus. Dia akan mengambil tanggung jawab penuh. Dia akan mengakuinya. Ketika Jessica masih berbicara dengan polisi, baru saat itulah Zack mengalihkan pandangan ke arahnya. Bukan karena khawatir. Melalui kaca spion, suara Zack terdengar datar tanpa kehangatan, "Tunggu di sini. Aku akan membawa Wenny ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan." Dia sama sekali tidak peduli dengan hidup Jessica. Ketika mendengar itu, Jessica tidak menjawab. Dia menatap dingin ke arah pantulan mata Zack yang sama sekali tidak memiliki emosi melalui kaca spion. Setelah beberapa saat. Jessica menutup teleponnya. Melirik stiker yang masih menempel di kaca mobil, hatinya tiba-tiba terasa dingin. "Nggak boleh pergi." Saat mengatakan ini, pandangannya menyapu ke arah Wenny yang tidak terluka sedikit pun. Tiba-tiba, dia merasa ingin memaksa Zack untuk membuat pilihan. Jessica menarik napas dalam-dalam, berbicara dengan nada mendesak yang sulit disembunyikan, "Zack, aku nggak membawa SIM." Memang benar dia tidak membawanya. Tasnya tertinggal di mobilnya sendiri. Ketika Zack mengganti mobil secara mendadak, dia tidak sempat mengambilnya. Dia sudah melaporkan kecelakaan ini ke polisi, yang berarti dia akan ketahuan mengemudi tanpa SIM. Ini adalah pelanggaran yang bisa berujung pada penahanan. Penahanannya kurang lebih selama lima belas hari. Jessica berharap, dalam situasi seperti ini, Zack bisa memikirkan dirinya sekali saja. Dengan kekuasaan yang dimiliki Zack di kota ini, dia hanya perlu menggerakkan satu jari untuk membuat seseorang mengambilkan SIM miliknya. Namun, Jessica merasa takut. Sejak insiden yang terjadi saat dia kuliah, dia masih memiliki trauma, tidak ingin menghabiskan waktu di ruang tahanan yang dingin. Sayangnya, wajah Zack tersembunyi dalam gelapnya malam. Tatapannya tampak tenang, sulit menebak apa yang ada di pikirannya. Pria itu tahu risiko yang harus dihadapi Jessica karena mengemudi tanpa SIM. Dia juga tahu betapa Jessica tidak sanggup menghadapi akibatnya. Dengan koneksi Jessica yang terbilang sederhana, dia mungkin akan benar-benar dipenjara selama sepuluh hari atau lebih tanpa bantuannya. Zack mengerutkan kening. Ketika tatapan mereka bertemu, Wenny yang duduk di sampingnya, mengambil kesempatan untuk melonggarkan genggamannya pada tangan Zack. "Zacky." Ucapan itu dengan tepat memotong alur pikir Zack. Berbeda dari Jessica, Wenny memiliki pesona yang memikat dengan tatapan lembut serta bibir merahnya. Ini merupakan gaya seorang wanita yang lemah lembut. Penampilannya yang kontras dengan sifatnya yang lembut adalah daya tarik visual yang mematikan bagi seorang pria. Jessica tahu bahwa Zack pun tidak terkecuali. Oleh karena itu, ketika Wenny membuka mulut, hati Jessica langsung terasa dingin. "Aku nggak apa-apa." Wenny berkata sambil mendorong Zack menjauh dengan senyum simpul yang tampak polos. "Kamu bantu Jessica saja." Zack menoleh menatapnya. Melihat tatapan pria itu, Wenny tersenyum dengan susah payah, lalu membuka pintu mobil. "Sampai sini saja. Aku pergi dulu." Melihat Wenny pergi, Zack mengerutkan kening lebih dalam. Dia turun dari mobil dengan langkah panjang, mencoba menahan Wenny. Dia berujar dengan suara yang dalam, "Aku akan mengantarmu." Jessica melihat tarik-menarik tak kasat mata antara mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dengan perasaan sedih. "Zack." Dia turun dari mobil, berdiri sendirian di tengah malam, bertanya dengan suara penuh ketidakrelaan, "Lalu, bagaimana denganku?" Bagaimana dengannya? Dianggap sebagai apa dirinya? Zack tampak baru teringat bahwa masih ada seseorang di belakangnya. Dia berhenti sejenak untuk menoleh, melihat Jessica yang berdiri melawan angin dengan mata yang mulai memerah. Dia tampak menyedihkan, tak bisa diungkapkan dengan kata. Zack mengerutkan kening, menatap Jessica dengan pandangan yang dingin, lalu berkata, "Jessica." Suaranya sedingin air ketika dia berujar, "Apa kamu benar-benar mengira aku, Zack, harus bertanggung jawab menutupi semua masalahmu seumur hidup?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.