Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Luka CintaLuka Cinta
Oleh: Webfic

Bab 8

Sepanjang perjalanan, Claire tetap diam membisu. Adrian merasa bahwa akhir-akhir ini suasana hati Claire terlihat sedang buruk. Namun, dia tidak tahu apa penyebabnya. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengulik kembali ingatannya dan mencari tahu kejadian apa yang mungkin menjadi penyebab perubahan sikap Claire. Setelah merenung, dia menyadari bahwa perubahan sikap Claire mungkin disebabkan oleh kesibukannya menangani kasus Stella, sehingga membuat wanita itu merasa terabaikan. Rasa bersalah pun menyeruak dalam hati Adrian. Jadi, dia memutuskan untuk menebus kesalahannya dengan mengajak Claire berlibur. "Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita yang ketiga. Bagaimana kalau kita rayakan dengan berlibur bersama?" Masa tenang sebelum perceraian hanya tersisa beberapa hari lagi dan Claire berusaha untuk tidak menimbulkan konflik baru. Jadi, dia menolak ajakan Adrian dengan alasan masih cedera. Setelah mempertimbangkan kembali situasinya, Adrian menyadari bahwa ajakannya memang kurang bijaksana. Dia pun menawarkan alternatif lain untuk merayakan momen tersebut. Namun, Claire selalu memiliki alasan untuk menolak setiap usulan Adrian. Sepertinya Claire memang tidak ingin merayakannya. Sikap Claire yang terkesan tidak antusias ini membuat Adrian heran. Dulu, Claire selalu bersemangat setiap kali diajak berkencan. Adrian pun mulai curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh Claire. Melihat raut wajah Adrian yang bingung, Claire jadi panik dan berusaha mengalihkan perhatian Adrian dengan mengajukan usul lain. "Ulang tahun pernikahan kita bertepatan dengan akhir pekan. Bagaimana kalau kamu menemaniku berkunjung ke kampus kita dulu?" Kenapa tiba-tiba ingin bernostalgia? Meskipun bingung dengan permintaan Claire, Adrian tidak ingin mengecewakannya. Jadi, dia pun mengangguk setuju. Suasana di dalam mobil pun kembali hening. Claire membuka kalender di ponselnya dan melihat dua tanggal yang berdekatan. Tanggal 7 September sudah dia beri tanda sebagai hari perceraiannya. Sementara untuk tanggal 6 September adalah hari jadi pernikahan mereka, sekaligus peringatan satu dekade dia memendam rasa untuk Adrian. Kembali ke tempat mereka dulu berkuliah di hari yang penuh makna ini sepertinya bisa menjadi sebuah akhir yang sempurna, sekaligus awal yang baru baginya. Nostalgia itu akan menandai babak penutup dari sepuluh tahun masa mudanya dan membuka lembaran baru untuk kehidupannya. Claire tersenyum saat memikirkan hal ini. Sepertinya dia sudah mulai menerima nasibnya. Jadi, dia berkata dengan nada bercanda pada Adrian. "Kali ini kamu nggak akan mengingkari janjimu, 'kan?" "Memangnya kapan aku pernah mengingkari janjiku? Jangan sembarangan menuduhku, Claire." Claire hanya bisa diam sambil tersenyum tipis. Dalam hatinya, dia menghitung semua kejadian yang membuatnya terluka. Beberapa waktu lalu, Adrian lupa menjemputnya di rumah sakit hanya karena Stella mengajaknya ke pantai. Sebelum itu, Adrian bahkan lupa janji makan malam di hari ulang tahunnya karena sibuk mencari bukti untuk kasus perceraian Stella. Satu hal yang paling menyakitkan adalah ketika Adrian tega meninggalkannya di pinggiran kota dan pergi begitu saja demi menghibur Stella. Stella selalu menjadi alasan Adrian untuk mengingkari janjinya. Seminggu setelah kejadian itu, Adrian tidak pernah pulang ke rumah. Hal pertama yang Claire lakukan setiap bangun tidur adalah merobek kalender yang terpajang di dinding. Dia sendirian di rumah tua yang terasa makin hampa itu. Jadi, perlahan-lahan dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi. Waktu pun terus berjalan hingga akhirnya tibalah pada tanggal 6 September. Claire bangun lebih awal untuk berdandan, lalu memilih gaun lamanya yang dulu sering dia pakai. Setelah mengambil kameranya, dia pun turun ke lantai bawah. Dia sudah siap mengabadikan momen di hari yang berkesan ini. Adrian yang sudah menunggunya pun segera membukakan pintu mobil untuknya. Sadar bahwa beban hidupnya akan segera terangkat, Claire diliputi rasa bahagia yang meluap-luap. Sepanjang perjalanan, dia berceloteh riang dan mengenang masa-masa indah mereka saat kuliah dulu. Suasana mencair di antara mereka dan obrolan pun mengalir dengan begitu akrab. Adrian yang tadinya agak tegang pun kini merasa lebih rileks. Dia bahkan menawarkan diri untuk mengambil banyak foto Claire ketika sudah sampai kampus. Canda tawa pun menemani perjalanan mereka hingga akhirnya tiba di gerbang Universitas Swanvale. Claire turun lebih dulu, lalu bersandar di jendela mobil sambil menunggu Adrian. Saat sedang melepaskan sabuk pengaman, ponsel Adrian tiba-tiba berdering. Sebuah pesan dari Stella langsung muncul di layar. "Kak Adrian, apa kamu sedang sibuk? Aku demam. Apa kamu bisa mengantarku ke rumah sakit?" tulis Stella. Adrian terpaku membaca pesan tersebut. Dia langsung terdiam saat mengetahui bahwa Stella sedang demam. Melihat Adrian yang tak kunjung keluar dari mobil, Claire menoleh dengan rasa ingin tahu. Saat ini, keraguan terpancar jelas di wajah Adrian. Setelah hening sesaat, akhirnya Adrian mengambil keputusan. "Claire, ada masalah di kantor. Aku harus segera pergi ke sana." Claire tertegun dan tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. "Apa kamu nggak bisa menundanya meskipun hanya satu jam?" Claire sadar bahwa Adrian sedang berbohong. Apakah ini ada hubungannya dengan Stella lagi? "Nggak bisa, masalah ini sangat mendesak," ujar Adrian dengan tegas. Karena tidak ingin memperpanjang masalah, Claire memilih untuk membiarkan Adrian tetap bersandiwara. Dia hanya bisa menatap Adrian lekat-lekat, lalu membiarkannya pergi. Adrian pun langsung memasang kembali sabuk pengamannya. Karena merasa bersalah, dia pun mencoba menebus kesalahannya dengan membuat janji baru pada Claire. "Claire, kamu naik taksi dulu saja. Setelah urusanku selesai, aku janji akan mengajakmu jalan-jalan dan makan malam bersama para profesor," ujar Adrian. Claire hanya diam dan tidak menanggapi ajakan Adrian. Adrian ... Tidak akan ada kata "nanti" lagi untuk kita berdua. Claire menatap mobil Adrian yang perlahan menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan. Dia menghela napas panjang, lalu melangkah masuk ke gerbang kampus sendirian sambil membawa kameranya. Dia hanya butuh waktu setengah jam untuk mengunjungi semua tempat yang berhubungan dengan masa muda dan cinta sepihaknya. Setelah mengabadikan semua momen tersebut dengan kameranya, dia memutuskan untuk langsung pulang. Begitu mendapatkan taksi, Claire pun langsung pulang ke rumah. Tiba-tiba, sebuah notifikasi WhatsApp mencuri perhatiannya. Setelah memeriksanya, ternyata Stella baru saja mengunggah foto dirinya di rumah sakit.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.