Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Luka CintaLuka Cinta
Oleh: Webfic

Bab 7

Ketika mendengar bahwa Claire juga mengalami hal serupa seperti dirinya, Stella langsung berempati dan tergerak untuk menghiburnya. "Aku pun pernah mengalaminya, tapi percayalah, semua akan baik-baik saja setelah perceraianmu selesai. Kak Adrian pasti akan mendampingimu melewati masa sulit ini." Ucapan Stella memang benar, Adrian telah membantu proses perceraiannya dengan menandatangani perjanjian pembagian harta yang menurutnya cukup mustahil untuk diselesaikan. Claire mengangguk, lalu melanjutkan kata-katanya. "Kudengar Adrian yang menangani kasus perceraianmu. Dia pasti pengacara yang sangat berdedikasi." Wajah Stella langsung merona dan nada bicaranya pun menjadi lebih lembut. "Ya, Kak Adrian sangat membantuku. Dia mengumpulkan bukti untuk menuntut mantan suamiku, sekaligus melindungiku. Jika bukan karena dia, mungkin aku sudah mati di tangan mantan suamiku yang gila itu." Senyum manis Stella saat mengenang masa lalunya yang kelam membuat Claire terdiam sesaat. Namun, keheningan itu pecah oleh pertanyaan Claire yang tak terduga dan terasa begitu lancang. "Apa kamu menyukai Adrian?" Pertanyaan itu bagai petir di siang bolong bagi Stella. Dia mematung sejenak dan merasa terperangkap dalam keterkejutan yang mendalam. Setelah berjuang mengumpulkan keberanian, Stella akhirnya menjawab dengan terbata-bata. "Aku ... aku juga bingung. Awalnya aku menganggapnya seperti kakakku sendiri. Sejak kecil, dia sering mengajakku bermain, menjagaku, dan menyiapkan banyak hadiah untukku. Ketika aku masih sekolah, dia nggak segan berdebat atau berkelahi dengan siapa pun yang mencoba menggangguku. Bahkan sering kali berakhir dengan dirinya sendiri yang terluka. Saat aku menghadapi perceraian, dia pun dengan sigap menawarkan bantuan. Kemudian, beberapa waktu lalu kakak kandungku memberitahuku bahwa Kak Adrian sebenarnya sudah menaruh hati padaku sejak lama ... " "Dia pria yang sangat dingin dan penuh rahasia, aku nggak menyangka ternyata dia bisa menyimpan cinta seperti itu terhadapku. Bahkan sampai sekarang pun aku masih bertanya-tanya, bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta padaku?" Mendengar ocehan Stella tentang masa lalu mereka berdua membuat Claire dibanjiri emosi yang campur aduk. Gambaran Adrian yang terungkap dari cerita Stella begitu berbeda dengan Adrian yang dikenalnya. Ternyata, sikap dingin Adrian bukanlah sifat aslinya. Pria itu bersikap dingin padanya karena memang tidak merasa cocok dengannya. Adrian juga bukan tipe orang yang tidak memiliki semangat untuk melakukan sesuatu, hanya saja Claire memang tidak memiliki sumbu untuk membakar motivasinya. Sayangnya, kesadaran ini datang terlambat setelah sekian tahun berlalu begitu saja. Di sisi lain, Stella yang masih mengenang masa lalunya dengan Adrian tidak menyadari tatapan penuh makna dari Claire. Obrolan mereka yang hangat membuat Stella merasa nyaman untuk berbagi cerita dengan Claire. Dengan hati-hati, dia pun memberanikan diri untuk bertanya sesuatu yang sudah lama mengganjal di pikirannya kepada Claire, perempuan yang baru beberapa kali ditemuinya ini. "Kak Claire, bagaimana pendapat Kakak tentang Kak Adrian?" Claire sadar ada makna tersirat dari ucapan Stella. Dia pun menatap rumah yang akan segera ditinggalkannya, lalu mengungkapkan isi hatinya dengan tulus. "Aku sudah mengenalnya selama sepuluh tahun, tapi baru belakangan ini aku merasa benar-benar mengenalnya. Sulit bagiku untuk menggambarkan kepribadiannya. Tapi, yang jelas, baru kali ini aku melihatnya sesayang ini pada seseorang." Stella mengangguk pelan dan merasa jauh lebih tenang setelah mendengar jawaban Claire. Saat senja mulai menyapa dan hari beranjak malam, dia menggenggam tangan Claire dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Adrian yang kebetulan melintas sontak terpaku mendengar ajakan tersebut. Raut wajahnya pun langsung penuh dengan rasa enggan. Melihat ekspresi Adrian yang penuh keengganan, Claire pun tersenyum tipis dan menolak ajakan Stella. "Maaf, malam ini aku ada urusan. Jadi, aku nggak bisa ikut makan malam bersama kalian," katanya. Tanpa menunggu reaksi Stella dan Simon, Adrian segera membukakan pintu mobil untuk Claire. "Kalian duluan saja. Aku akan menyusul setelah mengantar Claire pulang," ujarnya. Truk jasa pindahan yang disewa Claire pun membuntuti mobil mereka keluar dari kompleks apartemen. Adrian merasa jantungnya berdebar tidak beraturan, seirama dengan kedipan lampu lalu lintas. Dia berusaha memutar otaknya untuk mencari penjelasan yang masuk akal atas kejadian barusan. Namun, di tengah ketegangan itu, Claire yang terlihat tenang lebih dulu memecah kesunyian. "Tenang saja. Kita, 'kan, sudah sepakat dari awal untuk merahasiakan pernikahan kita dan hanya orang tua kita saja yang tahu. Kita juga sudah berjanji untuk mengumumkan hubungan ini jika masing-masing dari kita sudah siap. Kalau sekarang kamu belum siap, aku bisa memahaminya." Kecemasan Adrian perlahan sirna saat mendengar kata-kata lembut wanita itu. Dia pun menarik napas lega dan berkata dengan nada penuh rasa berterima kasih. "Terima kasih atas pengertianmu. Sejujurnya, aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa aku sudah menikah. Beri aku sedikit waktu lagi dan aku berjanji akan segera mengumumkan pernikahan kita." Claire bergumam pelan, lalu memandang keluar jendela. Tiga tahun sudah pernikahan rahasia mereka berjalan dan entah berapa lama lagi mereka harus menyembunyikannya. Dia tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dia sudah lelah.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.